Minggu, 12 Januari 2014

Filled Under:

Mesir Kuno (9-Habis)

Pengobatan

Permasalahan medis di Mesir kuno kebanyakan berasal dari kondisi lingkungan di sana. Hidup dan bekerja di dekat sungai Nil mengakibatkan mereka terancam penyakit seperti malaria dan parasit schistosomiasis, yang dapat mengakibatkan kerusakan hati dan dan pencernaan. Binatang berbahaya seperti buaya dan kuda nil juga menjadi ancaman. Cidera akibat pekerjaan yang sangat berat, terutama dalam bidang konstruksi dan militer, juga sering terjadi. Kerikil dan pasir di tepung (muncul akibat proses pembuatan tepung yang belum canggih) merusak gigi, sehingga menyebabkan mereka mudah terserang abses.[137]
Hidangan yang dimakan orang kaya di Mesir kuno biasanya mengandung banyak gula, yang mengakibatkan banyaknya penyakit periodontitis.[138] Meskipun di dinding-dinding makam kebanyakan orang kaya digambarkan memiliki tubuh yang kurus, berat badan mumi mereka menunjukkan bahwa mereka hidup secara berlebihan.[139] Harapan hidup orang dewasa berkisar antara 35 tahun untuk laki-laki dan 30 tahun untuk wanita.[140]
Tabib-tabib Mesir Kuno termasyhur dengan kemampuan pengobatan mereka dan beberapa, seperti Imhotep, tetap dikenang meskipun telah lama meninggal.[141] Herodotus mengatakan bahwa terdapat pembagian spesialisasi yang tinggi di antara tabib-tabib Mesir; misalnya beberapa tabib hanya mengobati permasalahan pada kepala atau perut, sementara yang lain hanya mengobati masalah mata atau gigi.[142] Pelatihan untuk tabib terletak di Per Ankh atau institusi "Rumah Kehidupan," yang paling terkenal terletak di Per-Bastet semasa Kerajaan Baru dan di Abydos serta Saïs di Periode Akhir. Sebuah papirus medis menunjukkan bahwa bangsa Mesir memiliki pengetahuan empiris soal anatomi, luka, dan perawatannya.[143]
Luka-luka dirawat dengan cara membungkusnya dengan daging mentah, linen putih, jahitan, jaring, blok, dan kain yang dilumuri madu untuk mencegah infeksi.[144] Mereka juga menggunakan opium untuk mengurangi rasa sakit. Bawang putih maupun merah dikonsumsi secara rutin untuk menjaga kesehatan dan dipercaya dapat mengurangi gejala asma. Ahli bedah mesir mampu menjahit luka, memperbaiki tulang yang patah, dan melakukan amputasi. Mereka juga mengetahui bahwa ada beberapa luka yang sangat serius sehingga yang dapat mereka lakukan hanyalah mebuat pasien merasa nyaman menjelang ajalnya.[145]

Prasasti yang menggambarkan alat-alat pengobatan Mesir kuno.

Pembuatan kapal

Bangsa Mesir kuno telah tahu bagaimana merakit papan kayu menjadi lambung kapal sejak tahun 3000 SM. Archaeological Institute of America melaporkan[5] bahwa beberapa kapal tertua yang pernah ditemukan berjenis kapal Abydos. Kapal-kapal yang ditemukan di Abydos ini dibuat dari papan kayu yang "dijahit" menggunakan tali pengikat.[5][146] Awalnya kapal-kapal tersebut diperkirakan sebagai milik Firaun Khasekhemwy karena ditemukan dikubur bersama dan berada di dekat kamar mayat Firaun Khasekhemwy[146], namun penelitian menunjukkan bawa kapal-kapal itu lebih tua dari usia sang firaun, sehingga kini diperkirakan sebagai kapal milik firaun yang lebih terdahulu. Menurut profesor David O'Connor dari New York University, kapal-kapal itu kemungkinan merupakan kapal milik Firaun Aha.[146]
Namun meskipun bangsa Mesir Kuno memiliki kemampuan untuk membuat kapal yang sangat besar dan mudah dikendalikan di atas sungai Nil, mereka tidak dikenal sebagai pelaut yang handal.

Matematika

Perhitungan matematika tertua yang ditemukan berasal dari periode Naqada, yang juga menunjukkan bahwa bangsa Mesir ketika itu telah mengembangkan sistem bilangan.[147] Nilai penting matematika bagi seorang intelektual kala itu digambarkan dalam sebuah surat fiksi dari zaman Kerajaan Baru. Pada surat itu, penulisnya mengusulkan untuk mengadakan kompetisi antara dirinya dan ilmuwan lain berkenaan masalah penghitungan sehari-hari seperti penghitungan tanah, tenaga kerja, dan padi.[148] Teks seperti Papirus Matematika Rhind dan Papirus Matematika Moskwa menunjukkan bahwa bangsa Mesir Kuno dapat menghitung empat operasi matematika dasar — penambahan, pengurangan, pengalian, dan pembagian — menggunakan pecahan, menghitung volume kubus dan piramid, serta menghitung luas kotak, segitiga, lingkaran, dan bola. Mereka memahami konsep dasar aljabar dan geometri, serta mampu memecahkan persamaan simultan.[149]
23
dalam hieroglif
D22
Notasi matematika Mesir Kuno bersifat desimal (berbasis 10) dan didasarkan pada simbol-simbol hieroglif untuk tiap nilai perpangkatan 10 (1, 10, 100, 1000, 10000, 100000, 1000000) sampai dengan sejuta. Tiap-tiap simbol ini dapat ditulis sebanyak apapun sesuai dengan bilangan yang diinginkan; sehingga untuk menuliskan bilangan delapan puluh atau delapan ratus, simbol 10 atau 100 ditulis sebanyak delapan kali.[150] Karena metode perhitungan mereka tidak dapat menghitung pecahan dengan pembilang lebih besar daripada satu, pecahan Mesir Kuno ditulis sebagai jumlah dari beberapa pecahan. Sebagai contohnya, pecahan dua per tiga (2/3) dibagi menjadi jumlah dari 1/3 + 1/15; proses ini dibantu oleh tabel nilai [pecahan] standar.[151] Beberapa pecahan ditulis menggunakan glif khusus; nilai yang setara dengan 2/3 ditunjukkan oleh gambar di samping.[152]
Matematikawan Mesir Kuno telah mengetahui prinsip-prinsip yang mendasari teorema Pythagoras.[153] Mereka juga dapat memperkirakan luas lingkaran dengan mengurangi satu per sembilan diameternya dan memangkatkan hasilnya:
Luas \approx \left [ \left ( \frac{8}{9} \right ) D \right ]^2 = \left ( \frac{256}{81} \right ) r^2 \approx 3.16 r^2
yang hasilnya mendekati rumus πr 2.[153][154]

Peninggalan

Budaya dan monumen Mesir kuno telah menjadi peninggalan sejarah yang abadi. Pemujaan terhadap dewi Isis, sebagai contoh, menjadi populer pada masa Kekaisaran Romawi.[155] Orang Romawi juga mengimpor bahan bangunan dari Mesir untuk mendirikan struktur dengan gaya Mesir. Sejarawan seperti Herodotus, Strabo dan Diodorus Siculus mempelajari dan menulis tentang Mesir kuno yang kemudian dipandang sebagai tempat yang penuh misteri.[156] Di Abad Pertengahan dan Renaissance, perkembangan budaya pagan Mesir mulai menurun seiring dengan berkembangnya agama Kristen dan Islam, namun ketertarikan terhadap budaya tersebut masih tersirat dalam karya-karya ilmuwan abad pertengahan, misalnya karya Dhul-Nun al-Misri dan al-Maqrizi.[157]
Pada abad ke-17 dan 18, penjelajah dan turis Eropa membawa banyak barang antik dan menulis tentang kisah perjalanan mereka di Mesir, yang kemudian memancing terjadinya gelombang Egyptomania di Eropa. Ketertarikan tersebut mengakibatkan banyaknya kolektor Eropa yang membeli atau membawa barang-barang antik penting dari Mesir.[158] Meskipun penjajahan kolonial Eropa terhadap mesir mengakibatkan hancurnya benda-benda bersejarah, kehadiran bangsa Eropa juga dampak positif terhadap peninggalan Mesir kuno. Napoleon, misalnya, melakukan pembelajaran pertama mengenai Egiptologi ketika ia membawa 150 ilmuwan dan seniman untuk mempelajari dan mendokumentasi sejarah alam Mesir, yang kemudian dipublikasi dalam Description de l'Ėgypte.[159] Pada abad ke-20, pemerintah Mesir dan arkeolog mulai melakukan pengawasan terhadap kegiatan penggalian di Mesir dengan membentuk Supreme Council of Antiquities.

Dr. Zahi Hawass, Sekretaris Jenderal Supreme Council of Antiquities.

(Tamat)

Referensi

  1. ^ "Chronology". Digital Egypt for Universities, University College London. Diakses 25 March 2008.
  2. ^ Clayton (1994) hal. 217
  3. ^ James (2005) hal. 8
  4. ^ Manuelian (1998) hal. 6–7
  5. ^ a b c Ward, Cheryl. "World's Oldest Planked Boats", in Archaeology (Volume 54, Number 3, May/June 2001). Archaeological Institute of America.
  6. ^ Clayton (1994) hal. 153
  7. ^ Shaw (2002) hal. 17
  8. ^ Shaw (2002) hal. 17, 67–69
  9. ^ Ikram, Salima (1992). Choice Cuts: Meat Production in Ancient Egypt. University of Cambridge. hlm. 5. ISBN 9789068317459. OCLC 60255819. Diakses 22 Juli 2009. LCCN 1997-140867
  10. ^ Hayes (1964) hal. 220
  11. ^ Childe, V. Gordon (1953), "New light on the most ancient Near East" (Praeger Publications)
  12. ^ Patai, Raphael (1998), "Children of Noah: Jewish Seafaring in Ancient Times" (Princeton Uni Press)
  13. ^ Barbara G. Aston, James A. Harrell, Ian Shaw (2000). Paul T. Nicholson and Ian Shaw editors. "Stone," in Ancient Egyptian Materials and Technology, Cambridge, 5–77, hal. 46–47. Also note: Barbara G. Aston (1994). "Ancient Egyptian Stone Vessels," Studien zur Archäologie und Geschichte Altägyptens 5, Heidelberg, hal. 23–26. (See on-line posts: [1] and [2].)
  14. ^ "Chronology of the Naqada Period". Digital Egypt for Universities, University College London. Diakses 9 March 2008.
  15. ^ Shaw (2002) hal. 61
  16. ^ "Faience in different Periods". Digital Egypt for Universities, University College London. Diakses 9 March 2008.
  17. ^ Allen (2000) hal. 1
  18. ^ Robins (1997) hal. 32
  19. ^ Clayton (1994) hal. 6
  20. ^ Shaw (2002) hal. 78–80
  21. ^ Clayton (1994) hal. 12–13
  22. ^ Shaw (2002) hal. 70
  23. ^ "Early Dynastic Egypt". Digital Egypt for Universities, University College London. Diakses 9 March 2008.
  24. ^ James (2005) hal. 40
  25. ^ Shaw (2002) hal. 102
  26. ^ "Scribes", Life in Ancient Egypt, Carnegie Museum of Natural History: [3]. Diakses pada 29 Januari 2009.
  27. ^ Shaw (2002) hal. 116–7
  28. ^ Fekri Hassan. "The Fall of the Old Kingdom". British Broadcasting Corporation. Diakses 10 March 2008.
  29. ^ Clayton (1994) hal. 69
  30. ^ Shaw (2002) hal. 120
  31. ^ a b Shaw (2002) hal. 146
  32. ^ Clayton (1994) hal. 29
  33. ^ Shaw (2002) hal. 148
  34. ^ Clayton (1994) hal. 79
  35. ^ Shaw (2002) hal. 158
  36. ^ Shaw (2002) hal. 179–82
  37. ^ Robins (1997) hal. 90
  38. ^ Shaw (2002) hal. 188
  39. ^ a b Ryholt (1997) hal. 310
  40. ^ Shaw (2002) hal. 189
  41. ^ Shaw (2002) hal. 224
  42. ^ James (2005) hal. 48
  43. ^ "Hatshepsut". Digital Egypt for Universities, University College London. Diakses 9 December 2007.
  44. ^ Aldred (1988) hal. 259
  45. ^ Cline (2001) hal. 273
  46. ^ Clayton (1994) hal. 146
  47. ^ Tyldesley (2001) hal. 76–7
  48. ^ James (2005) hal. 54
  49. ^ Cerny (1975) hal. 645
  50. ^ Shaw (2002) hal. 345
  51. ^ "The Kushite Conquest of Egypt", Ancient~Sudan: Nubia.
  52. ^ Shaw (2002) hal. 358
  53. ^ Shaw (2002) hal. 383
  54. ^ Shaw (2002) hal. 385
  55. ^ Shaw (2002) hal. 405
  56. ^ Shaw (2002) hal. 411
  57. ^ Shaw (2002) hal. 418
  58. ^ James (2005) hal. 62
  59. ^ James (2005) hal. 63
  60. ^ a b Shaw (2002) hal. 422
  61. ^ Shaw (2003) hal. 431
  62. ^ "The Church in Ancient Society", Henry Chadwick, hal. 373, Oxford University Press US, 2001, ISBN 0-19-924695-5
  63. ^ "Christianizing the Roman Empire A.D 100–400", Ramsay MacMullen, hal. 63, Yale University Press, 1984, ISBN 0-300-03216-1
  64. ^ Shaw (2002) hal. 445
  65. ^ a b c d Manuelian (1998) hal. 358
  66. ^ Manuelian (1998) hal. 363
  67. ^ Meskell (2004) hal. 23
  68. ^ a b Manuelian (1998) hal. 372
  69. ^ Walbank (1984) hal. 125
  70. ^ Manuelian (1998) hal. 383
  71. ^ James (2005) hal. 136
  72. ^ Billard (1978) hal. 109
  73. ^ "Social classes in ancient Egypt". Digital Egypt for Universities, University College London. Diakses 11 December 2007.
  74. ^ a b c Janet H. Johnson. "Women's Legal Rights in Ancient Egypt". University of Chicago, 2004. Diakses 31 August 2010.
  75. ^ Oakes (2003) hal. 472
  76. ^ McDowell (1999) hal. 168
  77. ^ Manuelian (1998) hal. 361
  78. ^ Nicholson (2000) hal. 514
  79. ^ Nicholson (2000) hal. 506
  80. ^ Nicholson (2000) hal. 510
  81. ^ Nicholson (2000) hal. 577 dan 630
  82. ^ a b Strouhal (1989) hal. 117
  83. ^ a b c Manuelian (1998) hal. 381
  84. ^ Nicholson (2000) hal. 409
  85. ^ Oakes (2003) hal. 229
  86. ^ Greaves (1929) hal. 123
  87. ^ Lucas (1962) hal. 413
  88. ^ Nicholson (2000) hal. 28
  89. ^ Shaw (2002) hal. 72
  90. ^ Naomi Porat and Edwin van den Brink (editor), "An Egyptian Colony in Southern Palestine During the Late Predynastic to Early Dynastic," in The Nile Delta in Transition: 4th to 3rd Millennium BC (1992), hal. 433–440.
  91. ^ Naomi Porat, "Local Industry of Egyptian Pottery in Southern Palestine During the Early Bronze I Period," in Bulletin of the Egyptological, Seminar 8 (1986/1987), hal. 109–129. See also University College London web post, 2000.
  92. ^ Shaw (2002) hal. 322
  93. ^ Manuelian (1998) hal. 145
  94. ^ Harris (1990) hal. 13
  95. ^ Loprieno (1995b) hal. 2137
  96. ^ Loprieno (2004) hal. 161
  97. ^ Loprieno (2004) hal. 162
  98. ^ Strouhal (1989) hal. 235
  99. ^ Lichtheim (1975) hal. 11
  100. ^ "Wisdom in Ancient Israel", John Day,/John Adney Emerton,/Robert P. Gordon/ Hugh Godfrey/Maturin Williamson, p23, Cambridge University Press, 1997, ISBN 0-521-62489-4
  101. ^ Lichtheim (1980) hal. 159
  102. ^ Allen (2000) hal. 7
  103. ^ Loprieno (2004) hal. 166
  104. ^ El-Daly (2005) hal. 164
  105. ^ Allen (2000) hal. 8
  106. ^ Manuelian (1998) hal. 401
  107. ^ Manuelian (1998) hal. 403
  108. ^ Manuelian (1998) hal. 405
  109. ^ Manuelian (1998) hal. 406–7
  110. ^ "Music in Ancient Egypt". Digital Egypt for Universities, University College London. Diakses 9 March 2008.
  111. ^ Manuelian (1998) hal. 126
  112. ^ Manuelian (1998) hal. 399–400
  113. ^ Clarke (1990) hal. 94–7
  114. ^ Badawy (1968) hal. 50
  115. ^ "Types of temples in ancient Egypt". Digital Egypt for Universities, University College London. Diakses 9 March 2008.
  116. ^ Dodson (1991) hal. 23
  117. ^ Robins (1997) hal. 29
  118. ^ Robins (1997) hal. 21
  119. ^ Nicholson (2000) hal. 105
  120. ^ Robins (1998) hal. 74
  121. ^ Shaw (2002) hal. 216
  122. ^ Robins (1998) hal. 158
  123. ^ James (2005) hal. 117
  124. ^ Shaw (2002) hal. 313
  125. ^ Allen (2000) hal. 79, 94–5
  126. ^ Wasserman, et al. (1994) hal. 150–3
  127. ^ "Mummies and Mummification: Old Kingdom". Digital Egypt for Universities, University College London. Diakses 9 March 2008.
  128. ^ a b James (2005) hal. 124
  129. ^ "Shabtis". Digital Egypt for Universities, University College London. Diakses 9 March 2008.
  130. ^ Shaw (2002) hal. 245
  131. ^ Manuelian (1998) hal. 366–67
  132. ^ Shaw (2002) hal. 400
  133. ^ Nicholson (2000) hal. 177
  134. ^ Nicholson (2000) hal. 109
  135. ^ Nicholson (2000) hal. 195
  136. ^ Nicholson (2000) hal. 215
  137. ^ Filer (1995) hal. 94
  138. ^ Filer (1995) hal. 78–80
  139. ^ Filer (1995) hal. 21
  140. ^ Filer (1995) hal. 25
  141. ^ Filer (1995) hal. 39
  142. ^ Strouhal (1989) hal. 243
  143. ^ Stroual (1989) hal. 244–46
  144. ^ Stroual (1989) hal. 250
  145. ^ Filer (1995) hal. 38
  146. ^ a b c Schuster, Angela M.H. "This Old Boat", 11 December 2000. Archaeological Institute of America.
  147. ^ Pemahaman ilmuwan terhadap matematika Mesir masih belum sempurna disebabkan karena tidak cukupnya bahan dan kurangnya penelitian terhadap teks-teks yang telah ditemukan. Imhausen et al. (2007) hal. 13
  148. ^ Imhausen et al. (2007) hal. 11
  149. ^ Clarke (1990) hal. 222
  150. ^ Clarke (1990) hal. 217
  151. ^ Clarke (1990) hal. 218
  152. ^ Gardiner (1957) hal. 197
  153. ^ a b Strouhal (1989) hal. 241
  154. ^ Imhausen et al. (2007) hal. 31
  155. ^ Siliotti (1998) hal. 8
  156. ^ Siliotti (1998) hal. 10
  157. ^ El-Daly (2005) hal. 112
  158. ^ Siliotti (1998) hal. 13
  159. ^ Siliotti (1998) hal. 100


Sumber

0 komentar:

Posting Komentar

Copyright @ 2013 PEJUANG ISLAM.