Ayat diatas menceritakan kesombongan Firaun (Ramses II) yang menganggap bahwa dirinyalah Tuhan, dan Tuhan yang dikatakan Musa as. itu tidak ada. Untuk membuktikannya, Firaun memerintahkan kepada pembesarnya (Haman) untuk membangun sebuah bangunan tinggi (MENARA) agar dia bisa membuktikan bahwa Tuhan yang dikatakan oleh Musa as. itu tidak ada.
Dalam ayat ini ada DUA penjelasan yang menarik. Yang satu sudah mulai terungkap. Satunya lagi masih dalam penafsiran penulis.
Yang Pertama:
Ramses II adalah salah satu dari Pharaoh/Firaun dari sekian banyak
Pharaoh2 mesir sebelumnya. Banyak diantara Pharaoh ini membangun
bangunan yang luarbiasa besar, salah satunya adalah Piramid. Tentunya
bangsa Mesir dibawah kekuasaan Ramses II juga memiliki ilmu pengetahuan
& tekhnologi yang kurang lebih sama dengan para pendahulunya yang
membangun bangunan-bangunan yang besar seperti piramid.Bangunan MENARA yang diperintahkan oleh Ramses II untuk dibangun, tentunya juga dibangun dengan cara yang sama dengan cara membangun piramid. Pada ayat diatas dikatakan ... "bakarlah hai Haman untukku Thiin (tanah liat) ..." ini menunjukkan bahwa pembangunan sebuah bangunan dijaman Pharaoh2 adalah dengan membuat semacam batu bata sebagai bahannya, BUKAN dengan memotong batu-batuan yang ada di alam.
Hal ini sudah dibuktikan oleh para ilmuwan, salah satunya oleh Profesor Geopolymer Joseph Davidovits dalam salah satu papernya yang bejudul "X-Ray Analysis and X-Ray Diffraction of Casing Stones from the Pyramids of Egypt, and the Limestone of the Associated Quarries" yang dipublikasikan pada Science in Egyptology, Proceedings of the Science in Egyptology Symposia, Manchester, U.K. pada tahun 1984. Anda bisa mendownloadnya disini.
Davidovits mengatakan bahwa sistem geopolimeris yang rumit sudah diproduksi di Mesir sejak 4700 tahun yang lalu. Profesor Davidovits telah mengambil batu piramida yang terbesar untuk dilakukan analisis dengan menggunakan mikroskop elektron terhadap batu tersebut dan menemukan jejak reaksi cepat yang menegaskan bahwa batu terbuat dari lumpur. Selama ini, tanpa penggunaan mikroskop elektron, ahli geologi belum mampu membedakan antara batu alam dan batu buatan. Dengan metode pembuatan batu besar melalui cara ini, sang profesor membutuhkan waktu sepuluh hari hingga mirip dengan batu aslinya.
Sebelumnya, seorang ilmuwan Belgia, Guy Demortier, telah bertahun-tahun mencari jawaban dari rahasia di balik pembuatan batu besar di puncak-puncak piramida. Ia pun berkata, “Setelah bertahun-tahun melakukan riset dan studi, sekarang saya baru yakin bahwa piramida yang terletak di Mesir dibuat dengan menggunakan tanah liat.” Penemuan oleh Profesor Prancis Joseph Davidovits soal batu-batu piramida yang ternyata terbuat dari olahan lumpur ini memakan waktu sekitar dua puluh tahun. Sebuah penelitian yang lama tentang piramida Bosnia, "Piramida Matahari" dan menjelaskan bahwa batu-batunya terbuat dari tanah liat! Ini menegaskan bahwa metode ini tersebar luas di masa lalu.
Koran Amerika New York Times edisi 1 Desember 2006, menerbitkan berita ilmiah yang mengkonfirmasi bahwa Firaun menggunakan tanah liat untuk membangun piramida! Menurut penelitian tersebut disebutkan bahwa batu yang digunakan untuk membuat piramida adalah tanah liat yang dipanaskan hingga membentuk batu keras yang sulit dibedakan dengan batu aslinya.
Para ilmuwan mengatakan bahwa Firaun mahir dalam ilmu kimia dalam mengelola tanah liat hingga menjadi batu. Dan teknik tersebut menjadi hal yang sangat rahasia jika dilihat dari kodifikasi nomor di batu yang mereka tinggalkan.
Profesor Gilles Hug, dan Michel Profesor Barsoum menegaskan bahwa Piramida yang paling besar di Giza, terbuat dari dua jenis batu: batu alam dan batu-batu yang dibuat secara manual alias olahan tanah liat.
Dan dalam penelitian yang dipublikasikan oleh majalah “Journal of American Ceramic Society” menegaskan bahwa Firaun menggunakan jenis tanah slurry untuk membangun monumen yang tinggi, termasuk piramida. Karena tidak mungkin bagi seseorang untuk mengangkat batu berat ribuan kilogram. Sementara untuk dasarnya, Firaun menggunakan batu alam.
Lumpur tersebut merupakan campuran lumpur kapur di tungku perapian yang dipanaskan dengan uap air garam dan berhasil membuat uap air sehingga membentuk campuran tanah liat. Kemudian olahan itu dituangkan dalam tempat yang disediakan di dinding piramida. Singkatnya lumpur yang sudah diolah menurut ukuran yang diinginkan tersebut dibakar, lalu diletakkan di tempat yang sudah disediakan di dinding piramid.
Alquran Ternyata Lebih Dulu Punya Jawaban dan Alquran telah mengungkapkan hal ini 1400 tahun sebelum mereka mengungkapkannya.
Kita tahu bahwa Nabi Muhammad saw tidak pergi ke Mesir dan tidak pernah melihat piramida, bahkan mungkin tidak pernah mendengar tentangnya. Kisah Firaun, terjadi sebelum masa Nabi saw ribuan tahun yang lalu, dan tidak ada satupun di muka bumi ini pada waktu itu yang mengetahui tentang rahasia piramida. Apalagi bangsa arab yang pada waktu itu sama sekali tidak mengenal teknik membangun bangunan2 besar dan tinggi.
Subhanallah! Sungguh suatu hal yang hanya dapat dipahami oleh orang orang yang bukan sekedar berakal, tetapi juga mempergunakan akalnya.
(Bersambung)
0 komentar:
Posting Komentar