Minggu, 12 Januari 2014

Filled Under:

Britania Raya (11)

Kelompok etnis

Secara historis, orang pribumi Britania dianggap sebagai keturunan dari berbagai kelompok etnis yang telah menetap di sana sebelum abad ke-11, yaitu bangsa Kelt, Romawi, Anglo-Saxon, Norse dan Normandia. Ada juga teori yang menyatakan bahwa orang Wales merupakan kelompok etnis tertua di Britania Raya. Studi genetik baru-baru ini menunjukkan bahwa lebih dari 50 persen gen bangsa Inggris mengandung kromosom Y Jermanik. Namun analisis genetik terbaru lainnya juga menunjukkan bahwa sekitar 75 persen nenek moyang bangsa Inggris modern telah tiba di Kepulauan Britania sejak 6.200 tahun yang lalu, yaitu pada awal Zaman Neolitikum atau Zaman Batu Britania. Ditemukan juga bahwa orang Britania (British) pada umumnya "berbagi" nenek moyang yang sama dengan orang-orang Basque.
Britania Raya memiliki sejarah mengenai migrasi pendatang non-kulit putih dalam skala kecil. Liverpool tercatat sebagai kota dengan populasi kulit hitam tertua di negara ini, yang terjadi sejak tahun 1730-an dan setelahnya, dan juga komunitas Cina tertua di Eropa, yaitu sejak kedatangan pelaut Cina pada abad ke-19. Pada tahun 1950, diperkirakan sekitar 20.000 penduduk non-kulit putih menetap di Britania Raya, sebagian besarnya merupakan kelahiran asing (lahir di luar Britania Raya).
Sejak tahun 1945, migrasi besar-besaran dari Afrika, Karibia dan Asia Selatan telah menjadi warisan hubungan yang dijalinkan oleh Imperium Britania. Migrasi dari negara-negara anggota Uni Eropa yang baru di Eropa Tengah dan Timur sejak tahun 2004 menyebabkan pertumbuhan kelompok-kelompok ini semakin beragam. Namun sejak tahun 2008, banyak imigran yang kembali ke negara asalnya, maka jumlah konkrit dari kelompok-kelompok ini tidak dapat diketahui lagi. Pada tahun 2001, sekitar 92,1% populasi Britania Raya mengidentifikasi diri mereka sebagai kulit putih, jadi hanya 7,9% penduduk Britania yang mengidentifikasi diri mereka sebagai ras campuran atau etnis minoritas.
Keragaman etnis ini bervariasi secara signifikan di seluruh Britania. Diperkirakan bahwa sekitar 30,4% penduduk London, dan 37,4% penduduk Leicester bukan berasal dari kulit putih pada bulan Juni 2005, sedangkan kurang dari 5% penduduk Inggris Timur Laut, Barat Daya dan Wales merupakan etnis minoritas menurut sensus tahun 2001. Pada tahun 2011, 26,5% siswa sekolah dasar dan 22,2% siswa sekolah menengah yang belajar di sekolah negeri di Inggris berasal dari keluarga minoritas.

Kelompok etnis Populasi  % total*
Ras campuran 677.117 1,2%
Pakistan 977.285 1,6%
Lain-lain 230.615 0,4%
Kulit putih lainnya 3.096.169 5,27%
Kulit putih Britania 50.366.497 85,67%
Kulit hitam lainnya 97.585 0,2%
Kulit hitam Karibia 565.876 1,0%
Kulit hitam Afrika 485.277 0,8%
Irlandia 691.232 1,2%
India 1.053.411 1,8%
Cina 247.403 0,4%
Bangladesh 283.063 0,5%
Asia lainnya (non-Cina) 247.644 0,4%
* Persentase dari total populasi berdasarkan sensus 2001
Bahasa

Britania Raya tidak memiliki bahasa resmi secara de jure, namun bahasa lisan yang paling meluas dan diakui secara de facto sudah pasti adalah bahasa Inggris (British English). Bahasa Jermanik Barat diturunkan dari bahasa Inggris kuno dan menyerap banyak kata pinjaman dari bahasa Norse kuno, Norman Perancis, Yunani, dan Latin. Bahasa Inggris telah menyebar ke seluruh dunia, awalnya karena pengaruh Imperium Britania dan kemudian turut didukung oleh dominasi budaya Amerika Serikat dan telah menjadi bahasa bisnis internasional utama serta bahasa kedua yang paling banyak dituturkan di dunia.

 Rambu-rambu dwi-bahasa di Cardiff, Wales.


Ada empat bahasa Kelt yang digunakan di Britania Raya: Wales, Irlandia, Gaelik Skotlandia dan Kernowek. Tiga yang pertama diakui sebagai bahasa daerah atau bahasa minoritas yang dikenakan perlindungan dan promosi di bawah hukum Eropa yang relevan, sementara Kernowek diakui tetapi tidak secara khusus dilindungi. Dalam Sensus tahun 2001 lebih dari seperlima (21%) penduduk Wales mengatakan bahwa mereka bisa berbahasa Wales. Jumlah ini meningkat dari sensus tahun 1991 (18%). Selain itu, Diperkirakan bahwa sekitar 200.000 penutur bahasa Wales menetap di Inggris. Dalam sensus yang sama di Irlandia Utara, sekitar 167.487 orang (10,4%) menyatakan bahwa mereka memiliki "sedikit pengetahuan tentang bahasa Irlandia", sebagian besarnya adalah penduduk nasionalis (terutama penganut Katolik). Lebih dari 92.000 orang di Skotlandia (2% dari populasi) memiliki sedikit kemampuan dalam menuturkan bahasa Gaelik, termasuk 72% dari mereka yang tinggal di Hebrides Luar. Jumlah sekolah-sekolah yang diajarkan bahasa Wales, Gaelik Skotlandia dan Irlandia meningkat. Di antara penduduk keturunan emigran yang masih menuturkan bahasa Gaelik Skotlandia berada di Kanada (terutama Nova Scotia dan Pulau Cape Breton), dan penutur bahasa Wales di Patagonia, Argentina.
Bahasa Skots, bahasa yang diturunkan dari bahasa Inggris Pertengahan, telah mendapat pengakuan di tingkat regional, begitu juga dengan bahasa Ulster di Irlandia Utara, namun tanpa komitmen khusus untuk melindungi atau mempromosikan bahasa tersebut.
Di seluruh Britania Raya, para siswa pada umumnya diwajibkan untuk mempelajari bahasa kedua, hingga usia 14 tahun di Inggris, dan 16 tahun di Skotlandia. Bahasa Perancis dan Jerman merupakan dua bahasa kedua yang paling populer di Inggris dan Skotlandia. Di Wales, semua siswa yang berusia 16 tahun ke bawah diajarkan mata-mata pelajaran dalam bahasa Wales ataupun mempelajari bahasa Wales sebagai bahasa kedua.
Persebaran bahasa Inggris. Negara-negara dengan warna biru tua memiliki mayoritas penutur asli bahasa Inggris; biru muda menjadikan bahasa Inggris sebagai bahasa resmi tetapi bukan bahasa utama. Bahasa Inggris juga merupakan salah satu Bahasa Resmi Uni Eropa dan PBB.

Agama

Agama Kristen telah mendominasi kehidupan keagamaan di Britania Raya selama lebih dari 1.400 tahun. Meskipun mayoritas penduduk masih mengaku sebagai umat Kristiani dalam banyak survei, tingkat kehadiran umat di gereja-gereja secara teratur menurun drastis sejak pertengahan abad ke-20. Sedangkan para imigran telah ikut memberikan kontribusi terhadap pertumbuhan agama lain, terutama Islam. Hal ini menyebabkan beberapa komentator menyebut penduduk Britania Raya sebagai masyarakat dengan "multi-iman", sekuler, atau pasca-Kristen.
Berdasarkan sensus 2001, 71.6% dari responden mengakui bahwa mereka adalah umat Kristiani, dan agama terbesar berikutnya adalah Islam (2,8%), Hindu (1,0%), Sikh (0,6%), Yahudi (0.5%), Budha (0.3%) dan agama lainnya (0,3%). Sekitar 15% dari responden menyatakan bahwa mereka tidak beragama, dan 7% lainnya tidak menyebutkan agama mereka. Sebuah survei yang dilakukan oleh Tearfund menemukan bahwa hanya satu dari sepuluh penduduk Britania Raya yang benar-benar datang ke gereja setiap minggu.
Gereja Inggris (Anglikan) adalah gereja resmi di Inggris. Gereja ini masih mempertahankan perwakilannya di Parlemen Britania Raya dan Ratu Britania merupakan gubernur agungnya. Di Skotlandia, Gereja Skotlandia Presbiterian diakui sebagai gereja nasional. Gereja Skotlandia tidak tunduk pada kontrol negara dan Ratu cuma menjadi anggota biasa di gereja ini yang diwajibkan untuk bersumpah agar "memelihara dan melestarikan agama Protestan dan Pemerintahan Gereja Presbiterian" selama masa kekuasaannya.
Gereja di Wales telah ‘dibubarkan’ tetapi masih tergolong dalam Komuni Anglikan. Gereja Irlandia (Anglikan) juga dibubarkan pada tahun 1870 setelah terpecahnya Irlandia. Meskipun tidak ada data konkrit dari hasil sensus 2001 mengenai penganut Kristen, Ceri Peach memperkirakan bahwa 62% dari total penganut Kristen di Britania Raya adalah Anglikan, 13,5% Katolik Roma, 6% Presbiterian, 3,4% Metodis, dan sejumlah kecil denominasi dari penganut Protestan lainnya dan Gereja Ortodoks.

 Westminster Abbey digunakan untuk upacara kemahkotaan Kerajaan Britania Raya.


(Bersambung)

0 komentar:

Posting Komentar

Copyright @ 2013 PEJUANG ISLAM.