Sabtu, 10 Mei 2014

Migrasi Polinesia Ke Benua Amerika Dibuktikan Dari Tulang Ayam


Bagaimana kisah migrasi Polinesia ke benua Amerika, apakah mereka lebih dahulu menginjakkan kaki di Amerika Selatan sebelum penjelajahan Colombus? Berdasarkan analisa DNA tulang ayam purba yang ditemukan, kisah migrasi orang-orang Polinesia juga menyebarkan dan mengembang biakkan ayam yang mereka bawa. Dalam sejarah, Polinesia merupakan kelompok yang mendiami daratan Asia Tenggara termasuk didalamnya Filipina, Indonesia, Malaysia, dan kepulauan Pasifik.
Penelitian University of Australian Centre Adelaide - Ancient DNA menerbitkan makalah dalam Proceedings of The National Academi of Science (PNAS), mereka mengungkap klaim keberadaan migrasi Polinesia awal di Amerika Selatan berdasarkan dari hasil terkontaminasi, studi ini mengidentifikasi penanda genetik unik pada ayam Polinesia asli yang hanya terdapat di Pasifik dan Pulau Asia Tenggara.

Studi Migrasi Polinesia Berdasarkan DNA Tulang Ayam

Polinesia adalah sub regional dari Ocenia yang terdiri lebih dari 1000 pulau tersebar di Samudera Pasifik. Masyarakat asli mendiami pulau-pulau Polinesia, berbagi sifat, budaya, keyakinan dan bahasa. Dalam sejarah disebutkan, nenek moyang Polinesia adalah pelaut yang menggunakan bintang sebagai navigasi dalam penjelajahan mereka.
Orang-orang Polinesia merupakan keturunan genetik subset Austronesia, asal usul bahasa menjelaskan keturunan Taiwan. Penduduk asli tiba melalui Cina Selatan sekitar 8000 tahun lalu, mereka orang-orang yang berbeda dan bahasa yang tidak terkait dengan Cina Han, yang pada saat ini membentuk mayoritas Cina dan Taiwan. Sekitar tahun 2000 SM, bahasa Austronesia mulai menyebar dari Taiwan ke Pulau Asia Tenggara.
Ada beberapa teori yang menjelaskan penyebaran manusia melintasi Pasifik ke Polinesia, diantaranya diutarakan Kayser. Antara tahun 3000 hingga 1000 SM, perluasan dari Taiwan melalui Filipina, Indonesia Timur dan Barat Laut, dari New Guinea ke Pulau Melanesia, terjadi sekitar tahun 1400 SM. Diperkirakan penyebaran manusia mencapai Polinesia Barat sekitar tahun 900 SM.

Bukti yang ditemukan pada genetik ayam asli Polinesia mengungkap pergerakan awal dan pola perdagangan di Pasifik. Menurut Dr Vicki Thomson, ilmuwan mampu melacak asal usul garis keturunan yang berasal dari Filipina dan memberi petunjuk tentang sumber populasi ayam Polinesia.
Sebenarnya banyak teori yang mengungkap koloni manusia purba di Pasifik, rute mereka terlihat jelas melakukan kontak dengan daratan Amerika Selatan. Seperti yang terlihat pada hewan domestik, dalam hal ini ayam, pada awal penjelajahan telah meninggalkan catatan genetik dan bisa ditelusuri untuk memecahkan misteri migrasi Polinesia ke benua Amerika. Tim ilmuwan dibawah proyek Profesor Alan Cooper telah memeriksa kembali tulang ayam yang digunakan dalam studi sebelumnya, dikaitkan dengan migrasi Pasifik kuno dan ayam Amerika Selatan. 
Dalam analisis kontak migrasi Polinesia awal telah ditemukan beberapa hasil terkontaminasi dengan DNA ayam Modern, dan tidak ada bukti yang menjelaskan adanya kontak DNA ayam domestik pra-Colombus.
Garis keturunan ayam Polinesia asli sampai saat ini bertahan di beberapa pulau Pasifik yang terisolasi, meskipun pengenalan ayam domestik Eropa pernah menyebar di Pasifik selama beberapa ratus tahun terakhir. Garis keturunan asli Polinesia sangat mengkhawatirkan, khususnya bagi industri unggas mungkin akan berkurang keragaman genetik dan bisa menjadi nilai komersial dimasa mendatang.

Referensi

Chicken bones tell true story of Pacific migration, 18 March 2014, by University of Adelaide. Journal Ref: Using ancient DNA to study the origins and dispersal of ancestral Polynesian chickens across the Pacific. PNAS, March 2014 DOI: 10.1073/pnas.1320412111. Map of expansion of Austronesian languages, image courtesy of wikimedia commons.



Sumber

Wabah Black Death Membuat Penderita Berumur Panjang


Orang-orang yang selamat dari Black Death, wabah massal di abad pertengahan, ternyata membuat mereka hidup jauh lebih lama dan lebih sehat dibandingkan dengan orang yang hidup sebelum wabah melanda tahun 1347. Wabah Black Death disebabkan bakteri Yersinia Pestis dimana pada waktu itu telah membunuh 30 persen orang Eropa dan hampir setengah warga London tewas selama gelombang pertama tahun 1347 hingga 1351.
Sharon Dewitte, antropolog asal University of South Carolina memberi penjelasan bagaimana wabah Pes meluas dengan gambaran populasi demografi dan kesehatan selama beberapa generasi selanjutnya. Penemuan ini berimplikasi penting untuk memahami wabah penyakit yang muncul dan bagaimana mempengaruhi kesehatan individu dan populasi. Hasil penelitian dipublikasikan secara umum dan online dalam jurnal PLoS ONE edisi 7 Mei 2014.

Wabah Black Death Mengubah Biologi Manusia

Menurut Dewitte, dengan mengetahui seberapa kuat penyakit dapat membentuk biologi manusia dan memberi sarana untuk bekerja dimasa mendatang dalam memahami wabah, serta bagaimana wabah itu nantinya mempengaruhi populasi. Wabah Black Death adalah iterasi tunggal dari penyakit yang telah mempengaruhi manusia sejak abad ke 6 yang dikenal sebagai Wabah Justinian.
Untuk memahami faktor penyebab pada manusia, ilmuwan menghabiskan waktu 10 tahun memeriksa 1000 kerangka pria, wanita dan anak-anak yang hidup selama dan sesudah wabah Black Death. Kerangka itu diperoleh dari arsip Museum of London termasuk kerangka St Mary Spital, Guildhal Yard, St Nicholas dan St Mary Graces. Mereka mempelajari setiap kerangka, menentukan jenis kelamin biologis, usia kematian dan analisis penanda spesifik termasuk kulit berpori dan gigi.

Penelitian ini telah memberi dimensi baru dalam mempelajari wabah Black Death dan memberi tampilan pertama kehidupan perempuan dan anak-anak selama wabah melanda. Penelitian tentang Black Death jarang terjadi karena sampel yang digunakan sangat jarang, hanya beberapa sampel besar yang jelas berasal dari abad ke-14 saat Black Death terjadi.
Menurut analisis Sharon Dewitte, Black Death yang terjadi pada abad ke-14 bukan wabah pemusnah massal, melainkan ditujukan kepada orang yang lebih lemah dari segala sisi termasuk usia dan fisik. Orang yang selamat dari Black Death mengalami masa perbaikan kesehatan dan berumur panjang dimana rata-rata tutup usia berkisar 70 hingga 80 tahun dibandingkan orang yang hidup sebelum wabah melanda.
Kondisi fisik membantu kelangsungan hidup pasca Black Death, dimana kesehatan tidak selalu sama tetapi menjelaskan kondisi daya tahan tubuh bertahan dalam melawan wabah penyakit yang berulang. Secara langsung maupun tidak langsung, wabah Black Death sangat kuat membentuk pola kematian berkelanjutan selama beberapa generasi setelah berakhirnya epidemi.

Referensi


New Study Sheds Light on Survivors of the Black Death, 07 May 2014, by University of South Carolina. Sharon N DeWitte, Mortality Risk and Survival in the Aftermath of the Medieval Black Death. PLoS ONE, 2014. Triumph of death, image courtesy of Pieter Brueghel the Elder (1526/1530–1569).


Sumber

Copyright @ 2013 PEJUANG ISLAM.