Kamis, 02 Januari 2014

Pengepungan Eretria (1)

Peta yang menunjukkan invasi Persia tahun 490 SM
Tanggal 490 SM
Lokasi Eretria, Euboia
Hasil Kemenangan telak Persia
Pihak yang terlibat
Eretria Kekaisaran Persia
Komandan
Tak diketahui Datis,
Artaphernes
Kekuatan
Tak diketahui 20.000 – 25.000 infantri dan 1.000 kavaleri (perkiraan modern)
600 kapal, 200.000 – 600.000 infantri, dan 10.000 kavaleri (sumber-sumber kuno)
Korban
Tak diketahui Tak diketahui
Lokasi Pengepungan Eretria

Pengepungan Eretria adalah konflik militer pada tahun 490 SM, dalam invasi pertama Persia ke Yunani. Dalam peristiwa ini, kota Eretria di Euboia dikepung oleh pasukan Persia di bawah komando Datis dan Artaphernes.
Invasi pertama Persia adalah tanggapan terhadap keterlibatan Yunani dalam Pemberontakan Ionia, ketika Eretria dan Athena mengirim pasukan untuk membantu kota-kota di Ionia dalam usaha mereka untuk melepaskan diri dari kekuasaan Persia. Pasukan Eretria dan Athena berhasil menaklukkan dan membakar Sardis, tapi kemudian terpaksa mundur dengan kerugian yang besar. Kaisar Persia, Darius I, marah besar dan bersumpah akan menghukum Eretria dan Athena.
Setelah pemberontakan di Ionia berhasil dihentikan oleh Persia melalui kemenangan pada Pertempuran Lade, Darius pun mulai menyerang Yunani. Pada tahun 490 SM, dia mengirim armada laut di bawah komando Datis dan Artaphernes untuk menjelajahi Laut Aigea dan menaklukkan Kyklades, dan kemudian untuk menyerang Athena dan Eretria. Persia meraih kesuksesan di Aigea dan pada pertengahan musim panas mereka mencapai Euboia. Pasukan Persia selanjutnya melakukan pengepungan terhadap Eretria. Pengepungan berlangsung selama enam hari sebelum akhirnya muncul dua orang bangsawan Eretria yang berkhianat dan membiarkan pasukan Persia memasuki Eretria. Kota Eretria dijarah dan dibakar sedangkan penduduknya dijadikan budak, atas perintah Darius. Para tawanan Eretria pada akhirnya dibawa ke Persia dan ditempatkan di Kissia.
Setelah menaklukkan Eretria, pasukan Persia berlayar ke Athena dan berlabuh di pantai Marathon. Pasukan Athena, yang dibantu pasukan Plataia, melawan mereka di sana dan berhasil menang melalui Pertempuran Marathon, yang sekaligus mengakhiri invasi pertama Persia.

Sumber

Sumber utama untuk Perang Yunani-Persia adalah sejarawan Yunani Herodotos. Herodotos, yang disebut sebagai 'Bapak Sejarah',[1] lahir pada tahun 484 SM di Halikarnassos, Asia Kecil (ketika itu dikuasai oleh Persia). Dia menulis karyanya yang berjudul Historia sekitar tahun 440–430 SM, berusaha untuk melacak asal usul Perang Yunani-Persia, yang ketika itu merupakan peristiwa yang belum terlalu lama berlalu (perang itu berakhir pada tahun 450 SM).[2][3] Pendekatan Herodotos sepenuhnya baru, dan setidaknya di masyarakat Barat, dia nampaknya menciptakan 'sejarah' seperti yang kini diketahui.[3] Seperti dinyatakan oleh Holland:[3]

Untuk pertama kalinya, seorang penulis kronik memutuskan untuk melacak asal usul suatu konflik bukan ke masa silam yang begitu jauh demi terlihat menjadi sangat menakjubkan, bukan juga kepada tingkah laku dan keinginan dewa tertentu, bukan kepada klaim orang demi mewujudkan takdir, namun lebih kepada penjelasan yang dapat dia verifikasi secara pribadi.

Banyak sejarawan kuno di kemudian hari yang, meskipun mengikuti jejak penulisan Herodotos, mengkritiknya, bermula dari Thukydides.[4][5] Meskipun demikian, Thukydides memilih untuk memulai catatan sejarahnya pada peristiwa di mana Herodotos menyelesaikan catatannya sendiri, yaitu pada Pengepungan Sestos, dan dengan demikian Thukydides mungkin merasa bahwa tulisan Herodotos sudah cukup akurat sehingga tak perlu dikoreksi atau ditulis lagi.[2][5] Plutarkhos mengkritik Herodotos dalam esainya "Mengenai Kejahatan Herodotos", menggambarkan Herodotos sebagai "Philobarbaros" (pencinta orang barbar), karena menurutnya Herodotos kurang memihak Yunani. Ini menunjukkan bahwa Herodotos kemungkinan telah melakukan penulisan sejarah yang cukup netral dan tidak terlalu berat sebelah.[6]
Pandangan negatif tentang Herodotos berlanjut hingga Eropa Renaisans, meskipun karyanya tetap banyak dibaca.[7] Akan tetapi, sejak abad ke-19 reputasinya secara dramatis mengalami perbaikan akibat temuan-temuan arkeologis yang berulang kali menunjukkan bahwa catatan sejarahnya memang akurat.[8] Pandangan modern yang kini berlaku adalah bahwa Herodotos secara umum melakukan pekerjaan yang baik dalam karyanya Historia, namun beberapa rincian spesifiknya (terutama mengenai jumlah pasukan dan tanggal kejadian) harus dicermati dengan skeptisisme.[8] Meskipun demikian, masih ada beberapa sejarawan yang menganggap bahwa banyak bagian dari catatan Herodotos dikarang oleh dirinya sendiri.[9]
Sejarawan Sisilia Diodoros Sikolos, yang menulis pada abad pertama SM dalam karyanya Bibliotheka Historika, juga membuat catatan sejarah mengenai Perang Yunani-Persia, sebagian diambil dari sejarawan Yunani yang lebih awal, Ephoros. Catatan ini cukup konsisten dengan tulisan Herodotos.[10] Perang Yunani-Persia juga diceritakan secara kurang rinci oleh sejumlah sejarawan kuno lainnya termasuk oleh Plutarkhos, Ktesias dari Knidos, dan disinggung oleh beberapa penulis lainnya, misalnya penulis drama Aiskhylos. Bukti arkeologis, misalnya Tiang Ular, mendukung beberapa klaim spesifik Herodotos.[11]

Latar belakang

Invasi pertama Persia ke Yunani berakar langsung pada Pemberontakan Ionia, yang merupakan fase pertama pada Perang Yunani-Persia. Akan tetapi, invasi itu juga merupakan akibat dari hubungan jangka panjang antara orang Yunani dan Persia. Pada tahun 500 SM Kekaisaran Persia masih relatif muda dan amat ekspansionistik, namun rawan terhadap pemberontakan yang dilakukan oleh bangsa-bangsa taklukannya.[12][13][14] Lagipula, raja Persia, Darius, adalah seorang perebut takhta,[15] dan telah menghabiskan banyak waktu untuk memadamkan pemberontakan terhadap kekuasaannya.[12][16] Bahkan sebelum Pemberontakan Ionia, Darius telah mulai memperluas Kekaisaran Persia ke Eropa, menaklukkan Thrakia, dan memaksa Makedonia menjadi sekutu Persia.[17][18] Upaya ekspansi lebih jauh ke dunia Yunani kuno yang terpecah-pecah kemungkinan tidak dapat terhindarkan.[13] Akan tetapi, Pemberontakan Ionia telah secara langsung megancam kebersatuan Kekaisaran Persia, dan negara-negara kota di Yunani daratan tetap menjadi ancaman yang potensial terhadap kestabilan Persia di masa depan.[19] Ini membuat Darius bertekad untuk menguasai dan menenangkan Yunani dan Aigea, serta menghukum negara kota yang terlibat dalam Pemberontakan Ionia.[19][20]
Pemberontakan Ionia bermula dari ekspedisi ke Naxos pada 499 SM yang berakhir dengan kegagalan.[21] Upaya tersebut merupakan kerjasama antara satrap Persia Artaphernes dan tiran Miletos, Aristagoras.[22][23] Mereka melakukan kesepakatan dengan beberapa orang yang pernah terusir dari Naxos dan berniat menjadikan orang-orang itu kembali berkuasa di Naxos dengan syarat bahwa Naxos akan menjadi negara bawahan Persia.[24] Ekspedisi itu sendiri mulai mengalami kekacauan ketika di perjalanan terjadi pertikaian antara Aristagoras dengan laksamana Persia, Megabates[25] Kegagalan ekspedisi itu membuat Artaphernes memutuskan untuk melengserkan Aristagoras dari jabatannya, namun sebelum itu sempat dilakukan, Aristagoras telah lebih dulu mundur dan memproklamirkan Miletos sebagai negara demokrasi.[23][26] Kota-kota Ionia lainnya mengikuti langkah ini, menumbangkan para tiran mereka yang ditunjuk oleh Persia, dan menyatakan bahwa mereka adalah negara demokrasi.[23][27][28] Artistagoras kemudian memohon dukungan dari negara-negara kota di Yunani daratan. Pertama-tama ia mendatangi raja Kleomenes I di Sparta namun tidak memperoleh dukungan.[29] Hanya Athena dan Eretria yang bersedia mengirim pasukan.[30][31] Eretria mengirimkan lima kapal trireme sedangkan Athena mengirimkan dua puluh trireme.[32]
Alasan Eretria mengirim bantuan kepada orang Ionia tak sepenuhnya jelas. Kemungkinan faktornya adalah alasan perdagangan; Eretria adalah kota dagang, yang perniagaannya terancam oleh dominasi Persia di Aigeia.[30] Herodotos berpendapat bahwa Eretria mendukung pemberontakan sebagai balasan karena dulu orang Miletos pernah membantu kota ini dalam perang melawan Khalkis.[33]
Pasukan Eretria membantu pasukan Athena dan Ionia dalam pengepungan Sardis, namun setelah mereka meninggalkan kota itu, pasukan Persia berhasil mengalahkan pasukan Ionia dalam Pertempuran Ephesos sehingga pasukan Eretria dan Athena harus meninggalkan Asia Kecil dan kembali ke Yunani.[34] Pada tahun 492 SM, Pemberontakan Ionia berhasil dihentikan sepenuhnya setelah armada Ionia dikalahkan dalam Pertempuran Lade.[35] Sementara itu Aristagoras terbunuh dalam pertempuran melawan Thrakia setelah melarikan diri dari wilayah Ionia ke Thrakia.[36]

Kejadian awal

Setelah Ionia berhasil dikendalikan lagi, Darius ingin membalas Eretria, Athena, dan Naxos karena membantu Ionia. Namun kampanyenya harus tertunda sampai ia berhasil memadamkan pemberontakan di Thrakia dan Makedonia.[37] Pada 492 SM, Darius mengirim menantunya, Mardonios, yang juga adalah keponakannya, dalam suatu ekspedisi untuk menaklukan wilayah sebelah utara Yunani, dan kemudian menaklukan Eretria dan Athena. Ini akan memberi Persia posisi yang bagus untuk menyerang Peloponnesos. Ekspedisi ini sukses menaklukkan kembali Thrakia dan memaksa Alexandros I dari Makedonia untuk menjadikan Makedonia sebagai kerajaan klien Persia. Namun ekspedisi ini dihentikan setelah armada Persia dihantam badai di dekat Gunung Athos, yang membuat armada Persia kehilangan sebagian besar kapalnya.[27][38]
Setelah kawasan sebelah uatra Yunani berhasil dikuasai, Darius mengirimkan utusan ke semua negara kota Yunani, meminta hadiah "tanah dan air" (simbol dari ketundukan). Karena Persia nampak begitu kuat, sebagian besar negara-kota Yunani menyatakan ketundukannya. Akan tetapi, di Athena, utusan Persia dilempar ke dalam lubang dan disuruh mencari sendiri tanah yang mereka minta. Hal serupa terjadi di Sparta, ketika utusan Persia dilempar ke dalam sumur dan disuruh untuk mengambil sendiri air yang mereka minta. Ini adalah terakhir kalinya Darius berupaya menaklukan Yunani melalui diplomasi.[39]
Akhirnya pada tahun 490 SM, Darius memutuskan untuk mengirim suatu ekspedisi militer yang dipimpin oleh Datis, seorang laksamana Mede, dan Artaphernes. Artaphernes adalah putra dari satrap yang mendukung serangan ke Naxos sepuluh tahun sebelumnya dan yang didatangi oleh Hippias dari Elis, seorang mantan tiran Athena yang digulingkan dan diusir pada 508 SM. Hippias mendatangi Artaphernes untuk mencari suaka dan mencari peluang untuk kembali berkuasa. Ia pun membuat kesepakatan dengan Persia bahwa ia akan membantu Persia asalkan kelak ia boleh memimpin Athena.[40] Sementara itu Mardonios sendiri terluka pada kampanye sebelumnya dan kehilangan dukungan sehingga tak disertakan dalam ekspedisi kali ini.[41]
Ekspedisi ini bertujuan menjadikan Kyklades sebagai bagian dari Kekaisaran Persia, menghukum Naxos (yang memukul mundur serangan Persia pada tahun 499 SM) dan kemudian meneruskan perjalanan ke Yunani untuk memaksa Eretria dan Athena agar tunduk kepada Darius atau dihancurkan.[42] Armada Persia terdiri atas 600 kapal, dengan sebagian besar marinir dan kapalnya berasal dari Fenisia dan Ionia. Sementara tentaranya diambil dari Levant, Persia, Media, Suriah, Kilikia, Ionia dan Siprus.[43]
Armada ini mengangkut tentara di Kilikia lalu pergi ke Samos.[44] Dari sana mereka melintasi Laut Aigea dan berlayar ke Ikaria sebelum kemudian menyerang Naxos. Rakyat Naxos tidak siap menghadapi serangan ini sehingga ketika pasukan Persia tiba, banyak orang Naxos melarikan diri ke perbukitan. Pasukan Persia menaklukan dan membumihangsukan kota itu, serta memperbudak orang Naxos yang berhasil mereka tangkap.[43]
Setelah menghancurkan Naxos, armada Persia menjelajahi pulau-pulau di Kyklades hingga akhirnya tiba di Euboia. Di kota Karystos di pesisir Euboia, pasukan Persia meminta tentara namun rayat Karystos menolak memenuhi permintaan Persia karena tidak ingin terlibat dengan kampanye militer melawan Eretria dan Athena, yang merupakan tetangga mereka sendiri. Pasukan Persia pun mengepung Karystos hingga kota itu bersedia memberikan sejumlah tentara.[45] Dari Karystos, pasukan Persia bersiap untuk melaksanakan tujuan besar lainnya, yakni menghukum Eretria.[46]

Trireme, jenis kapal utama yang digunakan oleh Persia danYunani pada masa Perang Yunani-Persia

(Bersambung)

Invasi Persia Pertama Ke Yunani (3-Habis)

Akibat

 Kekalahan Persia di Marathon untuk sementara waktu mengakhiri invasi Persia ke Yunani. Akan tetapi, dalam invasi tersebut, Thrakia dan kepulauan Kyklades dikuasai oleh Persia, sedangkan Makedonia dijadikan negara bawahan oleh Persia. Dengan memperoleh banyak tambahan wilayah itu, Darius masih sangat ingin menaklukkan Yunani, dengan tujuan mengamankan bagian barat kekaisarannya.[105] Selain itu, Athena tetap belum dihukum atas perannya dalam Pemberontakan Ionia, dan baik Athena maupun Sparta masih belum dihukum atas perlakukan buruk mereka kepada utusan Persia.[106]
Darius dengan demikian mulai mengumpulkan pasukan baru dengan jumlah tentara yang sangat banyak yang dia maksdukan untuk sepenuhnya menguasai Yunani. Akan tetapi, pada tahun 486 SM, bangsa taklukannya di Mesir memberontak, sehingga ekspedisi ke Yunani harus tertunda hingga waktu yang tak tentu.[106] Darius meninggal dunia dalam perjalanan ke Mesir, dan takhta Persia diwariskan kepada putranya Xerxes I.[107][108] Xerxes menghentikan pemberontakan Mesir, dan dengan sangat cepat memulai kembali persiapan untuk menyerbu Yunani.[109] Ekspedisi ini akhirnya siap pada tahun 480 SM, dan dengan demikian invasi kedua Persia ke Yunani pun dimulai; dalam ekspedisi ini pasukan Persia dipimpin langsung oleh Xerxes.[110][111] Pasukan Persia meraih keberhasilan awal pada Pertempuran Thermopylae dan Pertempuran Artemision (Agustus 480 SM).[112][113][114] Akan tetapi, kekalahan Persia dalam Pertempuran Salamis pada bulan September 480 SM menjadi titik balik dalam kampanye militer itu,[115][116][117] dan setahun kemudian ekspedisi itu berakhir dengan kemenangan telak Yunani dalam Pertempuran Plataia.[118][119][91]
Signifikansi
Bagi Persia, dua ekspedisi ke Yunani bisa dibilang merupakan suatu keberhasilan; wilayah-wilayah baru ditambahkan ke dalam kekaisaran dan Eretria berhasil dihukum.[106] Hanya ada kegagalan kecil ketika invasi Persia dihentikan melalui kekalahan mereka pada Pertempuran Marathon; kekalahan tersebut tidak terlalu berpengaruh terhadap sumber daya militer Persia yang amat besar.[120] Namun bagi orang Yunani, peristiwa di Marathon merupakan suatu kemenangan besar.[121] Itu adalah pertama kalinya orang Yunani dapat mengalahkan pasukan Persia, dan menunjukkan bahwa Persia dapat dikalahkan, dan bahwa perlawanan, bukannya ketundukan, adalah mungkin untuk dilakukan.[122]

Kemenangan di Marathon adalah momen yang menentukan bagi demokrasi Athena yag masih muda, menunjukkan apa yang dapat dicapai melalui persatuan dan kepercayaan diri; dan memang, pertempuran itu secara efektif benar-benar menandai dimulainya "zaman kejayaan" bagi Athena.[123] Ini juga berlaku bagi Yunani secara keseluruhan; "kemenangan mereka memberikan keyakinan kepada bangsa Yunani pada takdirnya yang akan berlangsung selama tiga abad, yang pada masa itulah kebudayaan barat lahir".[3][124] Pendapat terkenal John Stuart Mill adalah bahwa "Pertempuran Marathon, bahkan sebagai suatu peristiwa dalam sejarah Britania, lebih penting daripada Pertempuran Hastings".[125]
Secara militer, pelajaran utama bagi orang Yunani dari Pertempuran Marathon adalah potensi pasukan hoplites bergaya phalanx. Gaya ini telah berkembang selama perang-perang yang menghancurkan di kalangan bangsa Yunani sendiri; karena tiap negara kota bertempur dengan cara yang sama, keuntungan dan kerugian hoplites bergaya phalanx belum terlihat dengan jelas.[126] Pertempuran Marathon adalah kesempatan pertama bagi pasukan bergaya phalanx untuk menghadapi pasukan yang bersenjata ringan, dan menunjukkan betapa efektifnya hoplites dalam pertempuran.[126] Formasi phalanx masih rentan dalam menghadapi kavaleri (yang membuat pasukan Yunani berhati-hati pada Pertempuran Plataia), namun jika digunakan dalam kondisi yang tepat maka amat berpotensi menjadi senjata yang sangat berbahaya dan menghancurkan.[127]
Di pihak lain, Persia sepertinya tidak terlalu memerhatikan penyebab kekalahan mereka di Marathon. Komposisi infanteri Persia pada invasi kedua tampak sama seperti pada invasi yang pertama, padahal pada masa itu di sejumlah daerah jajahan Persia juga sudah tersedia hoplites dan infanteri berat lainnya.[128] Kemungkinan Persia bersikap begitu karena sebelum kalah di Marathon, pasukan Persia berhasil mengalahkan sejumlah pasukan hoplites di beberapa kota lainnya di Yunani, sehingga Persia kemungkinan masih merasa bahwa infanteri mereka tidak kalah unggul dibanding hoplites dan menganggap bahwa peristiwa di Marathon hanyalah suatu penyimpangan.[128]

Catatan kaki

  1. ^ Cicero, Mengenai Hukum I, 5
  2. ^ a b c d Bauer, hlm. 596
  3. ^ a b c d Holland, hlm. xvixvii.
  4. ^ Thukydides, Sejarah Perang Peloponnesos, 1.22
  5. ^ a b Finley, hlm. 15.
  6. ^ Holland, hlm. xxiv.
  7. ^ David Pipes. "Herodotus: Father of History, Father of Lies". Diarsipkan dari aslinya tanggal January 27, 2008. Diakses 2008-01-18.
  8. ^ a b Holland, hlm. 377.
  9. ^ Fehling, hlm. 1–277.
  10. ^ Diodoros Sikolos, Bibliotheka Historika
  11. ^ Catatan untuk Herodotos 9.81
  12. ^ a b Holland, hlm. 47–55
  13. ^ a b Holland, hlm. 58–62
  14. ^ Holland, hlm. 203
  15. ^ Bauer, hlm. 583-574
  16. ^ Bauer, hlm. 575
  17. ^ Toynbee, hlm. 256
  18. ^ Bauer, hlm. 583-589
  19. ^ a b Holland, hlm. 171–178
  20. ^ Herodotos 5.105
  21. ^ a b c Holland, hlm. 154–157
  22. ^ a b Nadif, hlm. 8
  23. ^ Herodotos 5.97
  24. ^ a b c d e f Holland, hlm. 157–161
  25. ^ Bauer, hlm. 595
  26. ^ Bauer, hlm. 593
  27. ^ a b Herodotos 5.65
  28. ^ Herodotos 5.96
  29. ^ a b Bauer, hlm. 593
  30. ^ a b Holland, hlm. 131–132
  31. ^ a b Holland, pp133–136
  32. ^ R.M. Berthold. (2009). Dare To Struggle. The History and Society of Greec. hlm. 81-94
  33. ^ Holland, hlm. 136–138
  34. ^ a b c Holland, hlm. 142
  35. ^ Bauer, hlm. 594
  36. ^ a b Herodotos 5.96
  37. ^ Herodotus V, 98
  38. ^ Herodotos 5.99
  39. ^ Holland, hlm. 160
  40. ^ Bauer, hlm. 597
  41. ^ Holland, hlm. 168
  42. ^ Holland, hlm. 176
  43. ^ Herodotos 6.31
  44. ^ Herodotos 6.33
  45. ^ Holland, hlm. 177–178
  46. ^ Toynbee, hlm. 255
  47. ^ a b c d e f Bauer, hlm. 598
  48. ^ a b c d e Herodotos 6.43
  49. ^ a b c d e Herodotos 6.44
  50. ^ Holland, hlm. 153
  51. ^ a b Herodotos 6.45
  52. ^ a b c Holland, hlm. 178–179
  53. ^ Herodotos 6.48
  54. ^ a b c d e Holland, hlm. 179–181
  55. ^ Herodotos 6.49
  56. ^ Herodotos 6.73
  57. ^ Herodotos 6.74
  58. ^ a b Holland, hlm. 181–183
  59. ^ Herodot0s 6.95
  60. ^ Herodotos 7.97
  61. ^ a b Stecchini, Livio. "The Persian Wars". Diakses 2007-10-17.
  62. ^ a b Green, hlm. 90
  63. ^ a b c d e f Lazenby, hlm. 46
  64. ^ Herodotos 6.94
  65. ^ Cornelius Nepos, Miltiades, 4
  66. ^ Plutarkhos, Moralia, 305 B
  67. ^ Pausanias 4.22
  68. ^ Suda, entri Hippias
  69. ^ Plato, Menexenos, 240 A
  70. ^ Lysias, Pidato Pemakaman, 21
  71. ^ Justinus II, 9
  72. ^ Herodotos 7.184
  73. ^ Kampouris (2000)
  74. ^ Davis, hlm. 9–13
  75. ^ a b Holland, hlm. 390
  76. ^ Lloyd, hlm. 164
  77. ^ a b c d e f g Lazenby, hlm. 23–29
  78. ^ a b Holland, hlm. 195–197
  79. ^ Holland, hlm. 17–18
  80. ^ a b Herodotos 6.113
  81. ^ Ιστορία του Ελληνικού Έθνους (History of the Greek nation volume Β), Athens 1971
  82. ^ Lazenby, hlm. 232
  83. ^ Lind. Chron. D 1–59 in Higbie (2003)
  84. ^ a b c d Holland, hlm.183–186
  85. ^ a b Herodotos 6.96
  86. ^ a b Herodotos 6.97
  87. ^ Herodotus 6.99
  88. ^ a b Herodotos 6.100
  89. ^ a b c d e Herodotos 6.101
  90. ^ Nadif, hlm. 9
  91. ^ a b Toynbee, hlm. 257
  92. ^ Herodotos 6.102
  93. ^ a b c Holland, hlm. 187–190
  94. ^ Bauer, hlm. 599
  95. ^ Herodotus 6.105
  96. ^ Lazenby, hlm. 59–62
  97. ^ Nadif, hlm. 10
  98. ^ Bauer, hlm. 600
  99. ^ a b Herodotos 6.117
  100. ^ Siegel, Janice (August 2, 2005). "Dr. J's Illustrated Persian Wars". Diakses 2007-10-17.
  101. ^ Herodotos 6.115
  102. ^ Holland, hlm. 191–194
  103. ^ a b Herodotos 6.116
  104. ^ Herodotos 6.120
  105. ^ Holland, hlm. 177
  106. ^ a b c Holland, hlm. 202–203
  107. ^ Bauer, hlm. 600
  108. ^ Holland, hlm. 206–208
  109. ^ Holland, hlm. 208–211
  110. ^ Bauer, hlm. 601
  111. ^ Holland, hlm. 240–244
  112. ^ Nadif, hlm. 11-12
  113. ^ Bauer, hlm. 602
  114. ^ Lazenby, hlm. 151
  115. ^ Nadif, hlm. 12-15
  116. ^ Bauer, hlm. 603-604
  117. ^ Lazenby, hlm. 197
  118. ^ Holland, hlm. 350–355
  119. ^ Bauer, hlm. 605
  120. ^ Holland, hlm. 200
  121. ^ Bauer, hlm. 605-606
  122. ^ Holland, hlm. 201
  123. ^ Holland, hlm. 138
  124. ^ Fuller, hlm. 11–32
  125. ^ Powell et al., 2001
  126. ^ a b Holland, hlm. 194–197
  127. ^ Holland, hlm. 344–352
  128. ^ a b Lazenby, p28




 Sumber

Invasi Persia Pertama ke Yunani (2)

Kampanye pertama

Pada musim semi tahun 492 SM sebuah pasukan ekspedisi, yang dipimpin oleh menantu Darius, Mardonios, dikirim ke Yunani, terdiri atas armada laut dan pasukan darat.[47][48] Meskipun tujuan utamanya adalah menghukum Athen adan Eretria, ekspedisi itu juga dilancarkan untuk menaklukkan sebanyak mungkin kota Yunani.[48][49] Berangkat dari Kilikia, Mardonios mengirim pasukan darat untuk berjalan ke Hellespontos, sedangkan dia sendiri memimpin armada laut.[48] Dia berlayar mengelilingi pesisir Asia Kecil ke Ionia, di sana dia tinggal sebentar untuk menghapus jabatan tiran yang berkuasa di kota-kota Ionia. Mardonios menggantikan sistem tirani dengan sistem demokrasi, meskipun demokrasi juga merupakan salah satu faktor dalam Pemberontakan Ionia.[48]
Dari sana armada Persia meneruskan perjalanan ke Hellespontos, dan setelah semua sudah siap, kapal-kapal Persia menyeberangkan pasukan darat ke Eropa.[48][47] Pasukan kemudian berarak melalui Thrakia, menaklukkan kembali daerah tersebut, karena sebelumnya pernah dikuasai oleh Persia pada tahun 512 SM, pada masa kampanye Darius melawan bangsa Skythia.[50] Setelah mencapai Makedonia, Persia memaksa Makedonia menjadi kerajaan klien (negara bawahan) Persia. Sebelumnya Makedonia sudah menjadi sekutu Persia namun tetap merdeka.[49]
Sementara itu, armada Persia berlayar menyeberangi Thassos, dan membuat orang Thasos tunduk pada Persia.[49] Armada Persia lalu berlayar di sepanjang pesisir hingga sejauh Akanthos di Khalkidike, sebelum kemudian berupaya untuk memutari Gunung Athos.[49] Akan tetapi, kapal-kapal Persia terjebak badai besar, yang membuat mereka terdampar di pesisir Athos.[47] Akibat dari badai itu adalah rusaknya 300 kapal dengan tewas dan hilangnya 200.000 tentara (menurut Herodotos).[49]
Di tempat lain, ketika pasukan darat Persia sedang berkemah di Makedonia, suku Bryges, satu suku Thrakia lokal, melakukan serangan malam terhadap perkemahan Persia, membunuh banyak tentara Persia dan melukai Mardonios.[51] Meskipun terluka, Mardonios berhasil memimpin pasukannya mengalahkan dan menguasai suku Bryges. Dengan insiden yang menimpa armada laut dan pasukan daratnya, Mardonios akhirnya memimpin pasukan darat Persia kembali ke Hellespontos, sedangkan sisa-sisa kapal Persia juga mundur ke Asia.[51] Meskipun tujuan utama kampanye ini tidak tercapai, namun Persia berhail memperluas wilayahnya dan mengamankan daerah perbatasan dengan Yunani. Ini membuat bangsa Yunani menyadari bahwa Darius memiliki tujuan tertentu terhadap mereka.[52]

Gunung Athos

Pasukan Persia

Menurut Herodotos, armada yang dikerahkan oleh Darius terdiri atas 600 trireme.[47][59] Tidak disebutkan dalam sumber kuno berapa jumlah kapal angkut yang mengiringinya, jika memang ada. Herodotos menyebutkan bahwa 3,000 kapal angkut mengiringi 1,207 trireme pada invasi Xerxes tahun 480 SM.[60] Di kalangan sejarawan modern, beberapa menerima jumlah ini sebagai jumlah yang wajar; diduga bahwa jumlah 600 kapal itu meliputi trireme dan kapal angkut,[61][62] atau bahwa kapal angkutnya tidak termasuk dalam 600 kapal trireme itu.[63]
Herodotos tidak menghitung jumlah pasukan Persia, hanya menyebutkan bahwa mereka merupakan "pasukan infanteri yang besar yang dikumpulkan dengan baik.[64] Dalam sumber-sumber kuno lainnya, penyair Simonides, yang agak sezaman, mengatakan bahwa pasukan kampanye itu berjumlah 200.000 tentara, sedangkan penulis dari masa selanjutnya, Cornelius Nepos dari Romawi, menaksir jumlahnya 200,000 infanteri dan 10,000 kavaleri.[65] Plutarkhos dan Pausanias sama-sama memberi jumlah 300.000 tentara, begitu pula kamus Suda.[66][67][68] Plato dan Lysias memberi angka 500,000;[69][70] sedangkan Justinus 600,000.[71]
Sejarawan modern pada umumnya menganggap bahwa angka-angka di atas terlalu berlebihan.[63] Salah satu cara untuk memperkirakan jumlah tentara Persia adalah dengan menghitung jumlah marinir yang dibawa oleh 600 trireme. Herodotos menuturkan bahwa tiap trireme pada invasi kedua ke Yunani membawa 30 marinir, tambahan untuk 14 marinir standar.[72] Dengan demikiam 600 trireme dapat membawa 18,000–26,000 infanteri.[63][73] Jumlah tentara Persia yang dikemukakan oleh para sejarawan berkisar antara 18,000–100,000.[61][62][74][75][76] Akan tetapi, konsensusnya kemungkinan berada pada kisaran 25.000 tentara.[63][75]
Infanteri Persia yang dikerahkan dalam invasi kemungkinan bermacam-macam karena terdiri atas beragam kelompok etnis di seluruh Kekaisaran Persia. Akan tetapi, menurut Herodotos, setidaknya ada kesamaan umum dalam jenis zirah dan gaya bertempur.[77] Secara umum, pasukan Persia bersenjatakan busur dan panah, tombak pendek dan pedang, membawa perisai anyaman, dan mengenakan baju kulit.[77][78] Satu pengecualian untuk ini kemungkinan adalah pasukan orang-orang asli Persia, yang berangkali mengenakan zirah sisik.[77] Beberapa kontingen dipersenjatai secara berbeda;[77] misalnya pasukan Saka terkenal sebagai pengguna kapak.[79] Kontingen elite infanteri Persia tampaknya diisi oleh orang asli Persia beserta orang Mede, Kissia dan Saka;[77] Herodotos secara khusus menyebutkan keberadaan tentara Persia dan Saka di Marathon.[80] Gaya bertempur yang digunakan oleh Persia pertama-tama adalah menggunakan panah untuk melemahkan musuh sebelum kemudian melancarkan pukulan mematikan dengan tombak dan pedang.[77]
Perkiraan untuk kavaleri biasanya ada pada kisaran 1,000–3,000 tentara.[63][81] Kavaleri Persia biasanya berisi tentara dari etnis Persia, Baktria, Mede, Kissia, dan Saka; sebagaian besarnya kemungkinan bertempur sebagai kavaleri misil bersenjata ringan.[77][82] Armada Persia kemungkinan bersar disertai setidaknya beberapa kapal angkut, karena kavaleri tidak dapat dibawa oleh trireme, meskipun Herodotos menyatakan sebaliknya. Lazenby memperkirakan bahwa diperlukan 30-40 kapal angkut untuk membawa 1000 kavaleri.[63]
Ilustrasi infanteri yang bersenjatakan tombak dan pedang serta pemanah dalam pasukan Persia
Ilustrasi prajurit berkuda bangsawan Persia

Kampanye kedua

Setelah berkumpul, pasukan Persia berlayar dari Kilikia pertama-tama ke pulau Rhodos. Sebuah Kronik Kuil Lindos mengungkapkan bahwa Datis sempat mengepung kota Lindos namun berakhir dengan kegagalan.[83]
Armada Persia kemudian bergerak ke utara di sepanjang pesisir Ionia ke menuju Samos, sebelum kemudian berbalik arah dengan cepat menuju Laut Aigea.[84] Mereka lalu berlayar menuju Naxos, dengan tujuan menghukum kota itu karena dulu pernah menggagalkan ekspedisi Persia di sana satu dekade sebelumnya.[84] Ketika Naxos akhirnya takluk oleh pasukan Persia, banyak penduduknya yang melarikan diri ke pegunungan; mereka yang tertangkap dijadikan budak.[85] Pasukan Persia lalu membumihanguskan kota itu dan kuil-kuil orang Naxos.[47][85]
Armada Persia meneruskan perjalanan dengan berlayar menuju Delos. Setiba di sana, penduduk Delos juga telah melarikan diri dari rumah-rumah mereka.[86] Setelah menunjukkan kemarahan Persia di Naxos, Datis berniat memberikan pengampunan kepada kota-kota lainnya jika mereka berseida tunduk kepada Persia.[84] Dia mengirim utusan kepada rakyat Delos, mengumumkan:[86]

Wahai orang-orang suci, mengapakah kalian pergi, dan dengan demikian menyalahartikan niatku? Adalah keinginanku sendiri, dan perintah sang baginda raja kepadaku, untuk tidak menghancurkan pulau tempat kelahiran dua dewa, baik pulaunya maupun penduduknya. Maka kembalilah ke rumahmu dan bermukimlah di pulaumu.

Datis lalu mengubur 300 talanton kemenyan di altar Apollo di Delos, untuk menunjukkan rasa hormatnya kepada salah satu dewa pulau itu. Dari Delos, armada Persia berlayar dari pulau ke pulau di Laut Aigea untuk kemudian bergerak menuju Eretria. Dalam perjalanannya, pasukan Persia mengambil sandera dan tambahan tentara dari tiap pulau.[84]
Setelah berlayar melintasi Kyklades, armada Persia akhirnya tiba di ujung selatan Euboea, di Karystos. Penduduk Karystos menolak menyerahkan sandera kepada Persia. Akibatnya pasukan Persia mengepung mereka dan merusak lahan mereka, hingga akhirnya penduduk Karystos menyerah dan bersedia tunduk kepada Persia.[87]

Pengepungan Eretria

Satuan militer Persia berlayar menyusuri Euboia menuju target utama mereka yang pertama, Eretria.[88] Menurut Herodotos, rakyat Eretria mengalami perbedaan pendapat mengenai tindakan apa yang harus dilakukan: apakah harus melarikan diri ke dataran tinggi, tetap bertahan di dalam kota, atau menyerah kepada Persia.[88] Pada akhirnya, mayoritas orang memutuskan untuk tetap bertahan di dalam kota.[89] Orang Eretria tidak melakukan upaya apapun untuk menghentikan pasukan Persia yang berlabuh dan berarak maju menuju kota Eretria, sehingga dengan mudahnya pasukan Persia mengepung kota itu.[89] Selama enam hari pasukan Persia menyerang tembok pertahanan Eretria, dengan korban di kedua pihak.[89] Pada hari ketujuh, dua orang Eretria yang terkemuka membuka gerbang dan menyerahkan kota itu kepada Persia.[89] Eretria kemudian dihancurkan, sedangkan kuil-kuilnya dijarah dan dibakar.[90][91] Selain itu, sesuai perintah Darius, semua penduduk Eretria dijadikan budak.[89]

Pertempuran Marathon

Setelah menaklukkan Eretria, armada Persia berlayar ke selatan menuju pesisir Attika, dan berlabuh di pantai Marathon, kira-kira 25 mil (40 km) dari Athena, atas nasihat Hippias,[47] putra dari mantan tiran Athena, Peisistratos.[92] Pasukan Athena, yang dibantu oleh sejumlah kecil pasukan Plataia, berarak menuju Marathon dan berhasil menghalangi dua jalur keluar dari dataran itu.[93] Pada saat yang sama, pelari tercepat Athena, Pheidippides (atau Philippides) dikirim ke Sparta untuk memohon agar pasukan Sparta dikerahkan ke Marathon untuk membantu Athena.[93] Pheidippides tiba di Sparta ketika orang Sparta sedang merayakan festival Karneia, suatu periode perdamaian yang sakral. Dia diberitahu bahwa pasukan Sparta tidak boleh bertempur hingga bulan purnama;[94] ini artinya Athena tidak dapat mengharapkan bantuan Sparta untuk setidaknya sepuluh hari.[95] Dalam keadaan seperti itu, pasukan Athena memutuskan untuk tidak langsung menyerang dan lebih memilih posisi bertahan di Marathon.[93]
Kebuntuan berlangsung selama lima hari, sebelum akhirnya pasukan Athena (dengan alasan yang tak sepenuhnya jelas) memutuskan untuk menyerang pasukan Persia.[96] Meskipun pasukan Persia memiliki jumlah tentara yang lebih banyak, hoplites terbukti secara efektif membawa dampak yang menghancurkan, menggulung sayap pasukan Persia sebelum kemudian mengobrak-abrik bagian tengah barisan Persia;[97] sisa-sisa pasukan Persia meninggalkan medan tempur dan melarikan diri menuju kapal-kapal mereka.[78][98][80] Herodotos menutukan bahwa ditemukan 6400 mayat tentara Persia di medan perang seusai pertempuran;[99] sedangkan pasukan Athena hanya kehilangan 192 orang[99] dan Plataia 11 orang.[100]
Tidak lama seusai pertempuran itu, Herodotos menuturkan bahwa armada Persia berlayar di sekitar Tanjung Sounion untuk menyerang Athena secara langsung,[101] meskipun beberapa sejarawan modern berpendapat bahwa usaha itu dilakukan oleh armada Persia sebelum pertempuran.[102] Pasukan Athena jelas sadar bahwa kotanya masih dalam bahaya, dan bergerak secepat mungkin untuk kembali ke Athena.[103] Pasukan Athena tiba tepat waktu untuk mencegah armada Persia berlabuh di Athena. Menyadari bahwa kesempatan telah hilang, armada Persia berbalik arah dan kembali ke Asia.[103] Keesokan harinya, pasukan Sparta tiba di Marathon setelah menempuh jarak sejauh 220 kilometer (140 mil) hanya dalam waktu tiga hari. Pasukan Sparta menjelajahi medan tempur, dan meyakini bahwa pasukan Athena telah memperoleh kemenangan besar.[104]
(Bersambung)

Copyright @ 2013 PEJUANG ISLAM.