Senin, 07 April 2014

Abad Pertengahan Tinggi: Sejarah Penaklukan Norman

 William Sang Penakluk

Orang Norman

Sekitar 1000 M, sejumlah orang Viking, yang telah sering menyerbu Prancis, diizinkan oleh raja Prancis untuk bermukim dan menetap di Prancis. Mereka diharapkan untuk melindungi Prancis dari serangan Viking lainnya. Selain itu, orang-orang Viking ini juga harus berpindah agama dari politeisme Jermanik menjadi Katolik. Mereka kemudian dikenal sebagai orang Norman, yang berasal dari kata Normands ("orang dari utara). Wilayah tempat mereka tinggal disebut Normandia ("negeri orang Norman").

Seiring waktu, orang Norman merasa bosan hanya tinggal dan bertani di Normandia. Mereka menginginkan petualangan dan kekayaan. Pada 1066 M, orang Norman bernama William memutuskan untuk menyerang Inggris dan merebutnya dari bangsa Anglia-Saxon. Ibu Williams belum menikahi ayahnya ketika William dilahirkan, tapi William tetap mewarisi kekayaan serta gelar Duke Normandia dari ayahnya. Orang-orang memanggilnya William Anak Haram karena tak dilahirkan dalam pernikahan. Ia ingin melakukan petualangan yang besar dan luar biasa, sehingga ketika Raja Inggris meninggal tanpa pewaris, Willia merasa bahwa ia memiliki peluang untuk menguasai Inggris.

William menganggap bahwa ia akan menjadi kaya jika berhasil menaklukan Inggris. Banyak kawannya yang setuju dengannya, dan mereka pun membawa pasukan lalu berlayar menyeberangi Selat Inggris menggunakan banyak perahu kecil. Setibanya di Inggris, mereka mengalahkan bangsa Anglia-Aaxon dalam Pertempuran Hastings. Raja Anglia-Saxon, Harold, terkena panah pada matanya dan tewas.

William (kini dipanggil William Sang Penakluk) menjadi raja baru Inggris. Ia dimahkotai di Westminster Abbey. Ia membangun Menara London sebagai tempat kediaman yanag aman dan terlindungi. William dan kawan-kawannya menuturkan bahasa Prancis, sedangkan rakyat Inggris menuturkan bahasa Inggris. Oleh karena itu pada masa itu ada dua bahasa yang dituturkan di Inggris.



Sumber

Abad Pertengahan Tinggi: Sejarah Kekaisaran Romawi Suci

 Lambang Kekaisaran Romawi Suci

 Heinrich IV

Setelah meninggalnya Heinrich III pada 1056 M, dan dengan dibantu oleh Raja Polandia, Paus merasa cukup kuat untuk membebaskan diri dari kendali para Kaisar Romawi Suci. Di bawah Heinrich IV, Paus bersikeras dipilih bahwa para pendeta dan uskup hanya melayani Paus dan tidak dapat dipilih oleh dapat oleh Kaisar. Heinrich IV ingin memilih uskupnya sendiri untuk membantunya memerintah kekaisarannya, namun Paus ingin para uskup hanya melayani gereja. Akibatnya Paus mengucilkan Heinrich IV. Supaya dapat kembali ke Gereja, Heinrich terpaksa melakukan penebusan kepada Paus, dengan cara berlutut bertelanjang kaki di tanah bersalju Canossa, Italia utara pada 1077 M.

Menjelang kematian Henry IV, putranya Heinrich V (yang menikahi Matilda dari Inggris) memberontak melawan ayahnya sendiri, dengan tujuan menjalin hubungan baik dengan Paus. Akhirnya Heinrich IV dipaksa menyerahkan tahtanya kepada putranya. Tidak lama kemudian pada 1106 M, Heinrich IV meninggal.

 Heinrich V

Meskipun Heinrich V kalah dalam suatu pertempuran penting melawan Raja Boleslaw dari Polandia pada 1109, ia dengan cepat mengumpulkan kekuatan. Heinrich V ternyata ingin memilih uskup, sama seperti ayahnya. Ia pun mulai menunjuk uskup yang ia mau. Paus tentu saja keberatan dengan tindakan tersebut. Puncaknya, Pada 1111 M Heinrich V bergerak menuju Italia dan menangkap Paus, meskipun kemudian membebaskannya setelah Paus beredia tunduk kepadanya. Akan tetapi pada 1112 M Paus melanggar janjinya, dan kemudian pada 1118 Paus yang baru, mengucilkan Heinrich V. Akhirnya pada 1122 M mereka mencapai kesepatan yang disebut Perjanjian Worms. Heinrich V tak memiliki putra, sehingga setelah ia meninggal pada 1125 M, para bangsawan Jerman memilih seorang kaisar baru bernama Lothair III.

 Lothair III

Lothair III melaksanakan Perjanjain Woems, dan melancarkan kampanye di Italia seperti para raja Jerman lainnya. Namun posisinya lebih kuat, karena saat itu Polandia sedang terpecah menjadi banyak kerajaan kecil. Jadi Lothair III juga melancarkan peperangan untuk memperluas Jerman serta untuk memaksa Polandia dan Denmark tunduk kepada Jerman.

Conrad III adalah cucu Heinrich IV (melalui putri Heinrich, Agnes) dan naik tahta setelah meninggalnya Lothair III pada 1138 M. Conrad ikut serta dalam Perang Salib Kedua. Akan tetapi ia tidak mampu menguasai Italia meskipun terus berusaha. Rakyat Italia sendiri terbagi menjadi dua kelompok, yaitu yang berpihak pada Conrad dan merasa bahwa Kaisar Jerman layak memerintah Italia. Kelompok pertama ini dikenal sebagai Ghibelline. Kelompok yang kedua mendukung Paus dan tak ingin Italia dikuasai oleh Jerman. Mereka dikenal sebagai Guelf. Kelompok Guelf didukung oleh Roger II, Raja Norman di Sisilia, sehingga mereka dapat menang.

Friendrich Barbarossa

Akan tetapi pada 1152 M, keponakan Conrad, Friedrich Barbarossa (janggut merah) atau disebut juga Friefrich I, menjadi Kaisar Romawi Suci. Friedrich adalah seorang pemimpin yang cakap, dan ia bersikeras untuk menguasai Italia utara. Pada awalnya gagasan ini berjalan baik, namun akhirnya Friedrich terjerumus dalam perang saudara di Jerman melawan Heinrich Guelf, mantan kawannya. Rakyat Jerman, dan bahkan Italia, pun terbagi menjadi dua. Meskipun demikian Friedrich berhasil meneruskan kekuasaannnya dalam waktu yang lama hingga ia meninggal pada 1190 M akibat tenggelam di sebuah sungai pada Perang Salib Ketiga.

Setelah Friedrich meninggal putranya Heinrich VI naik tahta sebagai Kaisar Romawi Suci. Heinrich hanya memerintah selama tujuh tahun sebelum akhirnya meninggal dan diteruskan oleh putranya. Selama satu abad berikutnya, Para Kaisar Romawi Suci menghadapi banyak perang saudara kecil. Para kaisar tidak mampu mengendalikan seluruh Jerman, dan banyak count serta duke di Jerman yang berupaya untuk menggulingkan kekuasaan kaisar. Selain itu, para kaisar juga tidak mampu menguasai Italia.



Sumber

Abad Pertengahan Tinggi: Sejarah Capet

 Lambang Wangsa Capet

Lambang Raja Capet

Hugo Capet

Ketika Dinasti Karoling berakhir pada 987 M, para lord Prancis berkumpul untuk memilih raja baru. Mereka memilih seorang pria bernama Hugo Capet. Ia dipilih karena dianggap lemah, sehingga para lord merasa dapat memanfaatkannya untuk mencapai keinginan mereka. Penerusnya Robert II, Henry I, dan Philip I, juga tak memiliki banyak kekuasaan. Beberapa lord di kerajaan mereka menguasai lebih banyak tanah daripada raja, dan lebih kuat. Para Capet (keturunan Hugo Capet) berhasil terutama karena mereka hidup lama dan selalu memiliki putra sebagai penerus, jadi tidak ada banyak kesempatan untuk menempatkan pihak lain sebagai penguasa tahta.

Sementara itu, para lord Prancis berupaya memerintah provinsi mereka sendiri, kurang lebih secara merdeka. Beberapa melakukannya lebih baik daripada yang lainnya, namun secara berangsur-angsur para lord menemukan suatu sistem yang bagus. Mereka memperoleh pendapatan dengan cara menarik bayaran untuk jalan, memasang tarif untuk pendirian pasar dan pameran, serta dengan menyewakan lahan mereka. Mereka mengharuskan dan memaksakan tugas militer dari para bawahan mereka. Pada 1100 M, sebagian besar Prancis damai dan makmur, bahkan tanpa kekuasaan raha. Beberapa lord cukup berkuasa untuk menyerang wilayah lainnya. Duke Normandy menaklukan Inggris pada 1066, dan mengirim beberapa putranya untuk merebut Italia selatan. Count Toulouse menaklukan Yerusalem pada Perang Salib Pertama. Karena Prancis mengalami masa damai, para tentara pergi ke tempat lain yang di mana terjadi peperangan. Beberapa terlibat dalam Perang Salib, namun banyak pula yang pergi ke Spanyol untuk memerangi Kekhalifahan Arab di sana. Para lord besar di Prancis nyaris sepenuhnya independen dari kekuasaan raja, namun hanya memiliki sedikit kekuasaan di luar tanahnya di sekitar Paris.

 Louis VI

Akan tetapi pada 11000-an M, para raja Capet mulai menjadi lebih berkuasa. Louis VI atau disebut juga Louis Si Gemuk berhasil membuat tanahnya yang ada di sekitar Paris berada di daerah kekuasaannya. Ia dikenal sebagai raja yang peduli terhadap rakyat jelata dan mendukung gereja. Untuk membantunya, gereja mengirimkan Biarawan Suger sebagai penasehat. Suger amat cerdas dan banyak membantu Raja Louis. Bahkan para lord kuat di Prancis mulai meminta Raja Louis untuk memimpin mereka dalam pertempuran melawan Henry V dari Jerman, serta untuk mengadili perkasa-perkasra penting.

Putra Louis, yang juga bernama Louis, menikahi Eleanor, putri salah seorang lord yang kuat. Eleanor sendiri menguasai Aquitaine, yang meliputi sebagian besar Prancis selaran. Dengan demikian, pernikahan mereka membuat Prancis menjadi kerajaan yang kuat. Namun Louis VII baru berusia enam belas tahun ketika naik tahta, dan Eleanor baru berusia lima belas tahun. Mereka terlalu muda untuk mengelola pemerintahan. Ketika mereka berangkat untuk melakukan Perang Salib Kedua, mereka malah bertengkar. Louis menuduh Eleanor berselingkuh dengan pria lain. Mereka tak pernah akrab lagi setelah itu. Pada 1152, ketika Louis berusia tiga puluh satu tahun, ia menceraikan Eleanor dengan tuduhan telah menggoda Henry dari Anjou. Akibatnya Louis kehilangan kendali atas Aquitaine, namun kekuasaannya semakin lama semakin kuat. Para lord sering meminta Louis menyelesaikan perkara di antara mereka.

 Philippe II

Putra Louis VII, Philippe Auguste atau disebut juga Philippe II, jauh lebih ambisius dan cerdas daripada ayahnya. Philippe naik tahta pada 1180 M pada usia 13 tahun. Ia menikahi seorang perempuan bernama Artois yang menguasai suatu wilayah yang kaya di Prancis. Ini membuat Philippe menjadi amat kaya dan berkuasa. Kemudian Philippe mendorong Richard dan John dari Inggris untuk menentang ayah mereka, Henry, dengan tujuan melemahkan kendali Inggris atas wilayah Normandy di Prancis. Philippe ikut serta dalam Perang Salib Ketiga pada 1188 M, pada usia 22 tahu, tapi ia pulang cepat untuk melanjutkan upayanya mendesak pihak Inggris keluar dari Prancis. Richard mati muda sehingga mempermudan upaya Philippe, apalagi John bukanlah pemimpin perang yang cakap. Philipe mendirikan layanan sipil yang mengelola dan mengawasi semua provinsi di seluruh Prancis. Ia meninggal pada 1223 M pada usia 61 tahun.

Putra Philippe, Louis VIII, naik tahta setelah ayahnya meninggal. Ia melanjutkan kebijakan ayahnya tanpa banyak melakukan hal baru, dan hanya memerintah selama tiga tahun sebelum akhirnya meninggal Louis meningkatkan kekuasaan raja Prancis di wilayah selatan Prancis melalui Perang Salib Albi. Pada akhirnya Count Raymond dari Toulouse terpaksa mengizinkan putrinya untuk menikah dengan salah seorang putra Louis. Dengan demikian Raja Prancis memperoleh kendali langsung atas Toulouse.

Louis VIII mati muda pada 1226 M sementara putranya, Louis IX, baru berusia 12 tahun, sehingga ibu Louis IX, Blanche dari Castilia, memerintah atas namanya hingga ia tumbuh dewasa. Akan tetapi sejumlah orang di Prancis tak menyukai Blanche karena ia adalah orang Spanyol. Permasalahan ini juga yang akhirnya memicu beberapa lord untuk memberontak dan menuntut kemerdekaan. Meskipun demikian, pemberontakan itu gagal karena pasukan kerajaan terlalu kuat bagi mereka, dan karena persatuan para lord tidak terlalu kuat.

Louis IX

Louis IX adalah orang yang agamis sehingga ia dijadikan santo setelah meninggal, dan dikenal sebagai Santo Louis. Ia membangun kapel terkenal di Paris yang disebut Sainte Chapelle. Ia adalah seorang raja yang dicintai oleh sebagian besar rakyat Prancis sehingga tidak terjadi banyak pemberontakan melawannya. Louis terlibat dalam dua perang salib, yaitu Perang Salib Ketujuh dan Perang Salib Kedelapa, yang dua-duanya berakhir dengan kegagalan. Ia meninggal di Tunis dalam Perang Salib Kedelapan pada 1270 M, kemungkinan akibat disentri.

Tak seperti Louis, para penerusnya tidak begitu disukai oleh rakyat. Mereka menetapkan pajak yang tinggi, dan tidak terlalu memperhatikan keadilan. Akan tetapi rakyat Prancis masih bersedia tunduk kepada putra Louis, Philippe III (1270-1285), dan cucu Louis, Philippe IV (1285-1314), yang membangun Conciergerie. Sementara para lord tidak pernah mampu bersatu melawan para raja.

Philippe IV memiliki tiga orang putra, yaitu Louis X (1314-1316), Philippe V (1316-1322), dan Charles IV (1322-1328), namun ketiganya mati dengan tak memiliki putra. Ketiganya memang memiliki anak perempuan, tapi para lord Prancis tidak mau dipimpin oleh seorang ratu, bahkan mereka menolak dipimpin oleh putra dari perempuan-perempuan tersebut, yaitu cucu Philippe IV dari pihak ibu. Akhirnya mereka memilih salah satu sepupu Charles, Philippe dari Valois, sebagai raja berikutnya. Ia adalah cucu Philippe IV dari pihak ayah. Raja Inggris, Edward III, juga merupakan cucu Philippe IV dari pihak ayah, sehingga ia juga merasa berhak atas tahta Prancis. Akibatnya Edward menyerang Prancis untuk merebut tahta, dan dimulailah Perang Seratus Tahun.




Sumber

Abad Pertengahan Tinggi: Sejarah Karoling

Pembagian Kekaisaran Karoling menjadi tiga bagian (merah, hijau, kuning)

Setelah Charlemagne meninggal, putranya Louis mewarisi kekaisarannya, dan kemudian ketiga putra Louis membagi-bagi kekaisaran. Salah seorang putra memperoleh bagian barat (sebagian besar Prancis modern), yang lainnya memperoleh bagian timur (sebagian besar Jerman modern), dan yang terakhir memperoleh bagian tengah. Putra yang yang memperoleh bagian tengah tak bertahan lama, dan kedua saudaranya akhirnya membinihnya. Meskipun terjadi banyak pertempuran di antara kedua bersaudara ini serta keturunan mereka dalam waktu yang lama, tak pernah ada yang besar-benar berhasil mendirikan kekaisaran besar seperti yang dilakukan Charlemagne.

Meskipun demikian para raja yang memerintah Jerman tetap menggelari diri mereka sebagai Kaisar Romawi Suci, yang dulunya merupakan gelar Charlemagne. Dengan demikian para penguasa Jerman dikenal sebagai Kaisar Romawi Suci selama seribu tahun berikutnya.



Sumber

Abad Pertengahan Awal: Sejarah Awal Venesia

 Bendera Venesia

Lambang Venesia




Republik Venesia pada 1000 M (merah)


Setelah Romawi runtuh pada 400-an M, orang-orang yang tinggal di sepanjang pesisir timur laut Italia tak merasa aman. Bangsa Asia Tengah seperti suku Hun dan bangsa Jermanik seperti suku Ostrogoth kerap menyerbu daerah tersebut. Akibatnya Sejumlah orang meninggalkan rumah mereka dan pergi ke daerah yang kini disebut Venesia, yang sulit diserang.

Semakin lama semakin banyak orang yang pindah ke Venesia. Wabah pada 542 M juga membuat makin banyak orang yang datang ke Venesia untuk menghindari kematian. Ketika bangsa Avar dari Asia Tengah dan bangsa Slav mendesak bangsa Lombard untuk menyerbu Italia pada 568 M, kota Venesia, yang berada jauh di timur, tetap berada di dalam Kekaisaran Romawi. Semakin banyak orang yang melarikan diri dari bangsa Lombard dan menetap di Venesia. Hanya beberapa tahun kemudian, bangsa Slav dan Avar menyerbu Yunani, dan akibatnya makin banyak orang kabur ke Venesia. Tidak lama setelah 700 M, Venesia sudah menjadi kota yang besar sehingga penduduknya memiliki seorang dux untuk memimpin mereka.

Pada awal 800-an M, Charlemagne menyerbu Italia, tapi ia menyepakati perjanjian dengan Kaisar Nikephoros bahwa Venesia tetap menjadi bagian dari Kekaisaran Romawi. Pada masa ini Kekaisaran Romawi sudah menjadi sangat lemah, sehingga Venesia secara perlahan-lahan mulai merdeka, membagi ketundukannya kepada Kekaisaran Romawi di timur dan Kekaisaran Romawi Suci di barat. Sekitar 1100 M, Venesia menjadi republik merdeka seperti Genoa dan Pisa. Venesia mengembangkan angakatan laut yang kuat, dan memberantas para perompak di Laut Tengah. Tidak lama kemudian terjadi perdagangan antara Jalur Sutra dan Eropa melalui Venesia, sehingga para pedagang Venesia menjadi kaya.



Sumber

Abad Pertengahan Awal: Sejarah Awal Italia

Lukisan Arab di Palermo, Italia

Pada 774 M, Charlemagne menaklukan Italia dari bangsa Lombard, dan setelah itu Charlemagne membuat Paus menggelarinya Kaisar Romawi Suci. Selama tiga abad berikutnya, Italia utara dikuasai oleh Kaisar Romawi Suci. Para kaisar ini lebih suka tinggal di Jerman dan jarang mengunjungi Italia utara.

Pada masa ini pula, Italia tengah dan selatan masih dikuasai oleh Kekaisaran Romawi Timur. Akan tetapi, para kaisar di Konstantinopel terlalu sibuk menghadapi serbuan Kekhalifahan Abbasiyah, sehingga tak dapat mengirimkan pasukan ke Italia. Maka, Paus, dengan dibantu raja Prancis, menjadi pemimpin di Italia tengah dan selatan.

Meskipun demikian pada 830 M, Abbasiyah berhasil menaklukan Sisilia dan Italia selatan, sebagai bagian dari penaklukan atas Mediterania. Dengan demikian ada tiga pihak yang menguasai Italia pada masa tersebut. Kekhalifahan Islam Abbasiyah menguasai Italia selatan, Paus menguasai Italia tengah, dan Kekaisaran Romawi Suci menguasai Italia utara.



Sumber

Abad Pertengahan Awal: Sejarah Awal Rusia

Bangsa Viking berlayar menuju wilayah bangsa Slav

Bangsa Viking mendatangi bangsa Slav

Pada 500 SM, sejumlah orang yang tinggal di Rusia disebut bangsa Skythia, bangsa Rusia mengalami masa-masa sulit antara 300 dan 600 M, ketika mereka diserbu oleh suku Ostrogoth, Avar, dan Hun.

Namun pertama kali orang-orang tersebut bersatu dalam satu negara adalah kira-kira 800 M.

Pada masa tersebut, salah satu kelompok bangsa Viking yang disebut orang Rus dari Skandinavia (Norwegia, Denmark, dan Swedia modern) mendapati bahwa mereka dapat berdagang dengan Kekaisaran Bizantium di Laut Hitam dengan melayari sungai Volga dan Deiper, melalui Rusia. Ketika ini dilakukan pada 800-an M, mereka bertemu dengan bangsa Slav, yang juga sedang bergerak ke arah Rusia. Kemudian, bersama-sama, bangsa Viking dan Slav menyatukan Rusia menjadi satu kerajaan dengan ibukotanya di Novgorod. Kerajaan Rusia Abad Pertengahan ini, yang disebut Kekhaganan Rusia, yang hanya meliputi bagian paling barat dari Rusia modern, namun meliputi pula Ukraina modern.



Sumber

Abad Pertengahan Awal: Sejarah Polandia

Lambang Dinasti Piast

Pada Zaman Kegelapan, seperti sebagian besar tempat di Eropa, Polandia dipimpin oleh banyak pangeran dan adipati, dan tidak ada satu pun di antara mereka yang memiliki banyak kekuasaan. Sebagian besar orang yang tinggal di Polandia adalah orang Slav, tapi tiap kelompok Slav memiliki pemimpinnya sendiri. Pada 800-an M, bangsa Slav sibuk menghalau serangan Kekaisaran Romawi Suci, namun pada 900-an M tak ada lagi Kaisar Romawi Suci sehingga Polandia tak diserang. Akan tetapi pada 962 M, Otto menjadi Kaisar Romawi Suci dan mulai memperluas kekaisarannya dengan menyerang tetangganya di sebelah timur. Adipati Mieszko, seorang pemimpin Slavia, memutuskan bahwa akan lebih baik jika seluruh Polandia bersatu sebagai satu negara, supaya dapat berjuang lebih baik dalam menghadapi serangan Otto. Adipati Mieszko berhasil mencegah serangan Otto dengan cara menyuruh para pengikutnya memluk Kristen pada 966 M. Adipati Mieszko hidup cukup lama, dan ketika ia meninggal pada 992 M, Polandia telah menjadi salah satu negara terkuat di Eropa. Pemerintahan Polandia yang dipimpin oleh Mieszko dan keturunanya disebut Dinasti Piast.

Adipati Mieszko dan wilayah kekuasaannya

Setelah Mieszko meninggal, putranya Boleslaw menjadi Raja Polandia pertama. Boleslaw adalah pemimpin dan jenderal yang kuat seperti ayahnya, dan ia juga memerintah cukup lama. Boleslaw berhasil memperluas wilayahnya hingga Kiev di timur dan nyaris mencapai Berlin di barat. Boleslaw menamai negaranya dari nama rakyatnya, yaitu bangsa Polan. Beskipun Boleslaw menganut Kristen seperti ayahnya, ia memiliki empat orang istri. Boleslaw meninggal pada 1025 M dalam usia enam puluh tahun.


Boleslaw dan wilayah kekuasaannya

Setelah Boleslaw meninggal, musuh-musuhnya mencari kesempatan untuk menyerang putra Boleslaw, Mieszko II, sebelum ia menjadi kuat. Pada 1031 M Mieszko II dikalahkan dalam sebuah pertempuran besar dimana Kaisar Romawi Suci Conrad II dan pangeran Kiev, Jaroslaw, bersekutu melawannya. Akibatnya ia kehilangan banyak wilayah. Putra Mieszko II, yaitu Casimir Sang Pemulih, serta cucunya, Boleslaw II, merupakan jenderal yang lebih baik. Mereka kembali membangun kekuatan Polandia. Dengan bersekutu bersama Paus di Italia, Boleslaw II berhasil mengalahkan Kaisar Romawi Suci, Heinrich IV, sementara penerusnya Boleslaw III berhasil mengalahkan Heinrich V.

Akan tetapi pada 1138 M, kelima putra Boleslaw III membagi-bagi Polandia, dan terjadi perang kecil di antara kelim adipati itu, uskup Polandia, dan orang-orang kaya lainnya. Para orang kaya ini menjadi cukup kuat sehingga pada 1228 M mereka berhasil memaksa Adipati Wladyslaw III untuk menyepakati Undang-Undang Cienia, yang, seperti Magna Carta di Inggris, menetapkan hukum tertulis di Polandia yang harus ditaati bahkan oleh para adipati sekalipun, sehingga para adipati tak lagi dapat berbuat sekehendak hati. Namun tanpa menjadi suatu kerajaan yang bersatu, Polandia tak mampu bertahan menghadapi serangan Kekaisaran Romawi Suci.

Pada 1241, 1259, dan 1287 M, Mongol menyerbu Polandia dan menjadikannya bagian dari Kekaisaran Mongol. Namun ketika wabah pes menimpa Asia Tengah pada awal 1300-an, Kekaisaran Mongol pun runtuh. Setelah itu Polandia kembali merdeka. Pada 1320 M, Wladyslaw I berhasil menyatukan kembali Polandia dan menjadi raja. Tidak lama kemudian, pada 1333 M, putra Wladyslaw, Casimir III, mulai menaklukan wilayah di sebelah timur, yaitu Lithuania. Ketika banyak penduduk Eropa yang meninggal akibat wabah, hanya sedikit korban jiwa di Polandia, jadi masa ini bukan menjadi periode yang buruk bagi Polandia. Polandia justru menjadi lebih kuat dalam hal ekonomi dan kekuatan pemikiran karena masuknya banyak ornag Yahudi yang ditindas di Eropa Barat pada masa tersebut. Paus mengeluhkan penerimaan Polandia terhadap orang Yahudi, namun raja dan gereja Polandia bersikeras tetap menerima orang Yahudi di Polandia. Casimir hidup cukup lama, tapi ia tak memiliki putra, jadi ketika ia meninggal pada 1370 M, Polandia dipimpin oleh saudarinya Elizabeth. Setelah Elizabeth meninggal pada 1380 M, putranya Louis dari Hongaria memerintah Polandia selama empat tahun hingga ia meninggal pada 1382 M dan diteruskan oleh putrinya Jadwiga (cucu Elizabeth).


Casimir III dan wilayah kekuasaannya





Sumber

Sejarah Awal Abad Pertengahan

Jalur invasi bangsa barbar
Suku Jermanik

     Anglia, Saxon
     Franka
     Goth
     Visigoth
     Ostrogoth
     Hun
     Vandal
  Kekaisaran Romawi
     Romawi Barat
     Romawi Timur_________________________________________________________________________________

Abad Pertengahan Awal berlangsung setelah runtuhnya Romawi, kira-kira pada 400-an M. Pada Abad Pertengahan Awal, banyak orang yang menganggap bahwa mereka masih berada di Kekaisaran Romawi dan masih sebagai orang Romawi, bahkan banyak pasukan yang menyerbu Romawi menganggap bahwa mereka juga orang Romawi. Menjadi orang Romawi begitu populer sehingga bahkan orang yang tidak pernah menjadi bagian dari Kekaisaran Romawi lama juga menganggap diri mereka adalah orang Romawi.

Ketika Kekaisaran Romawi mulai melemah, para kaisarnya menyewa orang-orang Jermanik untuk bertugas dalam pasukan Romawi. Secara berangsur-angsur, para tentara Jermanik ini masuk ke wilayah Kekaisaran Romawi dan bermukim di sana untuk kemudian menjadi penduduk Romawi. Suku Visigoth bermukim di Spanyol, suku Vandal di Afrika Utara, Ostrogoth di Italia, dan Franka di Prancis. Di Inggris, seseorang yang bernama Raja Arthur berusaha menghalau serbuan bangsa Anglia, Saxon, dan Denmark (Viking), tapi mereka juga berpindah ke Kekaisaran Romawi. Bersama-sama, para penyerbu ini bertempur membantu Romawi untuk menghalau serbuan suku Hun pada 451 M.

Pada 533 M, kaisar Romawi Timur, Justinianus, memutuskan untuk menyingkirkan semua penyerbu ini dan membangun kembali Kekaisaran Romawi seperti masa kejayaannya. Pasukannya merebut Afrika Utara dari suku Vandal, Italia dari Ostrogoth, dan sebagian Spanyol dari Visigoth. Namun perluasan Romawi Timur hanya berhenti sampai di situ, dan banyak penyerbu Jermanik lainnya masih berada di Kekaisaran Romawi. Peperangan bahkan semakin melemahkan Romawi Timur, dan pada 542 M wabah pes menimpa Konstantinoepl dan menyebar ke seluruh Eropa dan Afrika Utara, menewaskan jutaan orang. Pada 600 M, bangsa Lombard memanfaatkan ini untuk memasuki Italia, sedangkan bangsa Slav vergerak ke Eropa Timur.

Akan tetapi, bahkan pada masa ini masih banyak orang yang berupaya membangun kembali Kekaisaran Romawi. Pada 600-an M, Muslim berhasil menaklukan Yerusalem, Suriah, dan Afrika Utara, dan kemudian pada 711 M, Spanyol juga direbut. Pada 780 M, Charlemagne berusaha meniru Romawi. Ia menguasai Prancis dan Jerman, lalu menyebut kerajaannya Kekaisaran Romawi Suci. Di Timur, tepatnya di Rusia, bangsa Viking dan Slav bergabung untuk membangun sebuah kerajaan juga. Sementara sepanjang Abad Pertengahan Awal, di Konstantinopel, para Kaisar Romawi Timur masih secara rutin melakukan rapat dengan Senat, menonton pertandingan, dan menganggap bahwa kerajaan mereka adalah Kekaisaran Romawi yang sesungguhnya.

Eropa pada saat kematian Charlemagne 

     Kekaisaran Charlemagne (814)

Timur Tengah/Balkan
     Kekaisaran Romawi Timur
     Kekhalifahan Abbasiyah
     Bulgaria
Eropa Utara
     Northmen
     Suku-suku Finlandia
     Suku Swedia dan Goth
     Bangsa Denmark
Eropa Timur
     Esthlandia
     Suku-suku Slav
     Kerajaan Khazar
     Atelensu
     Kerajaan Avar
Britania dan Irlandia
     Irlandia
     Pikt
     Bangsa Skotlandia
     Bangsa Wales
     Inggris
Semenanung Italia
     Kadipaten Beneventum
     Sardinia
     Sisilia
Semenanjung Iberia
     Kerajaan Asturia
     Keemiran Kordoba




Sumber

Abad Pertengahan Awal: Sejarah Awal Viking


 Kapal Viking

Wilayah pemukiman Viking pada abad ke-8 (merah tua), ke-9 (merah), ke-10 (jingga) dan ke-11 (kuning), serta wilayah yang sering diserang oleh Viking (hijau)

Viking merupakan bangsa India-Eropa dari Skandinavia (Denmark, Norwegia, dan Swedia modern) yang sekitar 400-an M mulai melakukan penyerbuan rutin melalui laut ke berbagai wilayah di Eropa, bahkan hingga ke Laut Tengah dengan menyerbu Sisilia dan Italia selatan. Viking mulai menyerang pesisir Atlantik Prancis selatan sekitar 400 M, dan juga pesisir timur Inggris.

Pada 860 M, cabang Viking lainnya bermigrasi ke Rusia untuk berdagang dengan Konstantinopel. Di Rusia, Viking secara berangsur-angsur bercampur dengan bangsa Slav yang tinggal di sana, dan mendirikan negara Rusia. Bersama-sama, bangsa Slav dan Viking melayari Laut Hitam, di mana mereka berdagang dengan berbagai orang dari timur di sepanjang Jalur Sutra seperti orang Samaniyah. Viking menjual bulu dan wol kepada orang Samaniyah, dan orang Samaniyah menjual sutra dari Cina kepada Viking.

Bangsa Viking dan Slav juga menyerbu wilayah Romawi Timur di sekitar Konstantinopel, meskipun mereka tidak mampu merebut kota tersebut. Dengan cepat Kekaisaran Bizantium menyewa orang Viking sebagai tentara. Banyak Viking yang bertempur untuk Bizantium pada Pertempuran Manzikert melawan Seljuk pada 1071 M. Sekitar 1100 M, sebagian besar Viking telah memeluk Kristen.

Pada 1000 M, beberapa Viking bermukim di Prancis utara, dan mereka kemudian disebut orang Norman, atau Northman, sedangkan wilayahnya disebut Normandy hingga masa kini. Mereka juga memeluk Kristen. Pada masa tersebut, beberapa Viking berlayar ke barat ke wilayah seperti Islandia dan Greenland, bahkan hingga sejauh Nova Scotia, di Kanada modern. Beberapa pria Viking menikahi perempuan lokal di sana. Orang Viking juga bermukim di Islandia dan Greenland, tapi hanya tinggal sebentar di Kanada, karena orang-orang Inuit di sana terlalu kuat bagi mereka, serta karena periode pendinginan global yang dimulai sekitar 1300 M menjadikan lautan terlalu beku untuk kapal-kapal mereka.





Sumber

Abad Pertengahan Awal: Sejarah Awal Slav

 Bangsa Slav bertempur melawan bangsa Skythia

Wilayah bangsa Slav (hijau muda) pada 900 M

Bangsa Slav, yang menuturkan cabang dari bahasa India-Eropa, pertama kali bergerak ke Eropa dari Asia Barat sekitar 2000 SM, pada masa yang hampir sama dengan perpindahan bangsa Yunani ke Yunani. Bangsa Slavia bermukim di utara (kemungkinan di Polandia modern, di mana mereka mungkin menjadi tetangga suku Goth).

Sekitar 100 atau 200 M, bangsa Slav melintasi Pegunungan Karpathia menuju tempat yang kini menjadi Slowakia dan Romania. Dari sana, mereka terkadang melakukan penyerbuan ke Yunani Romawi. Dengan runtuhnya Romawi dan adanya tekanan dari bangsa Avar dan Hun, bangsa Slav menyeberangi sungai Danube pada 500-an M, dan kemudian banyak dari mereka yang bermukim di Yunani dan Balkan (Serbia, Bosnia, dan Albania modern). Di wilayah ini mereka memerangi Romawi.

Pada akhir 700-an dan awal 800-an, bangsa Slav menghalau serbuan Carlemagne, yang kekaisarannya berbatasan dengan bagian barat wilayah Slav. Charlemagne menawan banyak orang Slav dan membawa mereka ke Prancis sebagai budak sehingga kata budak dalam bahasa Prancis adalah esclave. Bangsa Slav juga berhasil menangkap sejumlah orang Prancis dalam peperangan tersebut, yang mereka jadikan budak juga. Bangsa Slav menyebut budak mereka rob, yang merupakan akar kata untuk "robot."

Sebagian besar orang Slav terus tinggal di Eropa Timur, di mana mereka secara berangsur-angsur terbagi menjadi tiga kelompok utama dengan bahasa yang berbeda-beda, yaitu bangsa Slav Polandia di utara, Slav Balkan di selatan, dan Slav Rusia dari Timur. Sebagian besar orang Slav Balkan pada akhirnya dikuasai oleh Kekaisaran Romawi, sementara bangsa Slav Polandia dan Slav Rusia berhasil mendirikan kekaisaran mereka sendiri. Semua kelompok Slav ini memeluk Kristen sebelum 1300 M.

Ketika Utsmaniyah menaklukan Kekaisaran Romawi pada 1453 M, sebagian besar orang Slav pun dikuasai oleh Kesultanan Utsmaniyah, dan beberapa di antaranya memeluk Islam.




Sumber

Abad Pertengahan Awal: Sejarah Awal Kekaisaran Romawi Suci

Lambang Kekaisaran Romawi Suci

 Patung Otto I (Otto Agung)

Wilayah kekuasaan Otto pada 972 M

Setelah meninggalnya Charlemagne, Kekaisaran Romawi Suci mula melemah, hingga pada 924 M, seabad kemudian, tidak ada yang secara resmi menjadi kaisarnya. Akhirnya pada 962 M, seorang raja Jerman bernama Otto digelari Kaisar Romawi Suci oleh Paus.

Ayah Otto, Henry, adalah lord Jerman dari Saxony (Jerman utara), yang dipilih oleh para lord Jerman lainnya sebagai pemimpin. Henry mulai memimpin dalam posisi yang lemah, nyaris tak lebih kuat daripada para lord lainnya. Namun ia berhasil meningkatkan wibawa dan kekuasaannya secara signifikan dengan menghalau serbuan Magyar dari Timur, dan juga dengan menyerang Polandia. Otto (yang sering disebut Otto Agung) meneruskan perjuangan ayahnya dan bahkan mampu meningkatkannya. Otto menempatkan saudara dan putranya dalam jabatan tertentu sebagai pendukung, Otto juga memanfaatkan gereja untuk membantunya berkuasa. Meminta Paus menggelarinya sebagai Kaisar Romawi Suci merupakan salah satu upayanya. Namun upaya ini juga meliputi penguasaan kembali Italia, mengingat Italia dan Jerman pernah bersatu dalam Kekaisaran Romawi Suci, dan berusaha menciptakan kembali kekaisaran. Otto bahkan menikahi seorang bangsawan Italia bernama Adelaide.

Putra Otto juga dinamai Otto. Ia berkuasa setelah ayahnya meninggal pada 973 M. Untuk menunjukkan betapa kuatnya Kekaisaran Romawi Suci, Otto muda ini menikahi seorang putri Bizantium, Theophano. Ketika Otto II mati muda, putranya yang bernama Otto III baru berusia tiga tahun, seingga Theophani memerintah sebagai walinya. Otto III meninggal pada 1002 M, dan para bangsawan Jerman bersikeras untuk memilih raja berikutnya. Akan tetapi Henry II masih berasal dari keluarga Saxon yang sama. Penerusnya yang terpilih, Conrad II, juga merupakan kerabat Otto,. Mereka berdua, beserta putra Conrad, yaitu Henry III (1039-1056 M), tetap meneruskan kebijakan yang sama yaitu memerangi Polandia dan berupaya menguasai Italia, sambil tetap memanfaatkan gereja sebagai administratornya.



Sumber

Abad Pertengahan Awal: Sejarah Awal Charlemagne

 Wilayah kekuasaan Charlemagne

Charlemagne

Nama asli Charlemagne adalah Charles le Magne, atau Charles Agung. Dalam bahasa Jerman ia disebut Karl der Grosse, yang juga bermakna Charles Agung. Ayahnya, Pippin, mewariskan kepadanya Kekaisaran Franka ketika meninggal pada 768 M. Franka sudah menjadi kuat ketika Pippin meninggal, dan Charlemagne menjadikannya menjadi semakin kuat.

Pada awalnya, Charlemagne mengorganisir sistem gubernur (count) terpusat di seluruh kerajaannya, mengirim orang yang ia kenal ke seluruh kerajaan, lalu mengirim orang lain untuk mengawasi kinerja para count.

Pada saat yang sama, Charlemagne memperluas wilayah kerajaannya. Ia menaklukan Prancis hingga pegunungan Pyrenia, dan bahkan hingga ke Spanyol utara. Ia menyeberangi sungai Rhine dan menaklukan Jerman, Swiss, Austris, dan bahkan hingga ke Hongaria modern. Ke arah utara, a menaklukan Belgia. Pada 774 M, Charlemagne mengalahkan bangsa Lombard di Italia utara.

Dari posisinya di Italia utara, Charlemagne dapat membantu Paus, yang tidak dapat lagi mengandalkan bantuan dari Kekaisaran Romawi Timur. Sebagai balasannya, Charlemagne digelari sebagai Kaisar Romawi Suci oleh Paus Leo III. Pada masa tersebut (800 M) Kaisar Romawi di Konstantinopel adalah seorang wanita bernama Irene, dan Franka tidak mau mengakui Irene sebagai kaisar karena ia adalah perempuan. Charlemagne menawarkan untuk menikahi Irene, untuk dapat menguasai tahtanya. Akan tetapi Irene menolak, karena menganggap bahhwa Charlemagne hanyalah orang barbar dari Eropa utara.

Dengan gelar barunya sebagai kaisar, Charlemagne membangun istana di Aschen, dengan sekolah istana. Selain itu banyak bangunan lainnya juga didirikan, dan buku-buku ditulis, termasuk biografi Charlemagne karya Einhard yang didasarkan pada biografer Romawi Suetonius. Charlemagne menjalin hubungan diplomatik dengan Khalifah Abbasiyah, Harun ar-Rasyid, yang memberikan Charlemagne seekor gajah India.




Sumber

Abad Pertengahan Awal: Sejarah Awal Lombard

 Pasukan Franka bertempur melawan pasukan Lombard
Wilayah kekuasaan Lombard di Italia

Pada 568 M, suatu kelompok bangsa Turk, yaitu bangsa Avar, mendesak bangsa Lombard yang beretnis India-Eropa keluar dari negeri mereka di Eropa Tengah. Ini merupakan bagian paling barat dari kecenderungan bangsa Turk dalam merebut sebagian besar Asia pada masa tersebut. Bangsa Lombard bergerak ke selatan ke Italia utara, dan merebutnya dari kekuasaan Romawi. Mereka berupaya menaklukan seluruh Italia, namun Romawi menghalau mereka. Meskipun demikian bangsa Lombard tetap dapat berhasil bermukim di Italia utara, dengan dipimpin oleh duke. Bangsa Lombard menguasai Italia utara selama kira-kira dua abad, hingga mereka akhirnya dikalahkan oleh raja Franka, Charlemagne, pada 774 M.

Bangsa Lombard relatif baru terhadap kebudayaan Romawi, dan para pemimpin mereka tidak terdidik seperi kebanyakan pemimpin Romawi. Hampir tak ada orang Lombard yang mampu baca-tulis, dan mereka tidak tertarik kepada kebiasaan Romawi lama, atau bangunan Romawi lama. Akibatnya sebagian besar sisa-sisa peradaban dari masa antikuitas di Italia utara dihancurkan pada periode Lombard.



Sumber

Abad Pertengahan Awal: Sejarah Awal Franka dan Meroving

 Wilayah Dinasti Meroving

Orang Franka

Suku Franka telah tinggal cukup lama di Jerman utara ketika melemahnya Kekaisaran Romawi membuat mereka menyerbu wilayah Romawi pada 400-an M. Dibandingkan suku Visigoth, Ostrogoth, dan bahkan Vandal, suku Franka tiba relatif terlambat di wilayah Romawi. Karena sebelumnya mereka tidak banyak menjalin kontak dengan Romawi, orang Franka masih menyembah dewa-dewi lama pada 400-an M, dan belum memeluk Kristen.

Pada awalnya mereka tinggal di Prancis utara dan Belgia, tapi sekitar 490 M, di bawah raja baru yang mudah dan ambisius bernama Klovis, suku Franka memeluk Katolik dan mulai bergerak ke selatan. Mereka mungkin ingin tiba di Prancis selatan karena di sana lebih hangat lebih mudah untuk ditinggali. Namun mereka juga berharap untuk mencapai Laut Tengah, untuk kemudian berlayar dan memperoleh berbagai barang yang bagus, misalnya sutra, dari Asia, yang sulit didapat melalui darat. Kemungkinan Klovis bahkan sempat berpikir untuk mendatangi Roma dan menjadi kaisar.

Suku Franka bertempur melawan Visigoth pada Pertempuran Vouille pada 509 M dan berhasil menang, menewaskan raja Visigoth, Alarik II. Suku Visigoth menyerah dan mundur ke Spanyol, sementara suku Franka di bawah Klovis merebut seluruh Prancis (kecuali Burgundia). Bahkan Anastasius, Kaisar Romawi, mengirimkan ucapan selamat kepada Klovis atas kemenangannya.

Klovis meninggal di benteng Romawi di Paris pada 511 M. Keturunan dan penerus Klovis dikenal sebagai Meroving. Mereka memerintah Prancis selama sekitar dua abad selanjutnya.

Sering terjadi pernikahan antara putri Meroving dengan pangeran Visigoth, dan begitu pula sebaliknya. Seorang putri Visigoth bernama Brunhilde menikahi raja Meroving, Sigebert I, pada 567, ketika berusia 24 tahun. Setelah Sigebert meninggal, Brunhilde memerintah selama tujuh tahun sebagai wali bagi putranya. Ia memperbaiki jalan-jalan Romawi, membangun gereja dan kastil, serta mereorganisir keuangan dan pasukan. Beberapa tahun kemudian, pada usia akhir 50-an, Brunhilde meneruskan kekuasaan atas nama cucunya, dan pada 70-an, ia memerintah atas nama cicitnya, tapi pada 623 M, ia dibunuh oleh musuh-musuhnya.

Para raja Merovongia awal cukup kuat, misalnya Brunhilde dan Childebert, yang membangun biara Santo Germain des Pres. Namun seperti paraja raja Visigoth, para raja Meroving melemahkan kekuasaannya sendiri dengan memberikan tanah sebagai hadiah bagi para pendukungnya. lama-kelamaan mereka menjadi lebih lemah daripada menteri-menterinya, dan pada akhirnya para menterinya mengusir penguasa Merovingai terkahir, dan kemudian merebut kekuasaan serta mendirikan dinasti Karoling.



Sumber

Abad Pertengahan Awal: Sejarah Awal Britania

 Patung Raja Arthur

Lokasi pemukiman bangsa Anglia (merah) dan Saxon (cokelat) di Inggris pada 600 M

Ketika Constantinus III memberontak di Britania pada 406 M dan membawa semua tentara Romawi bersamanya ke Prancis, kendali Romawi di Britania benar-benar berakhir. Orang Britania mengirim pesan kepada Romawi untuk meminta bantuan pada 420-an M, namun pesan balasan dari Romawi adalah bahwa Britania kini tak lagi termasuk dalam wilayah Romawi sehingga Romawi tidak dapat membantu rakyat Britania. Dengan demikian rakyat Britania harus berjuang sendiri.

Ketika kabar bahwa tak ada lagi pasukan Romawi di Britania, berbagai kelompok pun mulai menyerbu wilayah ini. Beberapa kelompok yang rutin menyerang Britania adalah Banga Denmark dan Anglia-Saxon (dari Jerman).

Ada sebuah legenda bahwa pada masa tersebut muncul seorang raja terkenal di Britania bernama Raja Arthur. Ia dibantu oleh seorang penyihir terkenal bernama Merlin, serta sekelompok prajurit yang dikenal sebagai Ksatria Meja Bundar. Bersama-sama mereka melawan serangan bangsa Denmark dan Anglia-Saxon serta membuat Britania bersatu. Tidak diketahui secara pasti apakah Raja Arthur pernah benar-benar hidup, namun kemungkinan besar pada masa itu Britania memang berhasil menghimpun tentara yang bersatu untuk menghalau serbuan Denmark dan Anglia-Saxon.

Akan tetapi, dikisahkan dalam legenda tersebut bahwa upaya mereka akhirnya gagal. Pada 600-an M, Britania dikuasai oleh bangsa Anglia dan Saxon. Britania kemudian memperoleh nama Inggris, yang bermakna "negeri bangsa Anglia", sementara bahasa Inggris adalah bahasa yang dituturkan oleh bangsa Anglia. Bangsa Anglia dan Saxon juga berhasil mengusir serbuan bangsa Denmark.

Para raja Anglia-Saxon memerintah Inggris sejak 600-an M hingga serbuan Norman pada 1066 M.



Sumber

Abad Pertengahan Awal: Sejarah Awal Magyar

Bangsa Magyar

Proses penaklukan bangsa Magyar (merah) di Eropa timur

Pada Abad Pertengahan Awal, suku-suku Turk dan Mongol di Asia Tengah mulau bergerak ke barat, mendesak suku-suku India-Eropa yang telah lebih dulu hidup di Eropa. Bangsa Magyar, yang bukan suku bangsa India-Eropa, saat itu tinggal di Pegunungan Ural, hingga akhirnya bangsa Gokturk dan suku-suku Turk lainnya seperti suku Khazar berhasil mendesak bangsa Magyar ke arah barat pegunungan. Sejak itu, suku Khazar menguasai bangsa Magyar.

Perlahan-lahan, seiring suku-suku Turk terus menaklukan Asia Tengah, mereka juga terus mendesak bangsa Magyar ke barat. Pada 800-an M, bangsa Magyar tinggal di Ukraina, dan sekitar 900 M mereka mengalahkan bangsa Slav dan sisa-sisa bangsa Avar. Ini membuat bangsa Magyar dapat menguasai sebagian Eropa timur dan tenggara, yang kelak menjadi Hongaria.




Sumber

Abad Pertengahan Awal: Sejarah Awal Avar

 Prajurit Avar membawa tawanan

Kekhaganan Avar pada 650 M (merah)

Bangsa Avar, sebagian besarnya adalah kelompok etnis Turk, pertama diketahui tinggal di Asia Tengah di bawah pimpinan suku Rouran, pada 400-an M. Bangsa Cina, yang tinggal di sebelah tenggaranya, menyebut Avar sebagai Juan-Juan. Seperti bangsa Asia Tengah lainnya, bangsa Avar merupakan penunggang kuda nomad, yang menggembalakan ternak. Ketika bangsa Gokturk memberontak terhadap suku Rouran pada 552 M, bangsa Avar berpihak kepada suku Rouran, dan dikalahkan. Setelah dikalahkan oleh Gokturk, bangsa Avar pergi ke barat dan berhenti di dataran Rusia.

Ketika Kaisar Romawi Timur, Justinianus, mengetahui kedatangan bangsa Avar, ia memiliki ide untuk menyewa mereka untuk membantu melawan musuh-musuh Romawi, seperti suku Hun dan Slav, yang telah sering menyerbu wilayah Romawi Timur di Balkan (Eropa Timur modern). Bangsa Avar setuju, dan mereka menggunakan emas Romawi serta kemampuan militernya sendiri untuk kemudian mendirikan suatu kekaisaran besar yang wilayahnya meliputi Ukraina dan Eropa Timur, dan bahkan mereka juga menaklukan sebagian wilayah Romawi Timur. Negara Avar ini disebut Kekhaganan Avar. Sekitar 568 M, mereka mendesak bangsa Lombard keluar dari wilayah mereka menuju ke selatan ke Italia utara. Kekhaganan Avar mencapai puncak kejayaannya sekitar 600 M. Pada 626 M, Avar menjalin persekutuan dengan Sassania dan menyerang Konstantinopel secara langsung, meskipun serangan mereka akhirnya gagal.

Meskipun Avar terkadang menjadi sekutu bangsa India-Eropa seperti Romawi, penaklukan mereka merupakan bagian dari pola penaklukan yang lebih besar, yaitu penaklukan bangsa Turk terhadap bangsa India-Eropa dan Semit pada masa tersebut, peristiwa serupa lainnya adalah Gokturk yang mengalahkan suku Rouran, Seljuk mengalahkan Abbasiyah, dan Ghaznawiyah mengalahkan Samaniyah.

Akan tetapi, pada 700-an M, para raja Avar saling bertempur satu sama lain, dan perang saudara begitu melemahkan mereka sehingga Charlemagne dan bangsa Bulgar mampu bersekutu untuk kemudian menghancurkan Kekhaganan Avar sekitar 800 M, dan pada 870-an M, orang-orang Avar mulai bercampur dengan suku bangsa lainnya.



Sumber

Copyright @ 2013 PEJUANG ISLAM.