Jumat, 27 Desember 2013

Yunani Kuno

Yunani Kuno adalah peradaban dalam sejarah Yunani yang dimulai dari periode Yunani Arkais pada abad ke-8 sampai ke-6 SM, hingga berahirnya Zaman Kuno dan dimulainya Abad Pertengahan Awal.[1] Peradaban ini mencapai puncaknya pada periode Yunani Klasik, yang mulai berkembang pada abad ke-5 sampai ke-4 SM. Pada periode klasik ini Yunani dipimpin oleh negara-kota Athena dan berhasil menghalau serangan Kekaisaran Persia. Masa keemasan Athena berakhir dengan takluknya Athena kepada Sparta dalam Perang Peloponnesos pada tahun 404 SM. Seiring penaklukan oleh Aleksander Agung, kebudayaan Yunani, yang dikenal sebagai peradaban Hellenistik, berkembang mulai dari Asia Tengah sampai ujung barat Laut Tengah.
Istilah "Yunani Kuno" diterapkan pada wilayah yang menggunakan bahasa Yunani pada Zaman Kuno. Wilayahnya tidak hanya terbatas pada semenanjung Yunani modern, tapi juga termasuk wilayah lain yang didiami orang-orang Yunani, di antaranya Siprus dan Kepulauan Aigea, pesisir Anatolia (saat itu disebut Ionia), Sisilia dan bagian selatan Italia (dikenal sebagai Yunani Besar), serta pemukiman Yunani lain yang tersebar sepanjang pantai Kolkhis, Illyria, Thrakia, Mesir, Kyrenaika, Galia selatan, Semenanjung Iberia timur dan timur laut, Iberia, dan Taurika.
Oleh sebagian besar sejarawan, peradaban ini dianggap merupakan peletak dasar bagi Peradaban Barat.[2][3][4] Budaya Yunani memberi pengaruh kuat bagi Kekaisaran Romawi, yang selanjutnya meneruskan versinya ke bagian lain Eropa. Peradaban Yunani Kuno juga sangat berpengaruh pada bahasa, politik, sistem pendidikan, filsafat, ilmu, dan seni, mendorong Renaisans di Eropa Barat, dan bangkit kembali pada masa kebangkitan Neo-Klasik pada abad ke-18 dan ke-19 di Eropa dan

Parthenon, kuil dipersembahkan untuk dewi Athena, terletak di Akropolis di kota Athena, adalah salah satu lambang keunggulan budaya dan peradaban Yunani kuno.

Kronologi

Tidak ada kesepakatan yang tetap dan universal mengenai waktu awal dan akhir masa Antikuitas Klasik. Biasanya dimulai sejak abad ke-8 SM sampai abad ke-6 M, atau sekitar 1300 tahun.

Antikuitas Klasik di Yunani didahului oleh Zaman Kegelapan Yunani (1100 - 750 SM), yang secara arkeologis dicirikan dengan gaya tembikar protogeometris dan geometris, yang dilanjutkan oleh Periode Oriental, yaitu pengaruh yang kuat terhadap Yunani dari budaya Suriah-Hittit, Asiria, Punisia dan Mesir.

Secara tradisional, periode Arkais di Yunani kuno dimulai dari kuatnya pengaruh Oriental pada abad ke-8 SM, yang merupakan salah satu faktor yang menjadikan Yunani memiliki huruf alfabet sendiri. Dengan alfabet, muncullah karya tulis Yunani kuno, yang paling terkenal adalah buatan Homeros dan Hesiodos. Setelah periode Arkais, dimulailah periode Klasik sekitar 500 SM, yang pada gilirannya dilanjutkan oleh periode Hellenistik setelah kematian Aleksander Agung pada 323 SM.

Sejarah Yunani pada Antikuitas Klasik dapat dibagi menjadi beberapa periode berikut:[5]

Historiografi

Periode bersejarah di Yunani kuno adalah unik dalam sejarah dunia karena merupakan periode pertama yang dibuktikan dengan adanya historiografi yang layak, sedangkan protosejarah dan sejarah kuno yang lebih awal lebih banyak diketahui melalui bukti situasional, misalnya annal, atau daftar raja, dan epigrafu pragmatis.
Herodotos dikenal secara luas sebagai "bapak sejarah", judul karyanya, Historia, menjadi asal kata untuk history. Karya Herodotos ditulis antara 450 SM sampai 420 SM dan cakupannya mencapai satu abad ke belakang, membahas tokoh-tokoh bersejarah dari abad ke-6 seperti Darius I dari Persia, Kambises II dan Psamtik III, serta menyinggung beberapa tokoh dari abad ke-8 semisal Kandaules.

Herodotos dilanjutkan oleh para penulis semacam Thukydides, Xenophon, Demosthenes, Plato dan Aristoteles. Sebagian besar dari ara penulis ini adalah orang Athena atau pro-Athena, sehingga sejarah dan politik kota Athena lebih banyak diketahui dariapada kota-kota lainnya. Cakupan mereka terbatas pada sejarah diplomasi, milier, dan politik, dan mengabaikan sejarah ekonomi dan sosial.[6]

Sejarah

Yunani Arkais

Guci Dipylon dari periode Geometris akhir, permulaan periode Arkais, sekitar 750 SM.

Periode Arkais dimpulai pada abad ke-8 SM, ketika Yunani mulai bangkit dari Zaman Kegelapan yang ditandai dengan keruntuhan peradaban Mykenai. Peradaban baca-tulis telah musnah dan aksara Mykenai telah dilupakan, akan tetapi bangsa Yunani mengadopsi alfabet Punisia, memodifikasinya dan menciptakan alfabet Yunani. Sekitar abad ke-9 SM catatan tertulis mulai muncul.[7] Yunani saat itu terbagi-bagi menjadi banyak komunitas kecil yang berdaulat, terbentuk sesuai pola geografis Yunani, dimana setiap pulau, lembah, dan dataran terpisah satu sama lain oleh laut atau pengunungan.[8]

Perang Lelantin (710–650 SM) adalah konflik yang berlangung pada masa ini dan merupakan perang tertua yang berhasil terdokumentasikan dari masa Yunani kuno. Konflik ini adalah pertikaian antara Polis (negara kota) Khalkis dan Eretria dalam memperebutkan tanah Lelantina yang subur di Euboia. Kedua kota itu menderita kemunduran akibat lamanya perang, meskipun Khalkis menjadi pemenangnya.

Kaum saudagar berkembang pada paruh pertama abad ke-7 SM, ditunjukkan dengan diperkenalkannya mata uang koin sekitar 680 SM.[9] Hal ini nampaknya menimbulkan ketegangan pada banyak negara kota. Rezim kaum aristokrat yang secara umum memerintah polis kini terancam oleh para saudagar kaya, yang pada gilirannya menginginkan juga kekuasaan politik. Sejak tahun 650 SM, para aristikrat harus berusaha supaya tidak digulingkan dan digantikan oleh tiran populis. Kata ini berasal dari kata Yunani non-peyoratif, τύραννος "("tyrannos"), bermakna 'penguasa tidak sah', meskipun gelar ini berlaku baik untuk pemimpin yang bagus maupun yang buruk.[10][11]

Populasi yang bertambah dan kurangnya lahan nampaknya telah memicu perselisihan internal antara kaum kaya dan kaum miskin di banyak negara kota. Di Sparta, Perang Messenia terjadi dan akibatnya Messenia ditaklukan dan penduduknya dijadikan budak. Perang ini dimulai pada paruh kedua abad ke-8 SM, dan merupakan suatu tindakan tanpa pendahulu di Yunani kuno. Praktik ini memungkinkan terjadinya revolusi sosial.[12] Penduduk yang diperbudak, yang kemudian disebut helot, dipaksa untuk bertani dan bekerja untuk rakyat Sparta, sementara semua lelaki Sparta menjadi prajurit dan masuk ke dalam Pasukan Sparta. Ini telah menjadikan Sparta sebagai negara yang termiliterisasi secara permanen. Bahkan orang kaya juga harus hidup dan berlatih sebagai prajurit seperti halnya kaum miskin. Penyetaraan ini bertujuan mengurangi potensi terjadinya konflik sosial antara kaum kaya dan kaum miskin. Reformasi ini disebut-sebut dilakukan oleh Lykurgos dari Sparta dan kemungkinan selesai pada 650 SM.

Athena menderita krisis tanah dan pertanian pada akhir abad ke-7 SM dan lagi-lagi mengalami perang saudara. arkhon (hakim kepala) Drako membuat beberapa perubahan terhadap kode hukum pada 621 SM, tapi tindakan ini gagal meredakan konflik. Pada akhirnya reformasi terjadi berkat Solon (594 SM), yang memperbanyak tanah untuk orang miskin tapi menempatkan kaum aristokrat sebagai pemegang kekuasaan. Reformasi ini cukup membuat Athena stabil.

Pada abad ke-6 SM beberapa negara kota telah tumbuh menjadi kekuatan dominan Yunani, antara lain Athena, Sparta, Korinthos, dan Thebes. Masing-masing menaklukkan wilayah pedesaan dan kota kecil sekitarnya. Sementara Athena dan Korinthos juga menjadi kekuatan maritim dan perdagangan terkemuka.

Pertumbuhan penduduk yang pesat pada abad ke-8 dan ke-7 SM telah mengakibatkan perpindahan penduduk Yunani ke koloni-koloninya di Yunani Besar (Italia selatan dan Sisilia), Asia Minor dan wilayah lainnya. Emigrasi ini berakhir pada abad ke-6 yang pada saat itu dunia Yunani, secara budaya dan bahasa, mencakup kawasan yang jauh lebih luas dari negara Yunani sekarang. Koloni Yunani ini tidak diperintah oleh kota pembangunnya, meskipun mereka tetap menjalin hubungan keagamaan dan perdagangan.

Pada periode ini, perkembangan yang pesat dalam bidang ekonomi terjadi di Yunani dan juga di daerah-daerah koloninya, yang menikmati kemajuan dalam perdagangan dan manufaktur. Periode ini juga ditandai dengan meningkatnya standar hidup di Yunani dan koloninya. Beberapa studi memperkirakan bahwa rata-rata ukuran rumah tangga Yunani, pada periode 800 SM sampai 300 SM, meningkat sampai lima kali lipat, yang mengindikasikan adanya peningkatan tajam dalam hal pendapatan para penduduknya.

Pada paruh kedua abad ke-6 SM, Athena jatuh dalam cengkeraman tirani Peisistratos dan putranya; Hippias dan Hipparkhos. Akan tetapi pada tahun 510 SM pada pelantikan aristokrat Athena Keisthenes, raja Sparta Kleomenes I membantu rakyat Athena menggulingkan sang tiran. Setelah itu Sparta dan Athena berulang kali saling serang, pada suatu saat Kleomenes I mengangkat Isagoras yang pro-Sparta menjadi arkhon Athena. Untuk mencegah Athena menjadi negara boneka Sparta, Kleisthenes meminta warga Athena untuk melakukan suatu revolusi politik: bahwa semua warga Athena memiliki hak dan kewajiban politik yang sama tanpa memandang status: dengan demikian Athena menjadi "demokrasi". Gagasan ini disambut oleh warga Athena dengan bersemangat sehingga setelah berhasil menggulingkan Isagoras dan menerapkan reformasi Kleisthenes, Athena dengan mudah berhasil menangkal tiga kali serangan Sparta yang berusaha mengembalikan kekuasaan Isagoras.[13] Bangkitnya demokrasi memulihkan kekuatan Athena dan memicu dimulainya 'masa keemasan' Athena.

Yunani Klasik

Koin Athena awal, menggambarkan kepala dewi Athena dan burung hantu Athena di sebaliknya - abad ke-5 SM.

Abad ke-5 SM

Athena dan Sparta bersekutu untuk menghadapi ancaman asing yang sangat kuat dan berbahaya, Kekaisaran Persia. Setelah menindas Pemberontakan Ionia, Kaisar Darius I dari Persia, Maharaja Kekaisaran Akhemeniyah memutuskan untuk menaklukan Yunani. Serangan Persia pada tahun 490 SM diakhiri dengan kemenangan Athena dalam Pertempuran Marathon dibawah kepemimpina Miltiades Muda.

Xerxes I, putra dan pewaris Darius I, mencoba kembali menaklukan Yunani 10 tahun kemudian. Akan tetapi pasukan Persia yang berjumlah besar menderita banyak korban dalam Pertempuran Thermopylae, dan persekutuan Yunani menang dalam Pertempuran Slamis dan Pertempuran Plataia. Perang Yunani-Persia berlangsung hingga 449 SM, dipimpin oleh Athena serta Liga Delosnya, pada saat ini Makedonia, Thrakia, dan Kepulauan Aigea serta Ionia semua terbebas dari pengaruh Persia.

Posisi dominan kemaharajaan maritim Athena mengancam posisi Sparta dengan Liga Peloponnesos-nya, yang meliputo kota-kota di daratan Yunani. Konflik tak terhindarkan ini berujung pada Perang Peloponnesos (431-404 SM). Meskipun berulang kali berhasil menghambat perang, Athena berulang kali terpukul mundur. Wabah Wabah penyakit yang menimpa Athena pada 430 SM disusul kegagalan ekspedisi militer ke Sisilia sangat melemahkan Athena. Diduga sepertiga warga Athena tewas, termasuk Perikles, pemimpin mereka.[14]

Sparta berhasil memancing pemberontakan para sekutu Athena, dan akhirnya melumpuhkan kekuatan militer Athena. Peristiwa penting terjadi pada 405 SM ketika Sparta berhasil memotong jalur suplai pangan Athena dari Hellespont. Terpaksa menyerang, armada angkatan laut Athena yang pincang dihancurkan oleh pasukan Sparta dibawah pimpinan Lysandros dalam Pertempuran Aigospotami. Pada 404 SM Athena mengajukan permohonan perdamaian, dan Sparta menentukan persyaratannya; Athena harus kehilangan tembok kotanya (termasuk Tembok Panjang), armada lautnya, dan seluruh koloninya di seberang laut.

Liga Delos ("Kekaisaran Athena"), sebelum Perang Peloponnesos pada 431 SM.

Abad ke-4 SM

Yunani memasuki abad ke-4 SM dibawah hegemoni Sparta, akan tetapi jelas dari awal bahwa Sparta memiliki kelemahan. Krisis demografi menyebabkan kekuasaan Sparta terlalu meluas sedangkan kemampuannya terbatas untuk mengelolanya. Pada 395 SM Athena, Argos, Thebes, dan Korinthos merasa mampu menantang dominasi Sparta, yang berujung pada Perang Korinthios (395-387 SM). Perang ini berakhir dengan status quo, dengan diselingi intervensi Persia atas nama Sparta.

Hegemoni Sparta berlangsung trus selama 16 tahun setelah peristiwa itu, hingga Sparta berusaha memaksakan kehendanya kepada warga Thebes, Sparta kalah telak dalam Pertempuran Leuktra pada tahun 371 SM. Jenderal Thebes Epaminondas memimpin pasukan Thebes memasuki semenanjung Peloponesos, sehingga banyak negara-kota memutuskan hubungannya dengan Sparta. Pasukan Thebes berhasil memasuki Messenia dan membebaskan rakyatnya.

Kehilangan tanah dan penduduk jajahan, Sparta jatuh menjadi kekuatan kelas dua. Hegemoni Thebes kemudian berdiri meski berusia singkat. Dalam Pertempuran Mantinea pada tahun 362 SM melawan Sparta dan sekutunya, Thebes kehilangan pemimpin pentingnya, Epamonides, meskipun mereka meraih kemenangan. Akibat kekalahan ini, baik Thebes maupun Sparta sama-sama menderita kerugian besar sehingga tak satupun di antara mereka atau sekutunya yang dapat meraih dominasi di Yunani.

Melemahnya berbagai negara-kota di jantung Yunani terjadi bersamaan dengan bangkitnya Makedonia, yang dipimpin oleh Philippos II. Dalam waktu dua puluh tahun, Philipos berhasil mempersatukan kerajaannya, memperluasnya ke utara dengan memojokkan suku-suku Illyria, dan kemudian menaklukkan Thessalia dan Thrakia. Kesuksesannya terjadi berkat inovasinya, yang mereformasi pasukan Makedonia. Berulang kali Philippos campur tangan dalam urusan politik negara-kota di selatan, yang berujung pada invasinya pada tahun 338 SM.

Setelah mengalahkan gabungan tentara Athena dan Thebes secara telak dalam Pertempuran Khaironeia pada tahun 338 SM, Philippos secara de facto menjadi hegemon seluruh Yunan, kecuali Sparta. Ia memaksa mayoritas negara-kota Yunani untuk bergabung ke dalam Liga Korinthos dan bersekutu dengannya, serta mencegah mereka saling menyerang. Philiposp memulai serangan terhadap Kekaisaran Akhemeniyah, akan tetapi ia dibunuh oleh Pausanias dari Orestis pada awal konflik.

Aleksander Agung, putra dan pewaris Philippos, melanjutkan perang. Aleksander mengalahkan Darius III dari Persia dan menghancurkan Kekaisaran Akhemeniyah sepenuhnya, serta memasukkannya ke dalam Kekaisaran Makedonia. Karena kehebatannya, ia memperoleh gelar 'Agung'. Kerika Aleksander wafat pada 323 SM, kekuasaan dan pengaruh Yunani berada pada puncaknya. Terjadi perubahan politik, sosial dan budaya yang mendasar; semakin menjauh dari polis (negara-kota) dan lebih bekembang menjadi kebudayaan Hellenistik.

Yunani Hellenistik

Periode Hellenistik bermula pada 323 SM, ditandai dengan berakhirnya penaklukan Aleksander Agung, dan diakhiri dengan penaklukan Yunani oleh Republik Romawi pada 146 SM. Meskipun demikian berdirinya kekuasaan Romawi tidak memutuskan kesinambungan sistem sosial kemasyarakatan dan budaya Yunani, yang tetap tidak berubah hingga bangkitnya agama Kristen, yang menandai runtuhnya kemerdekaan politik Yunani.

Referensi

  1. ^ Carol G. Thomas (1988). Paths from ancient Greece. BRILL. hlm. 27–50. ISBN 9789004088467. Diakses 12-06-2011.
  2. ^ Richard Tarnas, The Passion of the Western Mind (New York: Ballantine Books, 1991).
  3. ^ Colin Hynson, Ancient Greece (Milwaukee: World Almanac Library, 2006), 4.
  4. ^ Carol G. Thomas, Paths from Ancient Greece (Leiden, Netherlands: E. J. Brill, 1988).
  5. ^ Pomeroy, Sarah B. (1999). Ancient Greece: a political, social, and cultural history. Oxford University Press. ISBN 9780195097429.
  6. ^ Grant, Michael (1995). Greek and Roman historians: information and misinformation. Routledge, 1995. hlm. 74. ISBN 9780415117708.
  7. ^ Hall Jonathan M. (2007). A history of the archaic Greek world, ca. 1200-479 BCE. Wiley-Blackwell. ISBN 9780631226673.
  8. ^ Sealey Raphael (1976). A history of the Greek city states, ca. 700-338 B.C.. University of California Press. hlm. 10–11. ISBN 9780631226673.
  9. ^ Slavoj Žižek (18 April 2011). Living in the End Times. Verso. hlm. 218. ISBN 9781844677023. Diakses 12 June 2011.
  10. ^ "Online Etymology Dictionary". Etymonline.com. Diakses 2009-01-06.
  11. ^ "tyrant—Definitions from Dictionary.com". Dictionary.reference.com. Diakses 2009-01-06.
  12. ^ Holland T. Persian Fire hlm. 69-70. ISBN 978-0-349-11717-1
  13. ^ Holland T. Persian Fire p131-138. ISBN 978-0-349-11717-1
  14. ^ Typhoid Fever Behind Fall of Athens. LiveScience. January 23, 2006.



Sumber









Kekaisaran Makedonia

Makedonia
Μακεδονία
Makedonía


sekitar 800 SM–146 SM







Lambang











Makedonia setelah kematian Philip II.



Ibukota Aigai 400 SM sampai dipindahkan oleh Arkhelaus ke Pella
Bahasa Bahasa Makedonia Kuno, kemudian Bahasa Yunani Attika/ bahasa Yunani Koine
Agama Agama Yunani Kuno
Pemerintahan Monarki
Raja
 -  808 - 778 SM Karanos
 -  359 - 336 SM Philip II dari Makedonia
 -  336 - 323 SM Aleksander Agung
 -  221 - 179 SM Philip V dari Makedonia
Era sejarah Era Klasik
 -  Karanus mendirikan Dinasti Argead sek.800 SM
 -  Amyntas III menyatukan Makedonia 382 SM
 -  Ditaklukan Republik Roma dalam Perang Makedonia Ke-4 146 SM
Mata uang Dirham 






Wilayah dan kota di Makedonia








Kekaisaran Makedon atau Kekaisaran Makedonia (Bahasa Yunani: Μακεδονία) adalah nama kerajaan kuno di bagian paling utara Yunani Kuno, berbatasan dengan kerajaan Epirus di barat dan wilayah Thrace di timur. Selama suatu periode singkat, kerajaan ini merupakan negara terkuat di Timur Tengah Kuno, setelah Alexander Agung menaklukkan hampir semua wilayah dunia yang dikenal, menandai periode Helenis dalam sejarah Yunani.


Sumber

Aleksander Agung (8-Habis)

10. Historiografi

Naskah-naskah kuno yang ditulis oleh orang-orang yang mengenal langsung Aleksander atau yang mengumpulkan informasi dari orang-orang yang bertugas pada Aleksander banyak yang hilang kecuali sedikit inskripsi serta fragmen yang bertahan.[14] Orang-orang sezaman Aleksander yang menulis tentangnya di antaranya adalah sejarawan pribadinya Kallisthenes; jenderal Aleksander Ptolemaios dan Nearkhos; Aristobulos, seorang perwira muda yang ikut dalam kampaye militer Aleksander; dan Onesikritos, ketua juru mudi Aleksander. Karya-karya yang ditulis oleh mereka telah hilang, namun karya-karya yang didasarkan para karya-karya asli itu ada yang bertahan. Lima naskah utama yang masih ada antara lain naskah yang ditulis oleh Arrianus, Curtius, Plutarch, Diodoros, dan Yustinus.[226]

11. Aleksander Agung dan Dzul Qarnain

Dunia pada saat kematian Aleksander, menunjukkan kemaharajaannya dalam konteks geopolitik yang lebih besar

Aleksander Agung adalah salah satu tokoh yang dianggap sebagai Dzul Qarnain yang dapat ditemukan pula pada kitab suci Al Qur'an, Surah Al Kahfi 83-101. Dikisahkan bahwa dialah yang mengurung bangsa Ya’juj dan Ma’juj (Gog dan Magog) - yang menurut hadist shahih, bangsa tersebut akan keluar di akhir zaman. Riwayat ini bemula dari saat ia akan menaklukkan suatu daerah, penduduk daerah tersebut tanpa disangka bersedia mengikutinya. Asalkan bangsa Yajuj dan Majuj dikurung. Maka Dzul Qarnain mengurung kedua bangsa tersebut. Maka para penduduk pun bersedia ditaklukkan dengan suka cita.

Anggapan tersebut datang dari kisah Roman Aleksander yang sudah ada sebelum Islam. Beberapa allamah Muslim menolak anggapan Aleksander Agung adalah Dzul Qarnain, sebab Aleksander Agung bukanlah monoteis, sedangkan Dzul-Qarnain adalah penyembah Allah dan hanya seorang penguasa, yang hidup pada masa Nabi Ibrahim. Pendapat ini diriwayatkan oleh Al-Fakihi dari ‘Ubaid bin ‘Umair, ‘Atha` dari Ibnu ‘Abbas, ‘Utsman bin Saj, Ibnu Hisyam dan Ibnu Abi Hatim juga meriwayatkan dari jalan Ali bin Ahmad. Kemudian Al-Fakhrurrazi dalam tafsirnya menyatakan bahwa Dzul Qarnain adalah seorang nabi, sedangkan Aleksander memiliki guru yang bernama Aristoteles dan memerintah negerinya atas perintah Aristoteles.[227]

12. Silsilah

                                                                             -----------   4. Amyntas III dari Makedonia
                                                                            I                                                                ------------------- 20. Anhabaios
                                                                            I                                                                I
                               ----------------  2. Filipus II dari Makedonia                        --------- 10?
                              I                                             I                                                 I
                              I                                              --------------- 5. Eurydike I dari Makedonia                                     
          1. Aleksander Agung                                                    
                              I                     
                              I                                                                                                      ----------- 24. Thanthypas
                              I                                                                                                     I
                              I                                                                      ----------- 12. Alketos I dari Epiros
                              I                                                                      I
                              I                                ------------ 6. Neoptolemos I dari Epiros
                              I                                I
                              ----------------- 3. Olympias

---------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

Catatan kaki

^ i: Pada saat kematiannya, Aleksander telah menaklukkan seluruh Kekaisaran Persia, memasukkannya ke dalam wilayah kekuasaan Makedonia; menurut beberapa sejarawan modern, wilayah tersebut adalah sebagian besar dunia yang dikenal oleh orang Yunani kuno (Ekumene).[228][229] Perkiraan dunia yang dikenal oleh Aleksander dapat dilihat dalam peta Hekataios dari Miletos, lihat Peta dunia Hekataios.
^ ii: Hannibal berpendapat bahwa Aleksander adalah jenderal terhebat;[230] Julius Caesar menangis di depan patung Aleksander, karena di usia yang sama pencapaian Caesar sangat kecil dibandingkan Aleksander;[220] Pompeius menganggap dirinya sebagai 'Aleksander yang Baru';[231] semasa muda, Napoleon Bonaparte juga membandingkan diri dengan Aleksander.[232]
^ iii: Nama Αλέξανδρος berasal dari kata kerja "ἀλέξω" (alexō), "menangkis, mencegah, membela"[233] dan kata benda "ἀνδρός" (andros), genitif dari "ἀνήρ" (anēr), "orang-orang"[234] sehingga bermakna "pelindung orang-orang."[235]
^ iv: "Pada awal abad ke-5 SM, keluarga kerajaan Makedonia, Temenidae, merupakan panitia Olimpiade. Keputusan mereka mutlak. Para rajanya menganggap diri mereka adalah keturunan Herakles, putra Zeus."[236]
^ v: "Para AIAKID adalah keturunan Aiakos, putra Zeus dan nimfa Aigina. Putra Aiakos adalah Peleus, ayah Akhilles. Yang termasuk Aiakid antara lain Pyrrhos dan Aleksander."[237]
^ vi: Ada banyak kecurigaan bahwa Pausanias sebenarnya dibayar untuk membunuh Filipus. Yang dicurigai membayar Pausanias antara lain Aleksander, Olympias, dan bahkan kasiar Darius III. Ketiga orang itu punya motif untuk membunuh Filipus.[238]

Referensi

  1. ^ a b Yenne, W. Alexander the Great: Lessons from History's Undefeated General. Palmgrave McMillan, 2010. hlm 244.
  2. ^ a b c Plutarch, Alexander, 3
  3. ^ Alekander dilahirkan pada tanggal 6 di bulan Hekatombaion "The birth of Alexander at Livius.org".
  4. ^ a b c Plutarch, Alexander, 2
  5. ^ McCarty, hlm. 10.
  6. ^ a b Renault, hlm. 28.
  7. ^ Durant, Life of Greece, hlm. 538.
  8. ^ Roisman & Worthington 2010, Chapter 9: Sabine Muller, "Philip II", hlm. 171.
  9. ^ Plutarch. "Life of Pyrrhus". Penelope.uchicago.edu. Diakses 14 November 2009.
  10. ^ Appian, History of the Syrian Wars, §10 and §11 at Livius.org
  11. ^ Bose, hlm. 21.
  12. ^ Renault, hlm. 33–34.
  13. ^ a b Plutarch, Alexander, 5
  14. ^ a b Roisman & Worthington 2010, Chapter 9: Dawn L. Gilley and Ian Worthington, "Alexander the Great, Macedonia and Asia", hlm. 186.
  15. ^ a b Roisman & Worthington 2010, Chapter 9: Dawn L. Gilley and Ian Worthington, "Alexander the Great, Macedonia and Asia", hlm. 188.
  16. ^ Plutarch, Alexander, 6
  17. ^ Fox, The Search For Alexander, hlm. 64.
  18. ^ Renault, hlm. 39.
  19. ^ Durant, hlm. 538.
  20. ^ a b c Plutarch, Alexander, 7
  21. ^ Fox, The Search For Alexander, hlm. 65.
  22. ^ Renault, hlm. 44.
  23. ^ McCarty, hlm. 15.
  24. ^ Fox, The Search For Alexander, hlm. 65–66.
  25. ^ a b c Plutarch, Alexander, 8
  26. ^ Renault, hlm. 45–47.
  27. ^ McCarty, Alexander the Great, hlm. 16.
  28. ^ a b c Plutarch, Alexander, 9
  29. ^ Fox, The Search For Alexander, hlm. 68.
  30. ^ Renault, hlm. 47.
  31. ^ Bose, hlm. 43.
  32. ^ Renault, hlm. 47–49.
  33. ^ Renault, hlm. 50–51.
  34. ^ Bose, hlm. 44–45
  35. ^ McCarty, hlm. 23
  36. ^ Renault, hlm. 51.
  37. ^ Bose, hlm. 47.
  38. ^ McCarty, hlm. 24.
  39. ^ Diodorus Siculus, Library XVI, 86
  40. ^ "History of Ancient Sparta". Sikyon.com. Diakses 14 November 2009.
  41. ^ Renault, hlm. 54.
  42. ^ McCarty, hlm. 26.
  43. ^ a b Roisman & Worthington 2010, Chapter 9: Sabine Muller, "Philip II", hlm. 179.
  44. ^ a b McCarty, hlm. 27.
  45. ^ a b c d e f Roisman & Worthington 2010, Chapter 9: Sabine Muller, "Philip II", hlm. 180.
  46. ^ Bose, hlm. 75.
  47. ^ Renault, hlm. 56
  48. ^ Renault, hlm. 59.
  49. ^ Fox, The Search For Alexander, hlm. 71.
  50. ^ a b McCarty, hlm. 30–31.
  51. ^ Renault, hlm. 61–62.
  52. ^ Fox, The Search For Alexander, hlm. 72.
  53. ^ a b Roisman & Worthington 2010, Baba 9: Dawn L. Gilley and Ian Worthington, "Alexander the Great, Macedonia and Asia", hlm. 190.
  54. ^ Green, Alexander the Great and the Hellenistic Age, hlm. 5–6
  55. ^ a b c d e Plutarch, Alexander, 77
  56. ^ Renault, hlm. 70–71.
  57. ^ Fox, hlm. 72.
  58. ^ McCarty, hlm. 31.
  59. ^ a b Renault, hlm. 72.
  60. ^ Fox, The Search For Alexander, hlm. 104.
  61. ^ Bose, hlm. 95.
  62. ^ Stoneman, page 21
  63. ^ Bose, hlm. 96.
  64. ^ Arrian, Anabasis Alexandri I, 1
  65. ^ Arrian, Anabasis Alexandri I, 2
  66. ^ Arrian, Anabasis Alexandri I, 3–4
  67. ^ Renault, hlm. 73–74.
  68. ^ Arrian, Anabasis Alexandri I, 5–6
  69. ^ Renault, hlm. 77.
  70. ^ a b c d e Roisman & Worthington 2010, Chapter 9: Dawn L. Gilley and Ian Worthington, "Alexander the Great, Macedonia and Asia", hlm. 192.
  71. ^ a b c d e f g h i j Roisman & Worthington 2010, Chapter 9: Dawn L. Gilley and Ian Worthington, "Alexander the Great, Macedonia and Asia", hlm. 199.
  72. ^ Arrian, Anabasis Alexandri I, 11
  73. ^ Arrian, Anabasis Alexandri I, 13–19
  74. ^ Arrian, Anabasis Alexandri I, 20–23
  75. ^ Arrian, Anabasis Alexandri I, 23
  76. ^ Arrian, Anabasis Alexandri I, 27–28
  77. ^ Arrian, Anabasis Alexandri II, 3
  78. ^ Greene, hlm. 351
  79. ^ Arrian, Anabasis Alexandri II, 6–10
  80. ^ Arrian, Anabasis Alexandri II, 11–12
  81. ^ Arrian, Anabasis Alexandri I, 3–4 II, 14
  82. ^ Arrian Anabasis Alexandri II, 23
  83. ^ Arrian, Anabasis Alexandri II, 16–24
  84. ^ Gunther, hlm. 84.
  85. ^ Sabin et al., hlm. 396.
  86. ^ Arrian, Anabasis Alexandri II, 26
  87. ^ Arrian, Anabasis Alexandri II, 26–27
  88. ^ Josephus, Jewish Antiquities, XI, 337 [viii, 5]
  89. ^ Insight on the Scriptures, Volume 1, 1988, Watch Tower Bible and Tract Society of Pennsylvania International Bible Students Association, pg. 70
  90. ^ Ring et al. hlm. 49, 320.
  91. ^ Grimal, hlm. 382.
  92. ^ a b c Plutarch, Alexander, 27
  93. ^ "Coin: from the Persian Wars to Alexander the Great, 490–336 bc". Encyclopedia Britannica. Diakses 2009-11-16.
  94. ^ Arrian, Anabasis Alexandri III, 1
  95. ^ Arrian, Anabasis Alexandri III 7–15
  96. ^ a b Arrian, Anabasis Alexandri III, 16
  97. ^ Arrian, Anabasis Alexandri III, 18
  98. ^ Laura Foreman (2004). Alexander the conqueror: the epic story of the warrior king, Volume 2003. Da Capo Press. hlm. 152.
  99. ^ Morkot 1996, hlm. 121
  100. ^ Hammond, N. G. L. (1983). Sources for Alexander the Great. Cambridge University Press. hlm. 72–73. ISBN 9780521714716.
  101. ^ John Maxwell O'Brien (1994). Alexander the Great: the invisible enemy : a biography. Psychology Press. hlm. 104.
  102. ^ Arrian, Anabasis Alexandri III, 19–20
  103. ^ Arrian, Anabasis Alexandri III, 21
  104. ^ Arrian, Anabasis Alexandri III, 21, 25
  105. ^ Arrian, Anabasis Alexandri III, 22
  106. ^ Gergel, hlm. 81.
  107. ^ "The end of Persia". www.livius.org. Diakses 2009-11-16.
  108. ^ Arrian, Anabasis Alexandri III, 23–25, 27–30; IV, 1–7
  109. ^ Arrian, Anabasis Alexandri III, 30
  110. ^ Arrian, Anabasis Alexandri IV, 5–6, 16–17
  111. ^ a b Arrian, Anabasis Alexandri VII, 11
  112. ^ a b c d Plutarch, Alexander, 45
  113. ^ Morkot 1996, hlm. 111.
  114. ^ Gergel, hlm. 99.
  115. ^ Waldemar Heckel, Lawrence A. Tritle, ed. (2009). Alexander the Great: A New History. Wiley-Blackwell. hlm. 47–48. ISBN 9781405130820.
  116. ^ Roisman & Worthington 2010, Chapter 9: Dawn L. Gilley and Ian Worthington, "Alexander the Great, Macedonia and Asia", hlm. 201.
  117. ^ Roisman & Worthington 2010, Chapter 9: Dawn L. Gilley and Ian Worthington, "Alexander the Great, Macedonia and Asia", hlm. 202.
  118. ^ Roisman & Worthington 2010, Chapter 9: Dawn L. Gilley and Ian Worthington, "Alexander the Great, Macedonia and Asia", hlm. 203.
  119. ^ Roisman & Worthington 2010, Chapter 9: Dawn L. Gilley and Ian Worthington, "Alexander the Great, Macedonia and Asia", hlm. 205.
  120. ^ Roisman & Worthington 2010, Chapter 9: Edward Anson, "Why study ancient Macedonia", hlm. 186.
  121. ^ a b c Tripathi (1999). History of Ancient India. Motilal Banarsidass Publ. hlm. 118–121. ISBN 9788120800182.
  122. ^ Narain, hlm. 155–165
  123. ^ Curtius dalam McCrindle, hlm 192
  124. ^ J. W. McCrindle; History of Punjab, Vol I, 1997, hlm.229, Punajbi University, Patiala, (Editors): Fauja Singh, L. M. Joshi; Kambojas Through the Ages, 2005, hlm 134, Kirpal Singh.
  125. ^ Tripathi (1999). History of Ancient India. Motilal Banarsidass Publ. hlm. 124–125. ISBN 9788120800182.
  126. ^ Tripathi (1999). History of Ancient India. Motilal Banarsidass Publ. hlm. 126–127. ISBN 9788120800182.
  127. ^ Gergel, hlm. 120.
  128. ^ The encyclopædia britannica: a dictionary of arts, sciences, literature and general information, Volume 14 hlm. 398. Books.google.ca. Diakses 2011-01-29.
  129. ^ Alexander the Great: a reader Author Ian Worthington Editor Ian Worthington Edition illustrated, reprint Publisher Routledge, 2003ISBN 0-415-29186-0, ISBN 978-0-415-29186-6 Length 332 halaman, hlm. 175
  130. ^ a b Plutarch, Alexander, 62
  131. ^ Tripathi (1999). History of Ancient India. Motilal Banarsidass Publ. hlm. 129–130. ISBN 9788120800182.
  132. ^ Tripathi (1999). History of Ancient India. Motilal Banarsidass Publ. hlm. 137–138. ISBN 9788120800182.
  133. ^ Tripathi (1999). History of Ancient India. Motilal Banarsidass Publ. hlm. 141. ISBN 9788120800182.
  134. ^ Morkot 1996, hlm. 9
  135. ^ Arrian, Anabasis Alexandri VI, 27
  136. ^ a b Arrian, Anabasis Alexandri VII, 4
  137. ^ Worthington, Alexander the Great, hlm. 307–308
  138. ^ a b Roisman & Worthington 2010, Chapter 9: Dawn L. Gilley and Ian Worthington, "Alexander the Great, Macedonia and Asia", hlm. 194.
  139. ^ Arrian, Anabasis Alexandri VI, 29
  140. ^ a b c d Arrian, Anabasis Alexandri VII, 14
  141. ^ Grant Berkley (2006). Moses in the Hieroglyphs. Trafford Publishing. hlm. 101. ISBN 1412056004. Diakses 2011-01-13.
  142. ^ Arrian, Anabasis Alexandri VII, 19
  143. ^ Depuydt L. "The Time of Death of Alexander the Great: 11 June 323 BC, ca. 4:00–5:00 PM". Die Welt des Orients 28: 117–135.
  144. ^ a b c d Plutarch, Alexander, 75
  145. ^ a b Plutarch, Alexander, 76
  146. ^ Arrian, Anabasis Alexandri VII, 26
  147. ^ a b c d Diodorus Siculus Library XVII, 117
  148. ^ Green, Alexander the Great and the Hellenistic Age, hlm. 1–2.
  149. ^ a b c Arrian, Anabasis Alexandri VII, 27
  150. ^ a b c d e Green, Alexander the Great and the Hellenistic Age, hlm. 23–24.
  151. ^ a b Diodorus Siculus Library XVII, 118
  152. ^ Fox, Alexander the Great, hlm.
  153. ^ "Alexander the Great poisoned by the River Styx.html". August 4, 2010. Diakses August 4, 2010.
  154. ^ a b c Oldach DW, Richard RE, Borza EN, Benitez RM (June 1998). "A mysterious death". N. Engl. J. Med. 338 (24): 1764–1769. doi:10.1056/NEJM199806113382411. PMID 9625631.
  155. ^ a b Ashrafian, H (2004). "The death of Alexander the Great—a spinal twist of fate". J Hist Neurosci 13 (2): 138–142. doi:10.1080/0964704049052157. PMID 15370319.
  156. ^ "Alexander the Great and West Nile Virus Encephalitis". Centers for Disease Control and Prevention. Diakses 20 May 2008.
  157. ^ Sbarounis CN (2007). "Did Alexander the Great die of acute pancreatitis?". J Clin Gastroenterol 24 (4): 294–296. doi:10.1097/00004836-199706000-00031. PMID 9252868.
  158. ^ Cawthorne (2004), s. 138
  159. ^ "Forensic Psychiatry & Medicine – Dead Men Talking". Forensic-psych.com. Diakses 18 July 2009.
  160. ^ a b "HEC". Greece.org. Diarsipkan dari aslinya tanggal 2004-05-31. Diakses 18 July 2009.
  161. ^ a b Aelian, Varia Historia XII, 64
  162. ^ Green, Alexander the Great and the Hellenistic Age, hlm. 32.
  163. ^ a b "HEC". Greece.org. Diarsipkan dari aslinya tanggal 2004-08-27. Diakses 18 July 2009.
  164. ^ Studniczka hlm. 226ff.
  165. ^ Beazley and Ashmole, hlm. 59, fig. 134.
  166. ^ Bieber M (1965). "The Portraits of Alexander". Greece & Rome, Second Series 12.2: 183–188.
  167. ^ a b Diodorus Siculus, Library XVIII, 4
  168. ^ Paul McKechnie (1989). Outsiders in the Greek cities in the fourth century B.C.. Taylor & Francis. hlm. 54. ISBN 0415003407. Diakses 2010-12-28.
  169. ^ a b c d e Green, Alexander the Great and the Hellenistic Age, hlm. 24–26.
  170. ^ Green, Alexander the Great and the Hellenistic Age, hlm. 20.
  171. ^ Green, Alexander the Great and the Hellenistic Age, hlm. 26–29.
  172. ^ Green, Alexander the Great and the Hellenistic Age, hlm. 29–45.
  173. ^ a b c d Roisman & Worthington 2010, Chapter 9: Dawn L. Gilley and Ian Worthington, "Alexander the Great, Macedonia and Asia", hlm. 193.
  174. ^ a b c d Morkot 1996, hlm. 110.
  175. ^ Morkot 1996, hlm. 112.
  176. ^ a b c Morkot 1996, hlm. 122.
  177. ^ ""The Great" by Plutarch".
  178. ^ "ALEXANDER THE GREAT".
  179. ^ "Contrapposto".
  180. ^ "Contrapposto and the S curve".
  181. ^ a b "Contrapposto - Arcy Art Original Oil Paintings Art Dictionary".
  182. ^ "What is contrapposto?".
  183. ^ a b c d e f g h i j Green, Alexander the Great and the Hellenistic Age, hlm. 15–16.
  184. ^ "The death of Alexander".
  185. ^ "Portraits of Alexander the Great".
  186. ^ "Apoxyomenos".
  187. ^ "Lysippos".
  188. ^ Boswroth hlm.19-20
  189. ^ a b Green, Alexander the Great and the Hellenistic Age, hlm. 4.
  190. ^ a b c d e f Plutarch, Alexander, 4
  191. ^ a b c Arrian, Anabasis Alexandri VII, 29
  192. ^ a b Arrian, Anabasis Alexandri VII, 28
  193. ^ Green, Alexander the Great and the Hellenistic Age, hlm. 20–21
  194. ^ Diodorus Siculus Library XVII, 114
  195. ^ Plutarch, Alexander, 72
  196. ^ Plutarch, Alexander, 47
  197. ^ Plutarch, Dalam Keberuntungan dan Kebaikan Aleksander, Or2.6
  198. ^ "Alexander IV". livius.org. Diakses 13 December 2009.
  199. ^ Renault, hlm. 100.
  200. ^ Ogden, hlm. 204.
  201. ^ Aelian, Varia Historia XII, 7
  202. ^ Sacks et al, hlm. 16.
  203. ^ Worthington, hlm. 159.
  204. ^ Ogden, Alexander the Great – A new history hlm. 208. "three attested pregnancies in eight years produces an attested impregnation rate of one every 2.7 years, which is actually superior to that of his father's.
  205. ^ Diodorus Siculus, Library XVII, 77
  206. ^ Plutarch, Dalam Keberuntungan dan Kebaikan Aleksander I, 11
  207. ^ "Source". Henry-davis.com. Diakses 22 March 2009.
  208. ^ a b Green, Alexander the Great and the Hellenistic Age, hlm. xii–xix.
  209. ^ a b Keay, hlm. 82–85.
  210. ^ "Alexander the Great: his towns". livius.org. Diakses 13-12-2009.
  211. ^ a b c d Green, Alexander the Great and the Hellenistic Age, hlm. 56–59.
  212. ^ "Seleucia on the Tigris, Iraq", University of Michigan.
  213. ^ Green, Alexander the Great and the Hellenistic Age, hlm. 21.
  214. ^ Murphy, hlm. 17.
  215. ^ Gabriel, Richard A. (2002). "The army of Byzantium". The Great Armies of Antiquity. Greenwood Publishing Group. hlm. 277. ISBN 0275978095.
  216. ^ Baynes, Norman G. (2007). "Byzantine art". Byzantium: An Introduction to East Roman Civilization. Baynes Press. hlm. 170. ISBN 978-1406756593.
  217. ^ a b c Keay, hlm. 101–109.
  218. ^ Luniya, hlm. 312.
  219. ^ Pratt, hlm. 237.
  220. ^ a b Plutarch, Caesar, 11
  221. ^ Holt, hlm. 3.
  222. ^ "Salima Ikram. Nile Currents". Egyptology.com. Diarsipkan dari aslinya tanggal 2008-02-09. Diakses 22 March 2009.
  223. ^ Plutarch, Alexander, 46
  224. ^ Stoneman, Richard (2008). Alexander the Great: A Life in Legend. Yale University Press. ISBN 978-0-300-11203-0.
  225. ^ Eskandarnameh. Books.google.co.uk. Diakses 2011-01-29.
  226. ^ Green, Alexander the Great and the Hellenistic Age, hlm. xxii–xxviii.
  227. ^ Fath al-Bari, 6/428-430, cet. Darul Hadits.
  228. ^ Danforth, pp38, 49, 167
  229. ^ Stoneman, p2
  230. ^ Goldsworthy, hlm. 327–328.
  231. ^ Holland, hlm. 176–183.
  232. ^ Barnett, hlm. 45.
  233. ^ ἀλέξω, Henry George Liddell, Robert Scott, A Greek-English Lexicon, di Perseus Digital Library
  234. ^ ἀνήρ, Henry George Liddell, Robert Scott, A Greek-English Lexicon, di Perseus Digital Library
  235. ^ "Alexander". Online Etymology Dictionary. Diakses 2009-12-11.
  236. ^ Hammond, N.G.L. A History of Greece to 323 BC. Cambridge University, 1986, hlm. 516.
  237. ^ Chamoux, François and Roussel, Michel. Hellenistic Civilization. Blackwell Publishing, 2003, hlm. 396, ISBN 0-631-22242-1.
  238. ^ Fox, The Search For Alexander, hlm. 72–73.



Sumber




















Copyright @ 2013 PEJUANG ISLAM.