Tampilkan postingan dengan label al-Qur_an. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label al-Qur_an. Tampilkan semua postingan
Selasa, 31 Desember 2013
Mu'jizat al-Qur_an (Tentang Embrio)
Posted By:
Unknown
on 17.37
DR. KEITH L. MOORE MSc, PhD, FIAC, FSRM adalah Presiden AACA (American Association of Clinical Anatomi ) antara tahun 1989 dan 1991. Ia menjadi terkenal karena literaturnya tentang mata pelajaran Anatomi dan Embriologi dengan puluhan kedudukan dan gelar kehormatan dalam bidang sains.
Dia menulis bersama profesor Arthur F. Dalley II, Clinically Oriented Anatomy, yang merupakan literatur berbahasa Inggris paling populer dan menjadi buku kedokteran pegangan di seluruh dunia. Buku ini juga digunakan oleh para ilmuwan, dokter, fisioterapi dan siswa seluruh dunia.
Pada suatu waktu, ada sekelompok mahasiswa yang menunujukkan referensi al-Qur’an tentang ‘Penciptaan Manusia’ kepada Profesor Keith L Moore, lalu sang Profesor melihatnya dan berkata :
“Tidak mungkin ayat ini ditulis pada tahun 7 Masehi, karena apa yang terkandung di dalam ayat tersebut adalah fakta ilmiah yang baru diketahui oleh ilmu pengetahuan modern! Ini tidak mungkin, Muhammad pasti menggunakan mikroskop!”
Para Mahasiswa tersebut lalu berkata, “Prof, bukankah saat itu Mikroskop juga belum ada?”
“Iya, iya saya tau. Saya hanya bercanda, tidak mungkin Muhammad yang mengarang ayat seperti ini,” jawab sang profesor.
***
“Kemudian Kami menjadikan air mani (yang disimpan) dalam tempat yang kukuh (rahim). Kemudian air mani itu Kami jadikan alaqoh (sesuatu yang melekat), lalu sesuatu yang melekat itu Kami jadikan segumpal daging, dan segumpal daging itu Kami jadikan tulang belulang, lalu tulang belulang itu Kami bungkus dengan daging. Kemudian Kami menjadikannya mahluk yang (berbentuk) lain. Maha Suci Allah Pencipta yang paling baik” [QS. Al Mu'minuun: 13-14]
Jika di cermati lebih dalam, sebenarnya ‘alaqoh’ dalam pengertian Etimologis yang biasa di terjemahkan dengan ‘segumpal darah’ juga bermakna ‘penghisap darah’, yaitu lintah.
Padahal tidak ada pengumpamaan yang lebih tepat ketika Embrio berada pada tahap itu, yaitu 7-24 hari, selain seumpama lintah yang melekat dan menggelantung di kulit.
Embrio itu seperti menghisap darah dari dinding Uterus, karena memang demikianlah yang sesungguhnya terjadi, Embrio itu makan melalui aliran darah. Itu persis seperti lintah yang menghisap darah. Janin juga begitu, sumber makanannya adalah dari sari makanan yang terdapat dalam darah sang ibu.
Ajaibnya, Embrio Janin dalam tahap itu jika di perbesar dengan mikroskop bentuknya benar-benar seperti lintah. Dan hal itu tidak mungkin jika Muhammad sudah memiliki pengetahuan yang begitu dahsyat tentang bentuk janin yang menyerupai lintah lalu menulisnya dalam sebuah buku.
Padahal pada masa itu belum di temukan mikroskop dan lensa. Jelas itu adalah pengetahuan dari Tuhan, itu wahyu dari Allah SWT, yang Maha Mengetahui segala Sesuatu.
Ayat tersebutlah yang membuat sang profesor akhirnya memeluk agama Islam dan merevisi beberapa kajian ilmiahnya karena Al-Quran ternyata telah menjawab beberapa bagian yang selama ini membuat sang profesor gusar. Ia merasa materi yang ditelitinya selama ini terasa belum lengkap atau ada tahapan dari perkembangan Embrio yang kurang.
Sumber
Senin, 30 Desember 2013
Al-Qur'an
Posted By:
Unknown
on 21.11
Al-Qur’ān (ejaan KBBI: Alquran, Arab: القرآن) adalah kitab suci agama Islam. Umat Islam percaya bahwa Al-Qur'an merupakan puncak dan penutup wahyu Allah yang diperuntukkan bagi manusia, dan bagian dari rukun iman, yang disampaikan kepada Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam, melalui perantaraan Malaikat Jibril, dan sebagai wahyu pertama yang diterima oleh Nabi Muhammad adalah sebagaimana yang terdapat dalam surat Al-'Alaq ayat 1-5.[1]
“Kalam Allah SWT yang merupakan mukjizat yang diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW dan ditulis di mushaf serta diriwayatkan dengan mutawatir, membacanya termasuk ibadah”.
Adapun Muhammad Ali ash-Shabuni mendefinisikan Al-Qur'an sebagai berikut:
"Al-Qur'an adalah firman Allah yang tiada tandingannya, diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW penutup para Nabi dan Rasul, dengan perantaraan Malaikat Jibril a.s. dan ditulis pada mushaf-mushaf yang kemudian disampaikan kepada kita secara mutawatir, serta membaca dan mempelajarinya merupakan ibadah, yang dimulai dengan surat Al-Fatihah dan ditutup dengan surat An-Nas"
Dengan definisi tersebut di atas sebagaimana dipercayai Muslim, firman Allah yang diturunkan kepada Nabi selain Nabi Muhammad SAW, tidak dinamakan Al-Qur’an seperti Kitab Taurat yang diturunkan kepada umat Nabi Musa AS atau Kitab Injil yang diturunkan kepada umat Nabi Isa AS. Demikian pula firman Allah yang diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW yang membacanya tidak dianggap sebagai ibadah, seperti Hadits Qudsi, tidak termasuk Al-Qur’an.
Dalam Al-Qur'an sendiri terdapat beberapa ayat yang menyertakan nama
lain yang digunakan untuk merujuk kepada Al-Qur'an itu sendiri. Berikut
adalah nama-nama tersebut dan ayat yang mencantumkannya:
Surat yang turun di Makkah pada umumnya suratnya pendek-pendek, menyangkut prinsip-prinsip keimanan dan akhlaq, panggilannya ditujukan kepada manusia. Sedangkan yang turun di Madinah pada umumnya suratnya panjang-panjang, menyangkut peraturan-peraturan yang mengatur hubungan seseorang dengan Tuhan atau seseorang dengan lainnya (syari'ah). Pembagian berdasar fase sebelum dan sesudah hijrah ini lebih tepat, sebab ada surat Madaniyah yang turun di Mekkah.[rujukan?]
Al-Qur'an memberikan dorongan yang besar untuk mempelajari sejarah dengan secara adil, objektif dan tidak memihak[22]. Dengan demikian tradisi sains Islam sepenuhnya mengambil inspirasi dari Al-Qur'an, sehingga umat Muslim mampu membuat sistematika penulisan sejarah yang lebih mendekati landasan penanggalan astronomis.
Mengutip hadist riwayat Ibnu Abi Dawud dalam Al-Mashahif, dengan sanad yang shahih:
Menurut Syaikh Manna' Al-Qaththan dalam Mahabits fi 'Ulum Al Qur'an,
keterangan ini menunjukkan bahwa apa yang dilakukan Utsman telah
disepakati oleh para sahabat. Demikianlah selanjutnya Utsman mengirim
utusan kepada Hafsah untuk meminjam mushaf Abu Bakar yang ada padanya.
Lalu Utsman memanggil Zaid bin Tsabit Al-Anshari dan tiga orang Quraish,
yaitu Abdullah bin Az-Zubair, Said bin Al-Ash dan Abdurrahman bin
Al-Harits bin Hisyam. Ia memerintahkan mereka agar menyalin dan
memperbanyak mushaf, dan jika ada perbedaan antara Zaid dengan ketiga
orang Quraish tersebut, hendaklah ditulis dalam bahasa Quraish karena Al
Qur'an turun dalam dialek bahasa mereka. Setelah mengembalikan
lembaran-lembaran asli kepada Hafsah, ia mengirimkan tujuh buah mushaf,
yaitu ke Mekkah, Syam, Yaman, Bahrain, Bashrah, Kufah, dan sebuah
ditahan di Madinah (mushaf al-Imam).
Terjemahan dalam bahasa Indonesia di antaranya dilaksanakan oleh:
Pendapat kedua ini menyatakan bahwa jikalau memang benar demikian maksudnya tentang firman Allah di atas, maka artinya akan menjadi: Tidak ada yang menyentuh Al-Qur’an kecuali mereka yang suci (bersih), yakni dengan bentuk faa’il (subyek/pelaku) bukan maf’ul (obyek). Kenyataannya Allah berfirman: "Tidak ada yang menyentuhnya (Al-Qur’an) kecuali mereka yang telah disucikan", yakni dengan bentuk maf’ul (obyek) bukan sebagai faa’il (subyek).
“Tidak ada yang menyentuh Al-Qur’an kecuali orang yang suci.”[24] Yang dimaksud oleh hadits di atas ialah : Tidak ada yang menyentuh Al-Qur’an kecuali orang mu’min, karena orang mu’min itu suci tidak najis sebagaimana sabda Muhammad. “Sesungguhnya orang mu’min itu tidak najis”[25]
Sumber
1. Etimologi
Ditinjau dari segi kebahasaan, Al-Qur’an berasal dari bahasa Arab yang berarti "bacaan" atau "sesuatu yang dibaca berulang-ulang". Kata Al-Qur’an adalah bentuk kata benda (masdar) dari kata kerja qara'a yang artinya membaca. Konsep pemakaian kata ini dapat juga dijumpai pada salah satu surat Al-Qur'an sendiri yakni pada ayat 17 dan 18 Surah Al-Qiyamah yang artinya:- “Sesungguhnya mengumpulkan Al-Qur’an (di dalam dadamu) dan (menetapkan) bacaannya (pada lidahmu) itu adalah tanggungan Kami. (Karena itu,) jika Kami telah membacakannya, hendaklah kamu ikuti {amalkan} bacaannya”.(75:17-75:18)
2. Terminologi
Dr. Subhi Al Salih mendefinisikan Al-Qur'an sebagai berikut:“Kalam Allah SWT yang merupakan mukjizat yang diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW dan ditulis di mushaf serta diriwayatkan dengan mutawatir, membacanya termasuk ibadah”.
Adapun Muhammad Ali ash-Shabuni mendefinisikan Al-Qur'an sebagai berikut:
"Al-Qur'an adalah firman Allah yang tiada tandingannya, diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW penutup para Nabi dan Rasul, dengan perantaraan Malaikat Jibril a.s. dan ditulis pada mushaf-mushaf yang kemudian disampaikan kepada kita secara mutawatir, serta membaca dan mempelajarinya merupakan ibadah, yang dimulai dengan surat Al-Fatihah dan ditutup dengan surat An-Nas"
Dengan definisi tersebut di atas sebagaimana dipercayai Muslim, firman Allah yang diturunkan kepada Nabi selain Nabi Muhammad SAW, tidak dinamakan Al-Qur’an seperti Kitab Taurat yang diturunkan kepada umat Nabi Musa AS atau Kitab Injil yang diturunkan kepada umat Nabi Isa AS. Demikian pula firman Allah yang diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW yang membacanya tidak dianggap sebagai ibadah, seperti Hadits Qudsi, tidak termasuk Al-Qur’an.
3. Nama-nama lain Al-Qur'an
- Al-Kitab (Buku)[2][3]
- Al-Furqan (Pembeda benar salah)[4]
- Adz-Dzikr (Pemberi peringatan)[5]
- Al-Mau'idhah (Pelajaran/nasihat)[6]
- Al-Hukm (Peraturan/hukum)[7]
- Al-Hikmah (Kebijaksanaan)[8]
- Asy-Syifa' (Obat/penyembuh)[6][9]
- Al-Huda (Petunjuk)[6][10][11][12]
- At-Tanzil (Yang diturunkan)[13]
- Ar-Rahmat (Karunia)[10]
- Ar-Ruh (Ruh)[14]
- Al-Bayan (Penerang)[15]
- Al-Kalam (Ucapan/firman)[16]
- Al-Busyra (Kabar gembira)[17]
- An-Nur (Cahaya)[18]
- Al-Basha'ir (Pedoman)[19]
- Al-Balagh (Penyampaian/kabar)[20]
- Al-Qaul (Perkataan/ucapan)[21]
4. Struktur dan pembagian Al-Qur'an
A. Surat, ayat dan ruku'
Al-Qur'an terdiri atas 114 bagian yang dikenal dengan nama surah (surat) dan 6236 ayat. Setiap surat akan terdiri atas beberapa ayat, di mana surat terpanjang dengan 286 ayat adalah surat Al Baqarah dan yang terpendek hanya memiliki 3 ayat yakni surat Al Kautsar, An-Nasr dan Al-‘Așr. Surat-surat yang panjang terbagi lagi atas sub bagian lagi yang disebut ruku' yang membahas tema atau topik tertentu.B. Makkiyah dan Madaniyah
Sedangkan menurut tempat diturunkannya, setiap surat dapat dibagi atas surat-surat Makkiyah (surat Mekkah) dan Madaniyah (surat Madinah). Pembagian ini berdasarkan tempat dan waktu penurunan surat dan ayat tertentu di mana surat-surat yang turun sebelum Rasulullah SAW hijrah ke Madinah digolongkan surat Makkiyah sedangkan setelahnya tergolong surat Madaniyah.Surat yang turun di Makkah pada umumnya suratnya pendek-pendek, menyangkut prinsip-prinsip keimanan dan akhlaq, panggilannya ditujukan kepada manusia. Sedangkan yang turun di Madinah pada umumnya suratnya panjang-panjang, menyangkut peraturan-peraturan yang mengatur hubungan seseorang dengan Tuhan atau seseorang dengan lainnya (syari'ah). Pembagian berdasar fase sebelum dan sesudah hijrah ini lebih tepat, sebab ada surat Madaniyah yang turun di Mekkah.[rujukan?]
C. Juz dan manzil
Dalam skema pembagian lain, Al-Qur'an juga terbagi menjadi 30 bagian dengan panjang sama yang dikenal dengan nama juz. Pembagian ini untuk memudahkan mereka yang ingin menuntaskan bacaan Al-Qur'an dalam 30 hari (satu bulan). Pembagian lain yakni manzil memecah Al-Qur'an menjadi 7 bagian dengan tujuan penyelesaian bacaan dalam 7 hari (satu minggu). Kedua jenis pembagian ini tidak memiliki hubungan dengan pembagian subyek bahasan tertentu.D. Menurut ukuran surat
Kemudian dari segi panjang-pendeknya, surat-surat yang ada di dalam Al-Qur’an terbagi menjadi empat bagian, yaitu:- As Sab’uththiwaal (tujuh surat yang panjang). Yaitu Surat Al-Baqarah, Ali Imran, An-Nisaa’, Al-A’raaf, Al-An’aam, Al Maa-idah dan Yunus
- Al Miuun (seratus ayat lebih), seperti Hud, Yusuf, Mu'min dan sebagainya
- Al Matsaani (kurang sedikit dari seratus ayat), seperti Al-Anfaal, Al-Hijr dan sebagainya
- Al Mufashshal (surat-surat pendek), seperti Adh-Dhuha, Al-Ikhlas, Al-Falaq, An-Nas dan sebagainya
5. Sejarah Al-Qur'an hingga berbentuk mushaf
Manuskrip dari Al-Andalus abad ke-12
Al-Qur'an memberikan dorongan yang besar untuk mempelajari sejarah dengan secara adil, objektif dan tidak memihak[22]. Dengan demikian tradisi sains Islam sepenuhnya mengambil inspirasi dari Al-Qur'an, sehingga umat Muslim mampu membuat sistematika penulisan sejarah yang lebih mendekati landasan penanggalan astronomis.
A. Penurunan Al-Qur'an
Al-Qur'an tidak turun sekaligus, ayat-ayat al-Qur'an turun secara berangsur-angsur selama 22 tahun 2 bulan 22 hari. Para ulama membagi masa turunnya ini dibagi menjadi 2 periode, yaitu periode Mekkah dan periode Madinah. Periode Mekkah berlangsung selama 12 tahun masa kenabian Rasulullah SAW dan surat-surat yang turun pada waktu ini tergolong surat Makkiyyah. Sedangkan periode Madinah yang dimulai sejak peristiwa hijrah berlangsung selama 10 tahun dan surat yang turun pada kurun waktu ini disebut surat Madaniyah. Ilmu Al-Qur'an yang membahas mengenai latar belakang atau sebab-sebab suatu atau beberapa ayat al-Qur'an diturunkan disebut Asbabun Nuzul (Sebab-sebab Turunnya (suatu ayat).B. Penulisan Al-Qur'an dan perkembangannya
Penulisan (pencatatan dalam bentuk teks) ayat-ayat al-Qur'an sudah dimulai sejak zaman Nabi Muhammad. Kemudian transformasinya menjadi teks yang sudah dibundel menjadi satu seperti yang dijumpai saat ini, telah dilakukan pada zaman khalifah Utsman bin Affan.1). Masa Nabi Muhammad
Pada masa ketika Nabi Muhammad masih hidup, terdapat beberapa orang yang ditunjuk untuk menuliskan Al Qur'an yakni Zaid bin Tsabit, Ali bin Abi Talib, Muawiyah bin Abu Sufyan dan Ubay bin Kaab. Sahabat yang lain juga kerap menuliskan wahyu tersebut walau tidak diperintahkan. Media penulisan yang digunakan saat itu berupa pelepah kurma, lempengan batu, daun lontar, kulit atau daun kayu, pelana, potongan tulang belulang binatang. Di samping itu banyak juga sahabat-sahabat langsung menghafalkan ayat-ayat Al-Qur'an setelah wahyu diturunkan.2). Masa Khulafaur Rasyidin
a. Pemerintahan Abu Bakar
Pada masa kekhalifahan Abu Bakar, terjadi beberapa pertempuran (dalam perang yang dikenal dengan nama perang Ridda) yang mengakibatkan tewasnya beberapa penghafal Al-Qur'an dalam jumlah yang signifikan. Umar bin Khattab yang saat itu merasa sangat khawatir akan keadaan tersebut lantas meminta kepada Abu Bakar untuk mengumpulkan seluruh tulisan Al-Qur'an yang saat itu tersebar di antara para sahabat. Abu Bakar lantas memerintahkan Zaid bin Tsabit sebagai koordinator pelaksanaan tugas tersebut. Setelah pekerjaan tersebut selesai dan Al-Qur'an tersusun secara rapi dalam satu mushaf, hasilnya diserahkan kepada Abu Bakar. Abu Bakar menyimpan mushaf tersebut hingga wafatnya kemudian mushaf tersebut berpindah kepada Umar sebagai khalifah penerusnya, selanjutnya mushaf dipegang oleh anaknya yakni Hafshah yang juga istri Nabi Muhammad.b. Pemerintahan Utsman bin Affan
Pada masa pemerintahan khalifah ke-3 yakni Utsman bin Affan, terdapat keragaman dalam cara pembacaan Al-Qur'an (qira'at) yang disebabkan oleh adanya perbedaan dialek (lahjah) antar suku yang berasal dari daerah berbeda-beda. Hal ini menimbulkan kekhawatiran Utsman sehingga ia mengambil kebijakan untuk membuat sebuah mushaf standar (menyalin mushaf yang dipegang Hafsah) yang ditulis dengan sebuah jenis penulisan yang baku. Standar tersebut, yang kemudian dikenal dengan istilah cara penulisan (rasam) Utsmani yang digunakan hingga saat ini. Bersamaan dengan standardisasi ini, seluruh mushaf yang berbeda dengan standar yang dihasilkan diperintahkan untuk dimusnahkan (dibakar). Dengan proses ini Utsman berhasil mencegah bahaya laten terjadinya perselisihan di antara umat Islam pada masa depan dalam penulisan dan pembacaan Al-Qur'an.Mengutip hadist riwayat Ibnu Abi Dawud dalam Al-Mashahif, dengan sanad yang shahih:
“ | Suwaid bin Ghaflah berkata, "Ali mengatakan: Katakanlah segala yang baik tentang Utsman. Demi Allah, apa yang telah dilakukannya mengenai mushaf-mushaf Al Qur'an sudah atas persetujuan kami. Utsman berkata, 'Bagaimana pendapatmu tentang isu qira'at ini? Saya mendapat berita bahwa sebagian mereka mengatakan bahwa qira'atnya lebih baik dari qira'at orang lain. Ini hampir menjadi suatu kekufuran'. Kami berkata, 'Bagaimana pendapatmu?' Ia menjawab, 'Aku berpendapat agar umat bersatu pada satu mushaf, sehingga tidak terjadi lagi perpecahan dan perselisihan.' Kami berkata, 'Pendapatmu sangat baik'." | ” |
6. Upaya penerjemahan dan penafsiran Al Qur'an
Upaya-upaya untuk mengetahui isi dan maksud Al Qur'an telah menghasilkan proses penerjemahan (literal) dan penafsiran (lebih dalam, mengupas makna) dalam berbagai bahasa. Namun demikian hasil usaha tersebut dianggap sebatas usaha manusia dan bukan usaha untuk menduplikasi atau menggantikan teks yang asli dalam bahasa Arab. Kedudukan terjemahan dan tafsir yang dihasilkan tidak sama dengan Al-Qur'an itu sendiri.A. Terjemahan
Terjemahan Al-Qur'an adalah hasil usaha penerjemahan secara literal teks Al-Qur'an yang tidak dibarengi dengan usaha interpretasi lebih jauh. Terjemahan secara literal tidak boleh dianggap sebagai arti sesungguhnya dari Al-Qur'an. Sebab Al-Qur'an menggunakan suatu lafazh dengan berbagai gaya dan untuk suatu maksud yang bervariasi; kadang-kadang untuk arti hakiki, kadang-kadang pula untuk arti majazi (kiasan) atau arti dan maksud lainnya.Terjemahan dalam bahasa Indonesia di antaranya dilaksanakan oleh:
- Al-Qur'an dan Terjemahannya, oleh Departemen Agama Republik Indonesia, ada dua edisi revisi, yaitu tahun 1989 dan 2002
- Terjemah Al-Qur'an, oleh Prof. Mahmud Yunus
- An-Nur, oleh Prof. Dr. T.M. Hasbi Ash-Siddieqy
- Al-Furqan, oleh A. Hassan guru Persatuan Islam
- Al-Qur'anu'l-Karim Bacaan Mulia, oleh Hans Bague Jassin
- The Holy Qur'an: Text, Translation and Commentary, oleh Abdullah Yusuf Ali
- The Meaning of the Holy Qur'an, oleh Marmaduke Pickthall
- Qur'an Kejawen (bahasa Jawa), oleh Kemajuan Islam Jogyakarta
- Qur'an Suadawiah (bahasa Sunda)
- Qur'an bahasa Sunda oleh K.H. Qomaruddien
- Al-Ibriz (bahasa Jawa), oleh K. Bisyri Mustafa Rembang
- Al-Qur'an Suci Basa Jawi (bahasa Jawa), oleh Prof. K.H.R. Muhamad Adnan
- Al-Amin (bahasa Sunda)
- Terjemahan Al-Qur'an dalam bahasa Bugis (huruf lontara), oleh KH Abdul Muin Yusuf (Pimpinan Pondok Pesantren Al-Urwatul Wutsqaa Benteng Sidrap Sulsel)
B. Tafsir
Upaya penafsiran Al-Qur'an telah berkembang sejak semasa hidupnya Nabi Muhammad, saat itu para sahabat tinggal menanyakan kepada sang Nabi jika memerlukan penjelasan atas ayat tertentu. Kemudian setelah wafatnya Nabi Muhammad hingga saat ini usaha menggali lebih dalam ayat-ayat Al-Qur'an terus berlanjut. Pendekatan (metodologi) yang digunakan juga beragam, mulai dari metode analitik, tematik, hingga perbandingan antar ayat. Corak yang dihasilkan juga beragam, terdapat tafsir dengan corak sastra-bahasa, sastra-budaya, filsafat dan teologis bahkan corak ilmiah.7. Adab terhadap Al-Qur'an
Ada dua pendapat mengenai hukum menyentuh Al-Qur'an terhadap seseorang yang sedang junub, perempuan haid dan nifas. Pendapat pertama mengatakan bahwa jika seseorang sedang mengalami kondisi tersebut tidak boleh menyentuh Al-Qur'an sebelum bersuci. Sedangkan pendapat kedua mengatakan boleh dan sah saja untuk menyentuh Al-Qur'an, karena tidak ada dalil yang menguatkannya.[23]A. Pendapat pertama
Sebelum menyentuh sebuah mushaf Al-Qur'an, seorang Muslim dianjurkan untuk menyucikan dirinya terlebih dahulu dengan berwudhu. Hal ini berdasarkan tradisi dan interpretasi secara literal dari surat Al Waaqi'ah ayat 77 hingga 79.- Terjemahannya antara lain:56-77. Sesungguhnya Al-Qur'an ini adalah bacaan yang sangat mulia, 56-78. pada kitab yang terpelihara (Lauhul Mahfuzh), 56-79. tidak menyentuhnya kecuali orang-orang yang disucikan. (56:77-56:79)
B. Pendapat kedua
Pendapat kedua mengatakan bahwa yang dimaksud oleh surat Al Waaqi'ah di atas ialah: "Tidak ada yang dapat menyentuh Al-Qur’an yang ada di Lauhul Mahfudz sebagaimana ditegaskan oleh ayat yang sebelumnya (ayat 78) kecuali para Malaikat yang telah disucikan oleh Allah." Pendapat ini adalah tafsir dari Ibnu Abbas dan lain-lain sebagaimana telah diterangkan oleh Al-Hafidzh Ibnu Katsir di tafsirnya. Bukanlah yang dimaksud bahwa tidak boleh menyentuh atau memegang Al-Qur’an kecuali orang yang bersih dari hadats besar dan hadats kecil.Pendapat kedua ini menyatakan bahwa jikalau memang benar demikian maksudnya tentang firman Allah di atas, maka artinya akan menjadi: Tidak ada yang menyentuh Al-Qur’an kecuali mereka yang suci (bersih), yakni dengan bentuk faa’il (subyek/pelaku) bukan maf’ul (obyek). Kenyataannya Allah berfirman: "Tidak ada yang menyentuhnya (Al-Qur’an) kecuali mereka yang telah disucikan", yakni dengan bentuk maf’ul (obyek) bukan sebagai faa’il (subyek).
“Tidak ada yang menyentuh Al-Qur’an kecuali orang yang suci.”[24] Yang dimaksud oleh hadits di atas ialah : Tidak ada yang menyentuh Al-Qur’an kecuali orang mu’min, karena orang mu’min itu suci tidak najis sebagaimana sabda Muhammad. “Sesungguhnya orang mu’min itu tidak najis”[25]
8. Hubungan dengan kitab-kitab lain
Berkaitan dengan adanya kitab-kitab yang dipercayai diturunkan kepada nabi-nabi sebelum Muhammad SAW dalam agama Islam (Taurat, Zabur, Injil, lembaran Ibrahim), Al-Qur'an dalam beberapa ayatnya menegaskan posisinya terhadap kitab-kitab tersebut. Berikut adalah pernyataan Al-Qur'an yang tentunya menjadi doktrin bagi ummat Islam mengenai hubungan Al-Qur'an dengan kitab-kitab tersebut:- Bahwa Al-Qur'an menuntut kepercayaan ummat Islam terhadap eksistensi kitab-kitab tersebut. QS(2:4)
- Bahwa Al-Qur'an diposisikan sebagai pembenar dan batu ujian (verifikator) bagi kitab-kitab sebelumnya. QS(5:48)
- Bahwa Al-Qur'an menjadi referensi untuk menghilangkan perselisihan pendapat antara ummat-ummat rasul yang berbeda. QS(16:63-64)
- Bahwa Al-Qur'an meluruskan sejarah. Dalam Al-Qur'an terdapat cerita-cerita mengenai kaum dari rasul-rasul terdahulu, juga mengenai beberapa bagian mengenai kehidupan para rasul tersebut. Cerita tersebut pada beberapa aspek penting berbeda dengan versi yang terdapat pada teks-teks lain yang dimiliki baik oleh Yahudi dan Kristen.
9. Referensi
- ^ Al-A'zami, M.M., (2005), Sejarah Teks Al-Qur'an dari Wahyu sampai Kompilasi, (terj.), Jakarta: Gema Insani Press, ISBN 979-561-937-3.
- ^ "Kitab (Al Quran) ini tidak ada keraguan padanya; petunjuk bagi mereka yang bertakwa," (Al-Baqarah 2:2)
- ^ "Demi Kitab (Al Quran) yang menjelaskan," (Ad-Dhukan 44:2)
- ^ "Maha suci Allah yang telah menurunkan Al Furqaan (Al Quran) kepada hamba-Nya, agar dia menjadi pemberi peringatan kepada seluruh alam," (Al-Furqan 25:1)
- ^ "Sesungguhnya Kami-lah yang menurunkan Al Quran, dan sesungguhnya Kami benar-benar memeliharanya." (Al-Hijr 15:9)
- ^ a b c "Hai manusia, sesungguhnya telah datang kepadamu pelajaran dari Tuhanmu dan penyembuh bagi penyakit-penyakit (yang berada) dalam dada dan petunjuk serta rahmat bagi orang-orang yang beriman." (Yunus 10:57)
- ^ "...dan demikianlah, Kami telah menurunkan Al Quran itu sebagai peraturan (yang benar) dalam bahasa Arab. Dan seandainya kamu mengikuti hawa nafsu mereka setelah datang pengetahuan kepadamu, maka sekali-kali tidak ada pelindung dan pemelihara bagimu terhadap (siksa) Allah." (Ar-Ra'd 13:37)
- ^ "Itulah sebagian hikmah yang diwahyukan Tuhanmu kepadamu, dan janganlah kamu mengadakan tuhan yang lain di samping Allah, yang menyebabkan kamu dilemparkan ke dalam neraka dalam keadaan tercela lagi dijauhkan (dari rahmat Allah)." (Al-Isra 17:39)
- ^ "...dan Kami turunkan dari Al Quran suatu yang menjadi penawar dan rahmat bagi orang-orang yang beriman dan Al Quran itu tidaklah menambah kepada orang-orang yang zalim selain kerugian." (Al-Isra 17:82)
- ^ a b "...dan sesungguhnya Al Quran itu benar-benar menjadi petunjuk dan rahmat bagi orang-orang yang beriman." (An-Naml 27:77)
- ^ "...dan sesungguhnya kami tatkala mendengar petunjuk (Al Quran), kami beriman kepadanya. Barangsiapa beriman kepada Tuhannya, maka ia tidak takut akan pengurangan pahala dan tidak (takut pula) akan penambahan dosa dan kesalahan." (Al-Jin 72:13)
- ^ "Dialah yang telah mengutus Rasul-Nya (dengan membawa) petunjuk (Al-Quran) dan agama yang benar untuk dimenangkan-Nya atas segala agama, walaupun orang-orang musyrikin tidak menyukai." (At-Tawbah 9:33)
- ^ "...dan sesungguhnya Al Quran ini benar-benar diturunkan oleh Tuhan semesta alam," (Asy-Syuara 26:192)
- ^ "...dan demikianlah Kami wahyukan kepadamu wahyu (Al Quran) dengan perintah Kami. Sebelumnya kamu tidaklah mengetahui apakah Al Kitab (Al Quran) dan tidak pula mengetahui apakah iman itu, tetapi Kami menjadikan Al Quran itu cahaya, yang Kami tunjuki dengan dia siapa yang kami kehendaki di antara hamba-hamba Kami. Dan sesungguhnya kamu benar-benar memberi petunjuk kepada jalan yang lurus." (Asy-Syuraa 42:52)
- ^ "(Al Quran) ini adalah penerangan bagi seluruh manusia, dan petunjuk serta pelajaran bagi orang-orang yang bertakwa." (Al-Imran 3:138)
- ^ "...dan jika seorang diantara orang-orang musyrikin itu meminta perlindungan kepadamu, maka lindungilah ia supaya ia sempat mendengar firman Allah, kemudian antarkanlah ia ketempat yang aman baginya. Demikian itu disebabkan mereka kaum yang tidak mengetahui." (At-Tawbah 9:6)
- ^ "Katakanlah: "Ruhul Qudus (Jibril) menurunkan Al Quran itu dari Tuhanmu dengan benar, untuk meneguhkan (hati) orang-orang yang telah beriman, dan menjadi petunjuk serta kabar gembira bagi orang-orang yang berserah diri (kepada Allah)"." (An-Nahl 16:102)
- ^ "Hai manusia, sesungguhnya telah datang kepadamu bukti kebenaran dari Tuhanmu. (Muhammad dengan mukjizatnya) dan telah Kami turunkan kepadamu cahaya yang terang benderang (Al Quran)." (An-Nisa 4:174)
- ^ "Al Quran ini adalah pedoman bagi manusia, petunjuk dan rahmat bagi kaum yang meyakini." (Al-Jatsiyah 45:20)
- ^ "(Al Quran) ini adalah penjelasan yang sempurna bagi manusia, dan supaya mereka diberi peringatan dengan-Nya, dan supaya mereka mengetahui bahwasanya Dia adalah Tuhan Yang Maha Esa dan agar orang-orang yang berakal mengambil pelajaran." (Ibrahim 14:52)
- ^ "...dan sesungguhnya telah Kami turunkan berturut-turut perkataan ini (Al Quran) kepada mereka agar mereka mendapat pelajaran." (Al-Qashash 28:51)
- ^ Rahman, A., (2007), Ensiklopediana Ilmu dalam Al-Quran: Rujukan Terlengkap Isyarat-Isyarat Ilmiah dalam Al-Quran, (terj.), Bandung: Penerbit Mizania, ISBN 979-8394-43-7
- ^ www.almanhaj.or.id Hukum Menyentuh Atau Memegang Al-Qur'an Bagi Orang Junub, Wanita Haid Dan Nifas (diakses pada 8 Juli 2010)
- ^ Shahih riwayat Daruquthni dari jalan Amr bin Hazm, dan dari jalan Hakim bin Hizaam diriwayatkan oleh Daruquthni, Hakim, Thabrani di kitabnya Mu’jam Kabir dan Mu’jam Ausath dan lain-lain, dan dari jalan Ibnu Umar diriwayatkan oleh Daruquthni dan lain-lain, dan dari jalan Utsman bin Abil Aash diriwayatkan oleh Thabrani di Mu’jam Kabir dan lain-lain. Irwaa-ul Ghalil no. 122 oleh Syaikhul Imam Al-Albani. Beliau telah mentakhrij hadits di atas dan menyatakannya shahih.
- ^ Shahih riwayat Bukhari, Muslim, Abu Dawud, Tirmidzi, Nasa’i, Ibnu Majah, Ahmad dan lain-lain dari jalan Abu Hurairah, ia berkata : “Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah menjumpaiku di salah satu jalan dari jalan-jalan yang ada di Madinah, sedangkan aku dalam keadaan junub, lalu aku menyingkir pergi dan segera aku mandi kemudian aku datang (menemui beliau), lalu beliau bersabda, “Kemana engkau tadi wahai Abu Hurairah?” Jawabku, “Aku tadi dalam keadaan junub, maka aku tidak suka duduk bersamamu dalam keadaan tidak bersih (suci)”. Maka beliau bersabda, “Subhanallah! Sesungguhnya orang mu’min itu tidak najis” (Dalam riwayat yang lain beliau bersabda, “Sesungguhnya orang muslim itu tidak najis”).
Sumber
Senin, 23 Desember 2013
Embriologi dalam al-Qur_an
Posted By:
Unknown
on 23.45
Terdapat banyak pokok persoalan yang disebutkan dalam Al-Qur’an yang mengundang manusia untuk beriman. Kadang-kadang langit, kadang-kadang hewan, dan kadang-kadang tanaman ditunjukkan sebagai bukti bagi manusia oleh Allah. Dalam banyak ayat, orang-orang diseru untuk mengalihkan perhatian mereka ke arah proses terciptanya mereka sendiri. Mereka sering diingatkan bagaimana manusia sampai ke bumi, tahap-tahap mana yang telah kita lalui, dan apa bahan dasarnya:
“Kami telah menciptakan kamu; maka
mengapa kamu tidak membenarkan? Adakah kamu perhatikan (benih manusia)
yang kamu pancarkan? Kamukah yang menciptakannya? Ataukah Kami yang
menciptakannya?” (Qs Al Waaqi’ah: 57-59)
Penciptaan manusia dan aspek-aspeknya
yang luar biasa itu ditegaskan dalam banyak ayat. Beberapa informasi di
dalam ayat-ayat ini sedemikian rinci sehingga mustahil bagi orang yang
hidup di abad ke-7 untuk mengetahuinya. Beberapa di antaranya sebagai
berikut:
1. Manusia tidak diciptakan dari mani yang lengkap, tetapi dari sebagian kecilnya(spermazoa).
2. Sel kelamin laki-lakilah yang menentukan jenis kelamin bayi.
3. Janin manusia melekat pada rahim sang ibu bagaikan lintah.
4. Manusia berkembang di tiga kawasan yang gelap di dalam rahim.
Orang-orang yang hidup pada zaman kala Al
Qur’an diturunkan, pasti mengetahui bahwa bahan dasar kelahiran
berhubungan dengan mani laki-laki yang terpancar selama persetubuhan
seksual. Fakta bahwa bayi lahir sesudah jangka waktu sembilan bulan
tentu saja merupakan peristiwa yang gamblang dan tidak memerlukan
penyelidikan lebih lanjut. Akan tetapi, sedikit informasi yang dikutip
di atas itu berada jauh di luar pengertian orang-orang yang hidup pada
masa itu. Ini baru disahihkan oleh ilmu pengetahuan abad ke-20.
Setetes Mani
Selama persetubuhan seksual, 250 juta
sperma terpancar dari si laki-laki pada satu waktu. Sperma-sperma
melakukan perjalanan 5-menit yang sulit di tubuh si ibu sampai menuju
sel telur. Hanya seribu dari 250 juta sperma yang berhasil mencapai sel
telur. Sel telur, yang berukuran setengah dari sebutir garam, hanya akan
membolehkan masuk satu sperma. Artinya, bahan manusia bukan mani
seluruhnya, melainkan hanya sebagian kecil darinya. Ini dijelaskan dalam
Al-Qur’an :
“Apakah manusia mengira akan dibiarkan tak terurus? Bukankah ia hanya setitik mani yang dipancarkan?” (Qs Al Qiyaamah: 36-37)
Seperti yang telah kita amati, Al-Qur’an
memberi tahu kita bahwa manusia tidak terbuat dari mani selengkapnya,
tetapi hanya bagian kecil darinya. Bahwa tekanan khusus dalam pernyataan
ini mengumumkan suatu fakta yang baru ditemukan oleh ilmu pengetahuan
modern itu merupakan bukti bahwa pernyataan tersebut berasal dari Ilahi.
Campuran Dalam Air Mani
Cairan yang disebut mani tidak mengandung
sperma saja. Cairan ini justru tersusun dari campuran berbagai cairan
yang berlainan. Cairan-cairan ini mempunyai fungsi-fungsi semisal
mengandung gula yang diperlukan untuk menyediakan energi bagi sperma,
menetralkan asam di pintu masuk rahim, dan melicinkan lingkungan agar
memudahkan pergerakan sperma.
Yang cukup menarik, ketika mani
disinggung di Al-Qur’an, fakta ini, yang ditemukan oleh ilmu pengetahuan
modern, juga menunjukkan bahwa mani itu ditetapkan sebagai cairan
campuran:
“Sungguh, Kami ciptakan manusia dari setetes mani yang bercampur, lalu Kami beri dia (anugerah) pendengaran dan penglihatan.” (Qs Al Insaan: 2)
Di ayat lain, mani lagi-lagi disebut sebagai campuran dan ditekankan bahwa manusia diciptakan dari “bahan campuran” ini:
“Dialah Yang menciptakan segalanya
dengan sebaik-baiknya, Dia mulai menciptakan manusia dari tanah liat.
Kemudian Ia menjadikan keturunannya dari sari air yang hina.” (Qs, As Sajdah: 7-8)
Kata Arab “sulala”, yang diterjemahkan
sebagai “sari”, berarti bagian yang mendasar atau terbaik dari sesuatu.
Dengan kata lain, ini berarti “bagian dari suatu kesatuan”. Ini
menunjukkan bahwa Al Qur’an merupakan firman dari Yang Berkehendak Yang
mengetahui penciptaan manusia hingga serinci-rincinya. Yang Berkehendak
ini ialah Pencipta manusia.
Jenis Kelamin Bayi
Hingga baru-baru ini, diyakini bahwa
jenis kelamin bayi ditentukan oleh sel-sel ibu. Atau setidaknya,
dipercaya bahwa jenis kelamin ini ditentukan secara bersama oleh sel-sel
lelaki dan perempuan. Namun kita diberitahu informasi yang berbeda
dalam Al Qur’an, yang menyatakan bahwa jenis kelamin laki-laki atau
perempuan diciptakan “dari air mani apabila dipancarkan”.
“Dialah yang menciptakan berpasang-pasangan pria dan wanita, dari air mani, apabila dipancarkan.” (Qs An Najm: 45-46)
Cabang-cabang ilmu pengetahuan yang
berkembang seperti genetika dan biologi molekuler telah membenarkan
secara ilmiah ketepatan informasi yang diberikan Al Qur’an ini. Kini
diketahui bahwa jenis kelamin ditentukan oleh sel-sel sperma dari tubuh
pria, dan bahwa wanita tidak berperan dalam proses penentuan jenis
kelamin ini.
Kromosom adalah unsur utama dalam
penentuan jenis kelamin. Dua dari 46 kromosom yang menentukan bentuk
seorang manusia diketahui sebagai kromosom kelamin. Dua kromosom ini
disebut “XY” pada pria, dan “XX” pada wanita. Penamaan ini didasarkan
pada bentuk kromosom tersebut yang menyerupai bentuk huruf-huruf ini.
Kromosom Y membawa gen-gen yang mengkode sifat-sifat kelelakian,
sedangkan kromosom X membawa gen-gen yang mengkode sifat-sifat
kewanitaan.
Pembentukan seorang manusia baru berawal
dari penggabungan silang salah satu dari kromosom ini, yang pada pria
dan wanita ada dalam keadaan berpasangan. Pada wanita, kedua bagian sel
kelamin, yang membelah menjadi dua selama peristiwa ovulasi, membawa
kromosom X. Sebaliknya, sel kelamin seorang pria menghasilkan dua sel
sperma yang berbeda, satu berisi kromosom X, dan yang lainnya berisi
kromosom Y. Jika satu sel telur berkromosom X dari wanita ini bergabung
dengan sperma yang membawa kromosom Y, maka bayi yang akan lahir
berjenis kelamin pria.
Dengan kata lain, jenis kelamin bayi ditentukan oleh jenis kromosom mana dari pria yang bergabung dengan sel telur wanita.
Tak satu pun informasi ini dapat
diketahui hingga ditemukannya ilmu genetika pada abad ke-20. Bahkan di
banyak masyarakat, diyakini bahwa jenis kelamin bayi ditentukan oleh
pihak wanita. Inilah mengapa kaum wanita dipersalahkan ketika mereka
melahirkan bayi perempuan.
Namun, tiga belas abad sebelum penemuan
gen manusia, Al Qur’an telah mengungkapkan informasi yang menghapuskan
keyakinan takhayul ini, dan menyatakan bahwa wanita bukanlah penentu
jenis kelamin bayi, akan tetapi air mani dari pria.
Segumpal Darah yang Melekat Di Rahim
Jika kita terus mempelajari fakta-fakta
yang diberitakan dalam Al Qur’an mengenai pembentukan manusia, sekali
lagi kita akan menjumpai keajaiban ilmiah yang sungguh penting.
Ketika sperma dari laki-laki bergabung
dengan sel telur wanita, intisari bayi yang akan lahir terbentuk. Sel
tunggal yang dikenal sebagai “zigot” dalam ilmu biologi ini akan segera
berkembang biak dengan membelah diri hingga akhirnya menjadi “segumpal
daging”. Tentu saja hal ini hanya dapat dilihat oleh manusia dengan
bantuan mikroskop.
Namun, zigot tersebut tidak melewatkan
tahap pertumbuhannya begitu saja. Ia melekat pada dinding rahim seperti
akar yang kokoh menancap di bumi dengan carangnya. Melalui hubungan
semacam ini, zigot mampu mendapatkan zat-zat penting dari tubuh sang ibu
bagi pertumbuhannya. (Moore, Keith L., E. Marshall Johnson, T. V. N.
Persaud, Gerald C. Goeringer, Abdul-Majeed A. Zindani, and Mustafa A.
Ahmed, 1992, Human Development as Described in the Qur’an and Sunnah,
Makkah, Commission on Scientific Signs of the Qur’an and Sunnah, s. 36)
Di sini, pada bagian ini, satu keajaiban
penting dari Al Qur’an terungkap. Saat merujuk pada zigot yang sedang
tumbuh dalam rahim ibu, Allah menggunakan kata “‘alaq” dalam Al Qur’an:
“Bacalah dengan (menyebut) nama
Tuhanmu Yang Menciptakan, Dia telah menciptakan manusia dari ‘alaq
(segumpal darah). Bacalah, dan Tuhanmulah Yang Maha Pemurah.” (Qs Al ‘Alaq:1-3)
Arti kata “‘alaq” dalam bahasa Arab
adalah “sesuatu yang menempel pada suatu tempat”. Kata ini secara
harfiah digunakan untuk menggambarkan lintah yang menempel pada tubuh
untuk menghisap darah.
Pada tahap awal perkembangannya, bayi
dalam rahim ibu berbentuk zigot, yang menempel pada rahim agar dapat
menghisap sari-sari makanan dari darah ibu. Informasi ini, yang
ditemukan oleh embriologi modern, secara ajaib telah dinyatakan dalam Al
Qur’an 14 abad yang lalu dengan menggunakan kata “‘alaq”, yang bermakna
“sesuatu yang menempel pada suatu tempat” dan digunakan untuk
menjelaskan lintah yang menempel pada tubuh untuk menghisap darah.
Tentunya bukanlah suatu kebetulan bahwa
sebuah kata yang demikian tepat digunakan untuk zigot yang sedang tumbuh
dalam rahim ibu. Hal ini sekali lagi membuktikan bahwa Al Qur’an
merupakan wahyu dari Allah, Tuhan Semesta Alam.
Pembungkusan Tulang Oleh Otot
Sisi penting lain tentang informasi yang
disebutkan dalam ayat-ayat Al Qur’an adalah tahap-tahap pembentukan
manusia dalam rahim ibu. Disebutkan dalam ayat tersebut bahwa dalam
rahim ibu, mulanya tulang-tulang terbentuk, dan selanjutnya terbentuklah
otot yang membungkus tulang-tulang ini.
“Kemudian air mani itu Kami jadikan
segumpal darah, lalu segumpal darah itu Kami jadikan segumpal daging,
dan segumpal daging itu Kami jadikan tulang-belulang, lalu tulang
belulang itu Kami bungkus dengan daging. Kemudian Kami jadikan dia
makhluk yang (berbentuk) lain. Maka Maha Sucilah Allah, Pencipta Yang
Paling Baik” (Qs Al Mu’minuun: 14)
Embriologi adalah cabang ilmu yang
mempelajari perkembangan embrio dalam rahim ibu. Hingga akhir-akhir ini,
para ahli embriologi beranggapan bahwa tulang dan otot dalam embrio
terbentuk secara bersamaan. Karenanya, sejak lama banyak orang yang
menyatakan bahwa ayat ini bertentangan dengan ilmu pengetahuan. Namun,
penelitian canggih dengan mikroskop yang dilakukan dengan menggunakan
perkembangan teknologi baru telah mengungkap bahwa pernyataan Al Qur’an
adalah benar kata demi katanya.
Penelitian di tingkat mikroskopis ini
menunjukkan bahwa perkembangan dalam rahim ibu terjadi dengan cara
persis seperti yang digambarkan dalam ayat tersebut. Pertama, jaringan
tulang rawan embrio mulai mengeras. Kemudian sel-sel otot yang terpilih
dari jaringan di sekitar tulang-tulang bergabung dan membungkus
tulang-tulang ini.
Peristiwa ini digambarkan dalam sebuah terbitan ilmiah dengan kalimat berikut:
Dalam minggu ketujuh, rangka mulai
tersebar ke seluruh tubuh dan tulang-tulang mencapai bentuknya yang kita
kenal. Pada akhir minggu ketujuh dan selama minggu kedelapan, otot-otot
menempati posisinya di sekeliling bentukan tulang. (Moore, Developing Human, 6. edition,1998.)
Singkatnya, tahap-tahap pembentukan
manusia sebagaimana digambarkan dalam Al Qur’an, benar-benar sesuai
dengan penemuan embriologi modern.
Tiga Tahapan Bayi Dalam Rahim
Dalam Al Qur’an dipaparkan bahwa manusia diciptakan melalui tiga tahapan dalam rahim ibunya.
“… Dia menjadikan kamu dalam perut
ibumu kejadian demi kejadian dalam tiga kegelapan. Yang (berbuat)
demikian itu adalah Allah, Tuhan kamu, Tuhan yang mempunyai kerajaan.
Tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) selain Dia; maka bagaimana kamu
dapat dipalingkan?” (Al Qur’an, 39:6)
Sebagaimana yang akan dipahami, dalam
ayat ini ditunjukkan bahwa seorang manusia diciptakan dalam tubuh ibunya
dalam tiga tahapan yang berbeda. Sungguh, biologi modern telah
mengungkap bahwa pembentukan embrio pada bayi terjadi dalam tiga tempat
yang berbeda dalam rahim ibu. Sekarang, di semua buku pelajaran
embriologi yang dipakai di berbagai fakultas kedokteran, hal ini
dijadikan sebagai pengetahuan dasar. Misalnya, dalam buku Basic Human
Embryology, sebuah buku referensi utama dalam bidang embriologi, fakta
ini diuraikan sebagai berikut:
“Kehidupan dalam rahim memiliki tiga
tahapan: pre-embrionik; dua setengah minggu pertama, embrionik; sampai
akhir minggu ke delapan, dan janin; dari minggu ke delapan sampai
kelahiran.” (Williams P., Basic Human Embryology, 3. edition, 1984, s.
64.)
Fase-fase ini mengacu pada tahap-tahap
yang berbeda dari perkembangan seorang bayi. Ringkasnya, ciri-ciri tahap
perkembangan bayi dalam rahim adalah sebagaimana berikut:
- Tahap Pre-embrionik
Pada tahap pertama, zigot tumbuh membesar
melalui pembelahan sel, dan terbentuklah segumpalan sel yang kemudian
membenamkan diri pada dinding rahim. Seiring pertumbuhan zigot yang
semakin membesar, sel-sel penyusunnya pun mengatur diri mereka sendiri
guna membentuk tiga lapisan.
- Tahap Embrionik
Tahap kedua ini berlangsung selama lima
setengah minggu. Pada masa ini bayi disebut sebagai “embrio”. Pada tahap
ini, organ dan sistem tubuh bayi mulai terbentuk dari lapisan- lapisan
sel tersebut.
- Tahap fetus
Dimulai dari tahap ini dan seterusnya,
bayi disebut sebagai “fetus”. Tahap ini dimulai sejak kehamilan bulan
kedelapan dan berakhir hingga masa kelahiran. Ciri khusus tahapan ini
adalah terlihatnya fetus menyerupai manusia, dengan wajah, kedua tangan
dan kakinya. Meskipun pada awalnya memiliki panjang 3 cm, kesemua
organnya telah nampak. Tahap ini berlangsung selama kurang lebih 30
minggu, dan perkembangan berlanjut hingga minggu kelahiran.
Informasi mengenai perkembangan yang
terjadi dalam rahim ibu, baru didapatkan setelah serangkaian pengamatan
dengan menggunakan peralatan modern. Namun sebagaimana sejumlah fakta
ilmiah lainnya, informasi-informasi ini disampaikan dalam ayat-ayat Al Qur’an dengan cara yang ajaib.
Fakta bahwa informasi yang sedemikian rinci dan akurat diberikan dalam
Al Qur’an pada saat orang memiliki sedikit sekali informasi di bidang
kedokteran, merupakan bukti nyata bahwa Al Qur’an bukanlah ucapan
manusia tetapi Firman Allah.Sumber
Angka 19 Dalam Al Quran
Posted By:
Unknown
on 22.07
Setiap muslim pasti meyakini kebenaran Quran sebagai kitab suci yang tidak ada keraguan sedikitpun, sebagai petunjuk bagi orang-orang yang bertaqwa. Namun kemukjizatan Quran tidak hanya dibuktikan lewat kesempurnaan kandungan, keindahan bahasa, ataupun kebenaran ilmiah yang sering mengejutkan para ahli.
Suatu kode matematik yang terkandung di
dalamnya misalnya, tak terungkap selama berabad-abad lamanya sampai
seorang sarjana dari Mesir bernama Rashad Khalifa berhasil menyingkap
tabir kerahasiaan tersebut. Hasil penelitiannya yang dilakukan selama
bertahun-tahun dengan bantuan komputer ternyata sangat mencengangkan.
Betapa tidak, ternyata didapati bukti-bukti surat-surat atau ayat-ayat
dalam Quran serba berkelipatan angka 19.
Penemuannya tersebut berkat penafsirannya pada Al Qur’an surat Al Muddatstsir ayat : 30-31, yang artinya :
“Di atasnya ada sembilanbelas (malaikat
penjaga). Dan tiada Kami jadikan penjaga neraka itu melainkan dari
malaikat; dan tidaklah Kami menjadikan bilangan mereka itu melainkan
untuk jadi cobaan bagi orang-orang kafir, supaya orang-orang yang diberi
Al-Kitab yakin dan supaya orang yang beriman bertambah imannya dan
supaya orang-orang yang diberi Al-Kitab dan orang-orang mu’min itu tidak
ragu-ragu dan supaya orang-orang yang di dalam hatinya ada penyakit dan
orang-orang kafir (mengatakan) : “Apakah yang dikehendaki Allah
dengan bilangan ini sebagai perumpamaan?” Demikianlah Allah menyesatkan
orang-orang yang dikehendaki-Nya dan memberi petunjuk kepada siapa yang
dikehendaki-Nya. Dan tidak ada yang mengetahui tentara Rabbmu melainkan
Dia sendiri. Dan Saqar itu tiada lain hanyalah peringatan bagi manusia ”. (Qs. Al Muddatstsir : 30- 31)
Hasil penemuannya yang sangat mengejutkan ini pada tahun
1976 telah didemonstrasikan di depan umum ketika diselenggarakan Pameran Islam Sedunia di London. Berikut cuplikan dari sebagian penemuannya tersebut :
1976 telah didemonstrasikan di depan umum ketika diselenggarakan Pameran Islam Sedunia di London. Berikut cuplikan dari sebagian penemuannya tersebut :
1. Kita mengetahui bahwa setiap
surat-surat dalam Quran selalu diawali dengan bacaan ‘Basmalah’ sebagai
statement pembuka, yaitu “Bismillaahirrahmaanirraahiim” (yang artinya :
“Dengan nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang”). Ternyata
bacaan ‘Basmalah’ tersebut (dalam bahasa Arabnya) terdiri dari 19 huruf
(atau 19 X1).
2. Bacaan ‘Basmalah’
terdiri dari kelompok kata : Ismi – Allah – Arrahman – Arrahim.
Penelitian menunjukkan jumlah dari masing-masing kata tersebut dalam
Quran ternyata selalu merupakan kelipatan angka 19.
- Jumlah kata ‘Ismi’ dalam Quran ditemukan sebanyak 19 buah (atau 19 X 1)
- Jumlah kata ‘Allah’ dalam Quran ditemukan sebanyak 2.698 buah (atau 19 X 142)
- Jumlah kata ‘Arrahman’ dalam Quran ditemukan sebanyak 57 buah (atau 19 X 3)
- Jumlah kata ‘Arrahim’ dalam Quran ditemukan sebanyak 114 buah (atau 19 X 6)
3. Jumlah total keseluruhan surat-surat dalam Quran sebanyak 114 surat (atau 19 X 6).
4. Bacaan ‘Basmalah’ dalam Quran ditemukan sebanyak 114 buah (atau 19 X 6), dengan perincian sbb. :
- Sebanyak 113 buah ditemukan sebagai pembuka surat-surat kecuali surat ke-9, sedangkan sebuah lagi ditemukan di surat ke-27 ayat : 30.
- Berbeda dengan surat-surat lain, surat ke-9 memang khusus sengaja tidak diawali bacaan ‘Basmalah’ karena isinya merupakan ayat-ayat perang.
- Pada surat ke-27 ayat : 30 tempat ditemukannya bacaan ‘Basmalah’, dan kalau bilangan surat dan ayatnya dijumlahkan hasilnya merupakan kelipatan angka 19, yaitu 27 + 30 = 57 (atau 19 X 3 ).
5. Dari point 4 di atas, ditemukan
hubungan yang menarik antara surat ke-9 dan ke-27. Surat ke-27 ternyata
merupakan surat yang ke-19 jika dihitung dari surat ke-9. Surat ke : 9,
10, 11, …, 25, 26, 27 urutan surat ke : 1, 2, 3, …, 17, 18, 19.
6. Dari point 5, apabila bilangan
surat-surat dijumlahkan mulai dari surat ke-9 sd. ke-27,
(9+10+11+…+25+26+27) maka hasilnya adalah 342 (atau 19 X 18).
7. Wahyu pertama (Surat ke-96 ayat : 1-5) terdiri dari 19 kata (atau 19 X 1) dan 76 huruf (atau 19 X 4)
8. Wahyu kedua (Surat ke-68 ayat : 1-9) terdiri dari 38 kata (atau 19 X 2).
9. Wahyu ketiga (Surat ke-73 ayat : 1-10) terdiri dari 57 kata (atau 19 X 3).
10. Wahyu terakhir (Surat ke-110) terdiri
dari 19 kata (atau 19 X 1), dan ayat pertama dari Surat ke-110 tersebut
terdiri dari 19 huruf (19 X 1).
11. Wahyu yang pertama kali menyatakan ke-Esaan Allah adalah wahyu ke-19 (Surat ke- 112)
12. Surat ke-96 tempat terdapatnya wahyu
pertama, terdiri dari 19 ayat (atau 19X1) dan 304 huruf (atau 19 X 16).
Selain itu juga ternyata surat ke-96 tersebut merupakan surat yang ke-19
bila diurut / dihitung mundur dari belakang Quran. surat ke : 114, 113,
112, …, 98, 97, 96 urutan surat ke : 1, 2, 3, …, 17, 18, 19.
13. Dari point 12, apabila bilangan
surat-surat dijumlahkan mulai dari surat ke-114 sd. ke-96,
(114+113+112+…+98+97+96) maka hasilnya adalah 1995 (atau 19 X 105).
14. Penulis juga menemukan bahwa
surat-surat yang memiliki 8 (delapan) ayat dan 11 (sebelas) ayat-lah
yang paling banyak terdapat dalam Quran, yakni masing-masing terdiri
dari 5 (lima) buah surat. Disusul kemudian surat-surat yang memiliki 3
(tiga), 19 (sembilan belas), 29 (dua puluh sembilan), 30 (tigapuluh),
dan 52 (lima puluh dua) ayat, yang masing-masing terdiri dari 3 (tiga)
buah surat. Apabila dijumlahkan ayat-ayat tersebut sesuai dengan
kelompoknya maka hasilnya merupakan kelipatan angka 19, yaitu sebagai
berikut:
- Surat ke : 94, 95, 98, 99, 102 masing-masing terdiri : 8 ayat;
- Surat ke : 62, 63, 93, 100,101 masing-masing terdiri : 11 ayat.
- Apabila jumlah ayat-ayat dijumlahkan : 8+11 = 19, (19 X 1)
- Surat ke : 103, 108, 110 masing-masing terdiri : 3 ayat
- Surat ke : 82, 87, 96 masing-masing terdiri : 19 ayat
- Surat ke : 48, 57, 81 masing-masing terdiri : 29 ayat
- Surat ke : 32, 67, 89 masing-masing terdiri : 30 ayat
- Surat ke : 14, 68, 69 masing-masing terdiri : 52 ayat
- * Apabila jumlah ayat-ayatnya dijumlahkan : 3 + 19 + 29 + 30 + 52 = 133, (atau 19 X 7).
15. Quran merupakan satu-satunya kitab
suci di dunia ini yang memiliki tanda-tanda khusus (initials) berupa
huruf-huruf (code letters) atau sebagaimana disebut dalam bahasa Arab
“Muqatta-’aat” yang artinya “kata singkatan”.
16. Di dalam Quran terdapat sebanyak 29
(dua puluh sembilan) surat-surat yang diawali dengan 14 (empat belas)
macam kombinasi dari 14 (empatbelas) huruf-huruf “Muqatta-’aat”. 14
huruf-huruf itu adalah : alif, lam, mim, ra’, kaf, ha’, yaa’, ain, shad,
tha’, shin, qaf, nun, dan kha’.
17. 29 surat itu adalah surat ke : 2, 3,
7, 10 11, 12, 13, 14, 15, 19, 20, 26, 27, 28, 29, 30, 31, 32, 36, 38,
40, 41, 42, 43, 44, 45, 46, 50, dan 68. Maka apabila bilangan dari
banyaknya huruf, banyaknya kombinasi, dan banyaknya surat dijumlahkan
maka hasilnya merupakan kelipatan 19, yaitu 14 + 14 + 29 = 57 (atau 19 X
3).
18. Tanda-tanda dengan kata singkatan
ini, ahli tafsir mempunyai pendapat yang berbeda-beda. Ahli tafsir ada
yang menyerahkan pengertiannya kepada Allah karena dipandang termasuk
ayat-ayat ‘mutasyaabihaat’, ada pula yang berpendapat huruf-huruf abjad
itu berfungsi untuk menarik perhatian para pendengar supaya
memperhatikan bacaan-bacaan dalam Quran. Namun berkat penemuan angka 19
kini terbukalah maksud sesungguhnya dari adanya huruf-huruf
“Muqatta-’aat” tersebut, yaitu berfungsi sebagai penjaga keaslian /
keautentikan Quran karena berhubungan dengan angka 19
19. Surat ke-68 diawali huruf ‘Nun’.
Setelah diteliti jumlah huruf ‘Nun’ yang terdapat pada surat tersebut
(133 = 19 X 7) merupakan kelipatan 19. Berikut terjemahan surat ke-68
ayat 2-6 : “Nun. Berkat kemuliaan Tuhanmu, engkau (Muhammad) sekali-kali
bukan orang gila, dan sesungguhnya bagimu pahala yang besar, dan
sesungguhnya engkau benar-benar berbudi pekerti yang luhur, maka kelak
kamu akan melihat dan mereka (orang-orang kafir) pun akan melihat, siapa
di antara kamu yang gila.”
19. Surat ke-42 dan surat ke-50 diawali
huruf ‘Qof’. Setelah diteliti huruf ‘Qof’ yang terdapat pada kedua surat
tersebut sebanyak 114 huruf (57 + 57 = 114 = 19 X 6). Ada yang
berpendapat bahwa huruf ‘Qaf’ ini singkatan dari kata ‘Quran’ karena
Quran terdiri dari 114 surat. Hal lain yang mengherankan adalah Allah
biasanya menyebut kaumnya Nabi Luth dengan kalimat “Qaumu Luuth” yang
ditemukan sebanyak 12 kali dalam Quran, namun pada surat ke-50 ayat 13,
sebutan tersebut berganti menjadi “Ikhwanu Luuth” yang artinya
“saudara-saudaranya Nabi Luuth”. Tampaknya Allah sengaja menghilangkan
unsur ‘Qaf’ dalam kalimat tersebut agar jumlah huruf ‘Qaf’ dalam Quran
tetap berkelipatan 19, sebab jika tidak diganti maka jumlahnya bertambah
menjadi 115. Berikut terjemahan surat ke-50 ayat : 1-2 : “Qaaf, demi Al
Quran yang sangat mulia, mereka tercengang lantaran datang kepada
mereka seorang pemberi peringatan dari (kalangan) mereka sendiri, maka
berkatalah orang-orang kafir : “Ini sesuatu perkara yang amat aneh”.”
20. Surat ke-42 diawali huruf ‘Ain’,
‘Sin’, dan ‘Qof’. Setelah diteliti jumlah total ketiga huruf tersebut
pada surat ke-42 (98 + 54 + 57 = 209 = 19 X 11) merupakan kelipatan 19.
21. Surat ke-36 diawali huruf ‘Ya’, dan
‘Sin’. Setelah diteliti jumlah total kedua huruf tersebut pada surat
ke-36 (237 + 48 = 285 = 19 X 15)merupakan kelipatan 19.
22. Surat ke-13 diawali huruf ‘Alif’,
‘Lam’, ‘Mim’, dan ‘Ro’. Jumlah total huruf-huruf tersebut pada surat
ke-13 (605 + 480 + 260 +137 = 1482 = 19 X 78) merupakan kelipatan 19.
23. Surat ke-7 diawali huruf ‘Alif’,
‘Lam’, ‘Mim’, dan ‘Shod’. Jumlah total huruf-huruf tersebut pada surat
ke-7 (2529 + 1530 + 1164 + 97 = 5320 = 19 X 280) merupakan kelipatan 19.
24. Surat ke-19 diawali huruf ‘Kaf’,
‘Kha’, ‘Ya’, Ain, dan ‘Shod’. Jumlah total huruf-huruf tersebut pada
surat ke-19 (137 + 175 + 343 + 117 + 26 = 798 = 19 X 42) merupakan
kelipatan 19.
25. Surat ke-7, 19, dan 38 diawali huruf
‘Shod’. Total jumlah huruf ‘Shod’ dalam ketiga surat tersebut (97 + 26 +
29 = 152 = 19 X 8 ) ternyata merupakan kelipatan 19.
Ada hal yang menarik, yakni pada surat
ke-7 ayat 69 ditemukan kata ‘basthatan’ (jika dieja terdiri dari huruf
ba’, shod, tho’, ta’). Padahal lazimnya kata tersebut haruslah dieja
dengan huruf ba’, sin, tho’, ta’ (contohnya pada surat ke-2 ayat 247).
Menurut riwayat, pada saat turunnya ayat 69 tersebut Jibril menyuruh Nabi Muhammad
menuliskan kata ‘basthatan’ dengan huruf shod, namun unsur huruf ‘shod’
itu tetap harus dibaca sebagai huruf ‘sin’, dan hal ini ditandai dengan
huruf sin tersebut ditempatkan sebagai huruf kecil di atas huruf
‘shod’. Tampak sekali bahwa Allah memberi tambahan huruf ‘shod’ agar
jumlahnya dalam Quran menjadi berkelipatan 19, sebab jika tidak maka
jumlahnya berkurang menjadi 151. Berikut terjemahan surat ke-7 ayat 69 :
“Apakah kamu (tidak percaya) dan heran ketika datang kepadamu
peringatan dari Tuhanmu yang dibawa oleh seorang laki-laki di antaramu
untuk memberi peringatan kepadamu ? Dan ingatlah ketika Allah menjadikan
kamu sebagai angkatan pengganti sesudah lenyapnya kaum Nuh, dan Tuhan
telah ‘melebihkan’ kekuatan tubuh dan perawakanmu.”
26. Surat ke-40 s/d ke-46 diawali huruf
‘Ha’ dan Mim. Setelah diteliti jumlah total kedua huruf tersebut pada
surat-surat tersebut merupakan kelipatan 19.
- Surat ke-40 64 380
- Surat ke-41 48 276
- Surat ke-42 53 300
- Surat ke-43 44 324
- Surat ke-44 16 150
- Surat ke-45 31 200
- Surat ke-46 36 225 +92 + 1855 = 2147 (atau 19 X 113 )
27. Surat ke-10, 11, 12, 14, dan 15
diawali huruf ‘Alif’, ‘Lam’, dan ‘Ro’. Jumlah total huruf-huruf tersebut
pada surat-surat tersebut merupakan kelipatan 19.
- Surat ke-10 1319 + 913 + 257 = 2489 19 X 131
- Surat ke-11 1370 + 794 + 325 = 2489 19 X 131
- Surat ke-12 1306 + 812 + 257 = 2375 19 X 125
- Surat ke-14 585 + 452 + 160 = 1197 19 X 63
- Surat ke-15 493 + 323 + 96 = 912 19 X 48
28. Surat ke-2, 3, 29, 30, 31, dan 32
diawali huruf ‘Alif’, ‘Lam’, dan ‘Mim’. Jumlah total huruf-huruf
tersebut pada surat-surat tersebut merupakan kelipatan 19.
- Surat ke-2 4502 + 3202 + 2195 = 9899 19 X 521
- Surat ke-3 2521 + 1892 + 1249 = 5662 19 X 298
- Surat ke-29 774 + 554 + 344 = 1672 19 X 88
- Surat ke-30 544 + 393 + 317 = 1254 19 X 66
- Surat ke-31 347 + 297 + 173 = 817 19 X 43
- Surat ke-32 257+ 155 + 158 = 570 19 X 30
Keistimewaan angka 19 dalam ilmu
matematik dikenal sebagai salah satu ‘bilangan prima’ yakni bilangan
yang tak habis dibagi dengan bilangan manapun kecuali dengan dirinya
sendiri. Keistimewaan tersebut menunjukkan salah satu sifat Allah yakni ‘Maha Esa’.
Angka 19 terdiri dari angka 1 dan 9, dimana angka 1 merupakan bilangan
pokok pertama dan angka 9 merupakan bilangan pokok terakhir dalam sistem
perhitungan kita. Keistimewaan tersebut menunjukkan sifat Allah yakni
Maha Awal dan Maha Akhir (Surat ke-57 ayat)
Bahwa angka 19 adalah kode matematik yang
melatar belakangi komposisi literer Quran, suatu fenomena unik yang
tiada duanya yang sekaligus membuktikan bahwa Quran adalah wahyu Illahi,
bukan karya manusia. Otak manusia tidak akan mampu mencipta karya
literer yang tunduk pada suatu kode matematik yang sekaligus membawa
tema utamanya. Apalagi mengingat turunnya wahyu secara berangsur-angsur,
dengan bahagian-bahagian surat yang acak tidak berurutan, disesuaikan
dengan peristiwa-peristiwa yang melatar belakanginya.
Selanjutnya angka 19 dapat berfungsi
sebagai pemeliharaan keutuhan Quran. Angka 19 dapat digunakan untuk
mencek apakah dalam sebuah kitab Quran terdapat suatu kesalahan atau
tidak, dengan cara menghitung kata-kata krusial yang jumlahnya dalam
Quran multiplikatif dengan angka 19, kemudian membagi angka hasil
hitungan dengan 19, maka akan terlacaklah ada atau tidaknya suatu
kesalahan.Sumber
Angka-angka Dalam Al Qur’an
Posted By:
Unknown
on 22.04
Allah swt berfirman dalam surat al Baqarah, ayat 23: “ Dan jika kamu (tetap) dalam keraguan tentang Alqur’an yang kami wahyukan kepada hamba kami (Muhammad), buatlah paling tidak satu surat (saja) yang semisal Alqur’an itu dan ajaklah penolong-penolongmu selain Allah, jika kamu orang-orang yang benar”.
Dan pada ayat berikutnya Allah swt berfirman:”
Maka jika kamu tidak dapat membuat(nya) – dan pasti kamu tidak akan
dapat membuat(nya), peliharalah dirimu dari neraka yang bahan bakarnya
manusia dan batu, yang disediakan bagi orang-orang kafir”.
Pada dasarnya bahasa Qur`an sedemikian
fasih dan indah sehingga setiap orang yang walaupun sedikit memahami
bahasa Arab, dengan membaca ataupun mendengar lantunan ayat, dengan
sendirinya akan memahami bahwa tidak ada satu orator pun yang dapat
berbicara dengan bahasa yang sedemikian rupa fasihnya. Bahasa dan ucapan
fasih tersebut tidak mungkin berasal dari manusia. Mukjizat Alquran
tidak terbatas pada pengetahuan-pengetahuan mendalam berupa ilmu logika,
sosial, keindahan serta kefasihan bahasa dan ilmu tentang rahasia alam
gaib yang sangat menakjubkan. Setiap hari terungkap bidang-bidang baru
dari keajaiban-keajaiban Alqur’an. Sebagai contoh hingga kini terdapat
beberapa hal tentang mukjizat angka dalam Alqur’an yang di jelaskan
melalui penelitian secara seksama.
Abdul Razaq Nawfal, dalam Al I’jaz Al
Qur’an Al karim yang terdiri dari 3 jilid, mengemukakan banyak contoh
tentang keseimbangan tersebut, yang dapat kita simpulkan secera singkat
dari karya tulisan karya M.Quraish Shihab, Membumikan Al Qur’an, sebagai
berikut :
1. Kesimbangan antara jumlah Bilangan Kata dengan Bilangan Antonimnya. Contoh :
- Al Hayah (hidup) dan Al Mawt (mati), masing-masing sebanyak 145 kali
- An Naf (manfaat) dan Al Madharrah (mudarat) masing-masing 50 kali
- Al Har (panas) dan al Bard (dingin), masing-masing 4 kali
- A Shalihat (kebajikan) dan Al Sayyi’at (keburukan), masing-masing 167 kali
- Al Thuma’ninah (kelapangan/ ketenangan) dan Al Dhiq (kesempitan/ kekesalan), masing-masing 13 kali
- Ar Rahbah (cemas/takut) dan Al Raghbah (hapap/ingin), masing-masing 8 kali
- Al Kufr (kekufuran) dan Al Iman, masing-masing 17 kali
- Al Shayf (musim panas) dan Al Syita’ (musim dingin), masing masing 1 kali
2. Kesimbangan Jumlah Kata dengan dengan Sinonimnya/ makna yang Dikandungnya. Contoh :
- Al Harf dan Al Zira’ah (membajak/ bertani), masing-masing 14 kali
- Al ‘Ushb dan Al Dhurur ( membanggakan diri/ angkuh) masing-masing 27 kali
- Al Dhallun dan Al Mawta (orang sesat/mati (jiwanya), masing-masing 17 kali
- Al Islam dan Al Wahyu (Al Qur’an, wahyu, dan Islam), masing-masing 70 kali.
- Al ‘Aql dan An Nur (akal dan cahaya) masing-masing 49 kali
- Al Jahr dan Al’Alamiyah (nyata), masing-masing 16 kali
3. Keseimbangan antara Jumlah Bilangan Kata dengan Jumlah Kata yang Menunjuk pada Akibatnya. Contoh :
- Al Infaq (Infaq) dengan Ar Ridha (kerelaan), masing-masing 73 kali
- Al Bukhl (kekikiran) dengan Al Hasarah (penyesalan), masing-masing 12 kali
- Al Zakah (zakat/penyucian) dengan Al Barakat (kebajikan yan banyak), masing-masing 32 kali
- Al Fahisyah (kekejian) dengan Al Ghadb (murka), masing-masing 26 kali
4. Keseimbangan antara Jumlah Bilangan kata dengan Kata Penyebabnya. Contoh :
- Al Israf (pemborosan) dengan Al Sur’ah (ketergesa-gesaan), masing-masing 23 kali
- Al Maw-izhah (nasihat/petuah) Al Lisan (lidah), masing-masing 25 kali
- Al Asra (tawanan) dengan Al Harb (perang), masing-masing 6 kali
- Al Salam (kedamaian) dengan Al Thayyibat (kebajikan), masing-masing 60 kali
5. Disamping Keseimbangan-keseimbangan Tersebut, Ditemukan juga Keseimbangan Khusus. Contoh :
- Kata Yaum (hari) dalam bentuk tunggal, masing-masing sejumlah 365 kali. Sama dengan jumlah hari dalam satu tahun.
- Sedangkan kata hari yang menunjukkan kata plural (Ayyam) dan dua (Yaw-mayni) jumlah keseluruhannya 30, sama dengan jumlah hari dalam satu bulan. Di sisi lain kata yang berarti bulan (Syahr) hanya terdapat 12 kali, sama dengan jumlah bulan dalam setahun
- Al Qur’an menjelasakan bahwa langit ada 7, penjelasan ini diulanginya dalam 7 kali pula
- Kata-kata yan menunjukkan kepada utusan Tuhan baik Rasul atau Nabiyy (nabi) atau Basyir (pembawa berita), atau Nadzir (pemberi peringatan), keseluruhannya berjumlah 518 kali. Jumlah ini seimbang dengan nama-nama nabi, rasul dan pembawa berita tersebut, yakni 518 kali
Bismillahirahmannirrahim adalah
pangakalan umat muslim bertolak. Kalimat ini mempunyai 19 huruf (dalam
bahasa arab). Angka 19 mempunyai rahasia yang berkaitan dengan Al
Qur’an, termasuk dengan Bismillah itu sendiri. Dalam Al-Qur’an, kata
ism, Allh, Ar Rahman, san Ar Rahim, mempunyai jumlah yang dapat dibagi
habis dengan angka 19 itu. Ism 19 kali, Allah 2.698 kali (2.698 : 19 =
142),
Ar Rahman 57 kali (57 : 19 = 3) dan Ar Rahim 114 kali (114 : 19 = 6)
Sumber
Bilangan Prima Dalam Al-Qur’an
Posted By:
Unknown
on 21.55
Salah satu teka-teki lama yang belum sepenuhnya terpecahkan adalah bilangan prima. Bilangan prima adalah bilangan yang hanya dapat habis dibagi oleh bilangan itu sendiri dan angka 1.Contoh 2, 3, 5, 7, 11, 13, …. dan seterusnya. Hal ini menjadi teka-teki kita, jika kita ingat bilangan ini tidak dapat dibagi oleh angka lainnya. Salah satu hal yang menakjubkan, dalam era komputer kita memberikan kodetifikasi semua hal yang penting dan rahasia, di bank, asuransi, dan perhitungan-perhitungan peluru kendali, security system dengan enkripsi, dalam angka jutaan bilangan-bilangan yang tidak habis dibagi oleh angka lainnya. Ini diperlukan karena dengan penggunaan angka lain, kodetifikasi tadi dapat dengan mudah ditembus. Fenomena inilah yang ditemukan ilmuwan dari Duesseldorf (Dr. Plichta), sehubungan dengan penciptaan alam, yaitu distribusi misterius bilangan prima.
Bilangan lain yang perlu diketahui adalah sisa dari bilangan prima, yakni bilangan komposit,
kecuali angka 1, yaitu 4, 6, 8, 9,10,12,14,15, …. dan seterusnya.Dengan
kata lain, bilangan komposit adalah bilangan yang terdiri dari minimal
dua faktor prima.
Misalnya :
6 = 2 x 3 = 2 . 3
30 = 2 x 3 x 5 = 2 . 3 . 5
85 = 5 x 17 = 5 . 17
Misalnya :
6 = 2 x 3 = 2 . 3
30 = 2 x 3 x 5 = 2 . 3 . 5
85 = 5 x 17 = 5 . 17
Selain itu, dikenal pula bilangan khusus, yang disebut prima kembar, yaitu bilangan prima yang angkanya berdekatan dengan selisih 2. Misalnya (3,5), lalu (5,7), lalu (11,13), lalu (17, 19), lalu (29,37), dan seterusnya.
Tiga sistem bilangan itu harus di pahami sebelum membaca artikel ini lebih lanjut.karena sistem bilangan ini banyak di gunakan dalam Al Quran.Mufasir
modern sepakat bahwa al-Qur’an dalam penggambarannya sangat istimewa,
karena struktur sistematikanya matematis.[1] Al-Qur an menggunakan
kodetifikasi bilangan prima secara bertingkat: surat, ayat, kata, dan
huruf.
Dua dekade yang lalu, pembahasan masalah seperti ini merupakan hal yang sensitif, karena bisa dipandang “memperkosa” ayat-ayat al Qur’an. Di satu sisi, tingkat penemuan yang membahas angka-angka masih “dangkal” — sehingga kurang menarik. Namun kini, dengan banyaknya alat bantu seperti komputer dan kemajuan di bidang sains yang berhubungan satu sama lain, studi mengenai “kodetifikasi” al-Qur’an makin menampakkan hasilnya yang luar biasa.
Penomoran surat dan penempatan ayat disusun berdasarkan petunjuk Nabi, tidak sama dengan urutan turunnya wahyu. Hal ini membingungkan para mufasir klasik selama berabad¬abad dan menjadi sasaran kritik para Orientalis. Sekarang telah diketahui, karena di samping susunan isinya yang serasi dan harmonis, pembaca yang serius akan menemukan contoh-contoh struktur bilangan prima dari ratusan struktur yang ada. Istimewa sekali karena struktur tersebut menggunakan bilangan prima kembar, di samping ujicoba dengan menggunakan Hukum Benford untuk “melihat keaslian” al-Qur’an.
Apa benar dalam al-Qur’an terdapat kodetifikasi tertentu? Mana mungkin dalam kitab “antik” ada struktur matematikanya?
Dua dekade yang lalu, pembahasan masalah seperti ini merupakan hal yang sensitif, karena bisa dipandang “memperkosa” ayat-ayat al Qur’an. Di satu sisi, tingkat penemuan yang membahas angka-angka masih “dangkal” — sehingga kurang menarik. Namun kini, dengan banyaknya alat bantu seperti komputer dan kemajuan di bidang sains yang berhubungan satu sama lain, studi mengenai “kodetifikasi” al-Qur’an makin menampakkan hasilnya yang luar biasa.
Penomoran surat dan penempatan ayat disusun berdasarkan petunjuk Nabi, tidak sama dengan urutan turunnya wahyu. Hal ini membingungkan para mufasir klasik selama berabad¬abad dan menjadi sasaran kritik para Orientalis. Sekarang telah diketahui, karena di samping susunan isinya yang serasi dan harmonis, pembaca yang serius akan menemukan contoh-contoh struktur bilangan prima dari ratusan struktur yang ada. Istimewa sekali karena struktur tersebut menggunakan bilangan prima kembar, di samping ujicoba dengan menggunakan Hukum Benford untuk “melihat keaslian” al-Qur’an.
Apa benar dalam al-Qur’an terdapat kodetifikasi tertentu? Mana mungkin dalam kitab “antik” ada struktur matematikanya?
Segala “Sesuatu” dengan Hitungan yang Teliti
Al Quran di turunkan dengan suatu perhitungan yang teliti.
“Supaya Dia mengetahui bahwa
sesungguhnya rasut-rasul itu telah menyampaikan risalah-risalah
Tuhannya, sedang sebenarnya ilmu¬Nya meliputi apa yang ada pada mereka,
dan Dia menghitung segala sesuatu satu persatu.(Qs Al-Jinn: 28 ).
“Sesungguhnya Allah telah menentukan jumlah mereka dan menghitung mereka dengan hitungan yang teliti”.(Qs. Maryam: 94)
“Sesungguhnya Allah telah menentukan jumlah mereka dan menghitung mereka dengan hitungan yang teliti”.(Qs. Maryam: 94)
Esensi ayat ini adalah bahwa ilmu Tuhan
meliputi segala sesuatu, tidak ada yang tertinggal. Semua kejadian,
objek alam, penciptaan di bumi dan langit, dan struktur al-Qur’an, tidak
ada yang kebetulan. Semuanya ditetapkan dengan hitungan yang sangat
teliti. Sebenarnya bila diketahui, (sebagian) ilmu tersebut meliputi
risalah-risalah yang disampaikan dan ilmu yang ada pada para Rasul.
Dalam kehidupan modern sekarang pun, kita akan menjumpai “hitungan
tersebut”, mulai dari yang sederhana sampai yang paling rumit.
Oksigen (O2) memberikan kehidupan kepada
semua makhluk di bumi melalui sistem pernafasan; sangat vital. Tetapi
bila kelebihan hitungan satu atom, ia akan menjadi ozon (O3); yang bila
dihirup manusia boleh jadi menyebabkan bencana. Tetapi bila ditempatkan
di atas atmosfer bumi, maka ia sangat berguna untuk menyerap sebagian
sinar-sinar ultraviolet yang berbahaya (radiasinya) bagi makhluk di
bumi. Demikian juga karbon adalah elemen kimia yang sangat penting bagi
semua makhluk hidup, karena semua organisme dibangun dari senyawa
karbon.[2] Tetapi bila ia bersenyawa dengan oksigen yang sama-sama
berguna. Senyawa baru tadi menjadi gas yang berbahaya bagi manusia,
yaitu CO2
Lebih lanjut untuk memahami “hitungan yang terstruktur” atau al-’adad:
Hitungan yang sangat teliti atau lebih rumit kita dinyatkan pada hormon
manusia. Misalnya, C18H24O2 adalah horman estrogen yang bertanggung
jawab atas sifat-sifat kewanitaan. Berlebih hitungan satu atom karbon
saja, ia menjadi C19H28O2 Hormon testosteron, yang bertanggung jawab
atas sifat-sifat pria.[3]
Hitungan yang terstruktur ditemukan juga pada DNA, sangat rumit dan mencengangkan:
Terdayat 3 miliar kode kimia dalam DNA yang harus dipecahkan olch ilmuwan: setiap sel manusia merupakan sebuah ensiklopedia yang memuat informasi sejuta halaman. Setiap individu manusia akan berbeda informasinya terdiri dari sekitar 100 triliun sel, artinya terdayat 100 triliun perpustakaan yang sama. Sebuah gambaran yang sulit dipercaya: 100 triliun x 1000 buku ilmu pengetahuan. Isinya Iebih banyak dari bufir pasir di dunia. Sistern hitungan ini sangat kompleks. Semua makhluk hidup diplanet ini telah diciptakan menurut Paparan kode yang ditulis dalam bahasa yang sama[.4]
Terdayat 3 miliar kode kimia dalam DNA yang harus dipecahkan olch ilmuwan: setiap sel manusia merupakan sebuah ensiklopedia yang memuat informasi sejuta halaman. Setiap individu manusia akan berbeda informasinya terdiri dari sekitar 100 triliun sel, artinya terdayat 100 triliun perpustakaan yang sama. Sebuah gambaran yang sulit dipercaya: 100 triliun x 1000 buku ilmu pengetahuan. Isinya Iebih banyak dari bufir pasir di dunia. Sistern hitungan ini sangat kompleks. Semua makhluk hidup diplanet ini telah diciptakan menurut Paparan kode yang ditulis dalam bahasa yang sama[.4]
Struktur matemtika dalam Al Quran
Struktur Utama
Struktur matematis al-Qur an sangat bervariasi, tetapi yang penting diperlihatkan adalah struktur bilangan prima kembar 19. Salah satu angka yang dipandang misterius atau unik adalah angka 19. Meskipun Pythagoras, Euler dan Gauss telah lama memikirkannya, tetapi struktur komplek ini tetap juga belum diketahui jawabannya.Dan Allahpun menggunakan perumpaan angka misterius ini.
Struktur matematis al-Qur an sangat bervariasi, tetapi yang penting diperlihatkan adalah struktur bilangan prima kembar 19. Salah satu angka yang dipandang misterius atau unik adalah angka 19. Meskipun Pythagoras, Euler dan Gauss telah lama memikirkannya, tetapi struktur komplek ini tetap juga belum diketahui jawabannya.Dan Allahpun menggunakan perumpaan angka misterius ini.
Keterangan tersebut dimulai ketika kita membaca Surat Al Muddatstsir:
“Neraka (saqar) adalah pembakar kulit rnanusia. Di atasnya ada sembilan belas (19)
penjaga Dan tiada Kami jadikan penjaga neraka itu melainkan dari
malaikat; dan tidaklah Kami jadikan bilangan mereka itu untuk jadi
cobaan bagi orang-orang kafir, supaya orang-orang yang diberi al-Kitab
menjadi yakin, dan supaya orang-orang yang beriman bertambah imannya,
dan supaya orang-orang Mukmin itu tidak ragu-ragu dan supaya orang-orang
yang di dalam hatinya ada penyakit dan orang-orang kafir (mengatankan): ‘Apakah yang dikehendaki Allah dengan bilangan ini sebagai suatu perumpamaan?’ “(Qs al-Muddatstsir: 29-31)
Kisah ini awalnya dimulai ketika-menurut
at-Turmudzi, yang meriwayatkan dari sahabat Nabi, Jabir ibn ‘Abdillah’5
sebagian orang Yahudi bertanya kepada sekelompok sahabat Nabi saw,
“Apakah Nabi anda mengetahui jumlah penjaga neraka?” Maka turunlah ayat
ini kepada Nabi, karena ditanyakan oleh para sahabat. Riwayat lain
menyimpulkan, ketika turun ayat 30 surat ini, Abu Jahal berkata, “Kalian
adalah orang-orang kuat dan pemberani, apakah kalian tidak mampu
mengalahkan ke 19 penjaga neraka itu? Salah seorang di
antara mereka yang bernama Abu al-Ayad ibn Kaidah al-Jumahiy, berkata
dengan angkuhnya, “Dengan tangan kananku kukalahkan sepuluh dan dengan
tangan kiriku sembilan”.Dari situ, angka 19 menjadi
“perumpamaan yang aneh” atau matsa! bagi para ilmuwan yang membaca
al-Qur’an. Karena ditemukan ratusan struktur matematis yang berhubungan
dengan bilangan prima 19
“Suatu perumpamaan yang sangat aneh”, atau matsal,merupakan tantangan bagi manusia sesuai dengan penutup ayat Qs Al Mudatsir “Apakah yang dikehendaki Allah dengan bilangan ini sebagai perumpamaan”.Berguna
untuk menambah keimanan dan keyakinan bagi para pembaca yang serius,
berpikir terbuka, dan beriman, tetapi menambah kebingungan bagi
orang-orang yang berprasangka, tertutup dan “menentang” Al Quran.
Dr. Peter Plichta ahli kimia dan
matematika dari Jerman berpendapat bahwa, tampaknya, semua formula
matematika dan angka-angka berhubungan dengan dua kutub matematika alam
semesta ini. Angka 81 spesifik karena melengkapi angka 19, (19 + 81= 100). Jumlah angka-angka tersebut adalah 19 : 1 + 9+8+1= 19 [Baca lebih lanjut Peter Plichta, God's Secret Formula, atau situs-situs dari Dr. Peter Plichta.]
Bila kita analisis sedikit lebih lanjut, terdapat hubungan angka-angka tersebut dengan cara:
1: 19 = 0,0526315789473684210526
Angka yang berulang secara periodik, berulang dengan sendirinya tepat pada digit ke- 19
sesudah koma, dan, yang menarik jumlah dari angka-angka tersebut ( 0 + 0
+ 5 + 2 + 6 + 3 + 1 + 5 + 7 + 8 + 9 + 4 + 7 + 3 + 6 + 8 + 4 + 2 + 1 )
adalah 81 !
Sekarang:
1 : 81 = 0,012345679 ….
Ups! Angka 8 terlewat, padahal angka yang lain secara periodik muncul.
Hilangnya angka 8 adalah ilusi, dan nilai
resiprokal angka 81 adalah “alamiah”, menghasilkan satu seri sistem
desimal bilangan 0,1, 2 …. dan seterusnya; dan sistem itu bukan buatan
manusia. Tetapi mengapa angka 8, bukan angka lainnya, yang “hilang”?
Diduga, karena angka 8 berhubungan dengan angka 19. Bilangan prima ke-8 adalah 19 .
Allah membuat perhitungan = berulang setiap 19 langkah
Manusia = berulang setiap 10 langkah (desimal,1,2,3,4,5,6,7,8,9,0)
Komputer = berulang 2 langkah (biner 0 1 ket 0=kabel tanpa arus/logic rendah,1=kabel berarus/logic tinggi)
Manusia = berulang setiap 10 langkah (desimal,1,2,3,4,5,6,7,8,9,0)
Komputer = berulang 2 langkah (biner 0 1 ket 0=kabel tanpa arus/logic rendah,1=kabel berarus/logic tinggi)
Dalam budaya Cina kuno, angka 8
melambangkan yat kwa, delapan penjuru angin, jalan menuju ke harmoni –
keseimbangan kehidupan dengan alam sekelilingnya. Dalam al-Qur’an, angka
8 merupakan jumlah malaikat, force, yang menjunjung ‘Arsy (Kursi, Singgasana), mengatur keseimbangan ‘Arsy, yang bermakna power and authority dominion, baik sebelum maupun saat Kiamat “Dan
malaikat-malaikat berada di penjuru-penjuru langit. Dan pada hari itu
delapan orang malaikat menjunjung ‘Arsy Tuhanmu di atas (kepala) mereka”(al-Haqqah 69 : 17).
Struktur Pertama
Struktur pertama berhubungan dengan jumlah surat dan banyaknya juz dalam al-Qur’an. Jumlah surat di dalam al-Qur’an adalah 114. Angka 114 adalah angka ajaib, karena bilangan prima ke-114 adalah 619, dan 114 adalah (6 x 19). Bilangan 619 merupakan prima kembar dengan pasangan 617. Kita ketahui pula, isi al-Qur an terbagi dalam 30 juz. Angka 30 adalah bilangan komposit yang ke-19, yaitu: 4, 6, 8, 9,10,12,14, 15, 16, 18, 20, 27, 22, 24, 25, 26, 27, 28, 30.
Struktur pertama berhubungan dengan jumlah surat dan banyaknya juz dalam al-Qur’an. Jumlah surat di dalam al-Qur’an adalah 114. Angka 114 adalah angka ajaib, karena bilangan prima ke-114 adalah 619, dan 114 adalah (6 x 19). Bilangan 619 merupakan prima kembar dengan pasangan 617. Kita ketahui pula, isi al-Qur an terbagi dalam 30 juz. Angka 30 adalah bilangan komposit yang ke-19, yaitu: 4, 6, 8, 9,10,12,14, 15, 16, 18, 20, 27, 22, 24, 25, 26, 27, 28, 30.
Struktur Kedua
Ditemukan kode-kode tertentu sebagai pengawasan paritas (Sistem parity check ditemukan seiring kemajuan Ilmu komputer/banyak ditemukan dalam cabang ilmu tersebut). Berfungsi untuk menjaga keaslian Al Quran. Al-Qur’an terstruktur dalam bentuk 6 x (10 + 9), yaitu 60 surat dengan nomor ayat-ayat yang genap, dan 54 surat dengan nomor ayat-ayat yang ganjil. Contohnya adalah al-Fatihah dengan 7 ayat berarti surat dengan ayat ganjil. Tetapi al-Baqarah dengan no surat genap merupakan surat dengan ayat genap 286 ayat.
Ditemukan kode-kode tertentu sebagai pengawasan paritas (Sistem parity check ditemukan seiring kemajuan Ilmu komputer/banyak ditemukan dalam cabang ilmu tersebut). Berfungsi untuk menjaga keaslian Al Quran. Al-Qur’an terstruktur dalam bentuk 6 x (10 + 9), yaitu 60 surat dengan nomor ayat-ayat yang genap, dan 54 surat dengan nomor ayat-ayat yang ganjil. Contohnya adalah al-Fatihah dengan 7 ayat berarti surat dengan ayat ganjil. Tetapi al-Baqarah dengan no surat genap merupakan surat dengan ayat genap 286 ayat.
Prof. Abdullah Jalghoom dari Yordania
menemukan suatu ketentuan paritas dengan kondisi di atas; jumlah ke-60
surat dengan ayat-ayat genap adalah 3.450 atau (345 x 10) dan jumlah
nomor surat ke-54 dengan ayat-ayat ganjil adalah 3.150 atau (345 x 9).
Total jumlah nomor surat adalah 6.555 atau (345 x 19). Dari sisi matematis, bilangan tersebut adalah 1 + 2 + 3 + 4 + 5 + 6+7+….+114=6.555.
Dengan demikian, nomor surat dan jumlah
ayat-ayatnya tidak dapat dipertukarkan – jika tertukar – struktur di
atas tidak berlaku. Misalnya, Surat al-Fatihah ditukar tempatnya dengan
Surat al-Baqarah maka jumlah ayat-ayat yang genap menjadi 3.449 dan
jumlah ayat-ayat yang ganjil menjadi 3.151.
Struktur Ketiga
Parity check juga ditemukan dalam pembagian nomor surat dengan jumlah ayatnya-menjadi satu kesatuan yang tak terpi¬sahkan. Al-Qur’an dengan 114 surat terbagi dua susunannya:
Parity check juga ditemukan dalam pembagian nomor surat dengan jumlah ayatnya-menjadi satu kesatuan yang tak terpi¬sahkan. Al-Qur’an dengan 114 surat terbagi dua susunannya:
1. 57 surat yang homogen, di mana nomor
suratnya sama dengan jumlah ayat yang dikandungnya, yaitu genap-genap
atau ganjil-ganjil Contoh Surat al-Fatihah atau “Pembuka¬an’ dengan
nomor surat 1 atau ganjil, jumlah ayat yang dikandungnya juga ganjil,
yaitu 7 ayat. Contoh lain adalah Surat al-Baqarah atau “Sapi Betina”.
Nomor surat 2 atau genap, jumlah ayat 286 atau genap pula. Surat homogen
ini, jumlah nomor surat dan jumlah ayatnya adalah 6.236, atau sama
banyaknya dengan jumlah ayat al-Qur’an seluruhnya!
2. 57 surat yang
heterogen, di mana nomor suratnya berlawan¬an dengan jumlah ayatnya,
yaitu genap-ganjil atau ganjil¬genap. Misalnya, Surat Ali’Imran, nomor
surat 3 atau ganjil, jumlah ayat 200 atau genap. Jumlah nomor surat dan
jumlah ayatnya adalah 6.555 atau sama dengan jumlah nomor surat dari 1
sampai dengan 114, (1+2+3+4+….+114). Dengan rumus sederhana:
( N + 1 ) / 2 x N = 115 / 2 x 114 = 115 x 57 = 345 x 14 = 6.555
Bila kedua kelompok surat ini dijumlahkan, akan meng¬hasilkan bilangan prima: 6.236 + 6.555 =12.791, bilangan prima ke-1.525. Struktur ini merupakan enkripsi antara jumlah nomor surat dengan jumlah ayat al-Qur’an.
Bersambung………
NB : Untuk ulasan lebih lanjut, download e-booknya di halaman Free Download blog ini atau langsung ke link Matematika Alam Semesta
Note
- Abdullah Arik, Beyond Probability – God’s Message in Mathematics, Journal, Submission organisation, hal. 2.
- Contohnya adalah Dr. Carl Sagan dan Frank Drake, yang menemukan cryptogram untuk komunikasi antar-bintang: pemecah kode komunikasi dari sinyal ETI, Extra Terrestrial Intelligent.
- Baca lebih lanjut Peter Plichta, God’s Secret Formula, atau situs-situs dari Dr. Peter Plichta.
- Baca Muhammad Abdul Halim, Memahami Al-Qur’an, atau Maulana Muhammad Ali, The Religion of Islam. Di sisi sains, ‘Arsy adalah wilayah hyperspace, dimensi lebih tinggi dari alam semesta kita yang dikenal. Isi alam semesta, 5% objek angkasa seperti bintang dan planet-planet, 25% dark matter, dan sisanya 70 % adalah dark energy. Elemen kimia, hidrogen, unsur air melimpah ruah (99,9% ), karena H adalah elemen paling ringan. Bintang baru mengubah hidrogen menjadi elemen kimia yang lebih berat, helium. Baca Encyclopedia Outerspace dari David Darling atau keterangan ahli kosmos Sir Martin Rees dan ahli Fisika Teori Dr. Michio Kaku: Our Cosmic’ Habitat dan Paarallel Universes.
Sumber
Langganan:
Postingan (Atom)