Jumat, 10 Januari 2014

Filled Under:
,

Firaunnya Musa (1)

Firaun atau orang eropa menyebutnya Pharaoh adalah gelar para penguasa Mesir Kuno. Jadi banyak orang yang berkuasa di Mesir masa lalu diberi gelar Firaun/Pharaoh. Lalu yang manakah diantara firaun-firaun tersebut yang diceritakan dalam kitab-kitab suci, adalah firaun yang mati tenggelam saat mengejar Musa dan kaumnya?

Seperti Alkitab, Al-Qur'an juga tidak menyebutkan nama Firaun pada zaman Musa. Namun, Quran memberikan petunjuk yang cukup bagi kita saat ini untuk mengetahui Firaun yang manakah yang mati tenggelam di laut merah.

Di postingan ini AMJG akan mencoba menganalisis berbagai petunjuk yang ditawarkan oleh Al-Qur'an untuk mengidentifikasi siapa penguasa Mesir yang mengaku Tuhan ini. Pada tahap awal, AMJG akan melakukan pendekatan dari perspektif yang lebih luas, dan kemudian baru mempersempit kemungkinan firaun mana yang sangat mungkin menjadi Firaun nya Musa. Setelah itu kita akan menggunakan bukti-bukti pendukung dari Alquran itu sendiri untuk memperkuat. Akan terlihat bahwa bukti dari Al-Qur'an hampir tidak memerlukan dukungan dari Alkitab untuk menafsirkan data. Bahkan, banyak informasi Al-Qur'an dapat dicocokkan dengan data para ahli sejarah mesir (egyptologis) untuk sampai pada suatu kesimpulan .

FIRAUN-PHARAOH; GELAR PENGUASA MESIR

Raja-raja Mesir kuno pada masa Abraham [Genesis 12:10-20], Yusuf [Genesis 41] dan Musa [misalnya, Exodus 02:15] selalu disebut dengan sebutan "Pharaoh" (bentuk bahasa Arab menjadi Firaun) di dalam Alkitab. Namun Al-Qur'an, berbeda dengan Alkitab: Al Quran menyebut penguasa Mesir di masa Yusuf as. dengan sebutan 'Malik' yang berarti Raja, sedangkan Alkitab tetap menyebutnya dengan sebutan "Pharaoh". Adapun raja yang memerintah selama zaman Musa, Al-Qur'an berulang kali menyebutnya "Firaun" (Pharaoh). Studi linguistik modern tentang Mesir Kuno telah berhasil mengungkapkan tentang kata "Pharaoh/Firaun" dan penggunaannya di zaman Mesir kuno. Egyptologist terkenal dari Inggris, Sir Alan Gardiner membahas istilah "Pharaoh/Firaun" dan mengatakan bahwa contoh awal penerapannya kepada raja-raja mesir berawal pada masa pemerintahan Amenophis IV atau Amenhotep IV (c. 1353-1336 SM) yang tercatat dalam Kahun Papyrus. Mengenai istilah Pharaoh, Gardiner mengatakan:


Gardiner juga mengutip dua kemungkinan contoh lain sebelum Amenophis IV, yaitu Tuthmosis III (1479 - 1425 SM) dan Tuthmosis IV (1400 - 1390 SM) (sebagaimana disebutkan dalam catatan kaki nya 10 di atas), sedangkan Hayes telah mempublikasikan sebuah ostracon (potongan batu dari pot/vas atau barang yang mengandung tulisan) dari masa pemerintahan bersama antara Hatshepsut (1479 - 1458 SM) dan Tuthmosis III yang dua kali menyebut Tuthmosis hanya sebagai "Pharaoh". Oleh karena itu, setting cerita Al-Qur'an mengenai Musa haruslah ketika para penguasa Mesir kuno diberi gelar Pharaoh/Firaun, yaitu, dari Dinasti ke-18 dari periode Kerajaan Baru (New Kingdom) (c. 1539-1077 SM) dan seterusnya sampai periode Menengah Ketiga (c. 1076-746 SM). Setelah Periode Menengah Ketiga, Mesir diperintah oleh dinasti-dinasti lemah seperti dinasti ke-25 dan ke-26 dan kemudian oleh Persia dan kemudian oleh Roma. Periode ini jelas tidak akan menjadi bahan pertimbangan bagi kita. Jadi, kita telah mempersempit rentang sejarah Mesir kuno yang 3000 tahun lamanya, kini hanya untuk skala waktu tertentu, yaitu, periode Kerajaan Baru (c. 1539-1077 SM) dan Periode Menengah Ketiga (c. 1076-746 SM) yang lamanya sekitar 790 tahun, untuk setting cerita Musa yang sesuai dengan Al-Qur'an.

Sebelum kita melangkah lebih jauh, pertanyaan yang tepat untuk ditanyakan adalah bagaimana kita bisa mempercayai kronologi periode Kerajaan Baru (c. 1539-1077 SM) dari Mesir kuno yang disebutkan di sini? Baru-baru ini, Ramsey dkk. melakukan tes radiokarbon mengenai kronologi Mesir kuno, yang melibatkan 211 sampel tanaman berumur pendek yang terdapat pada makam-makam raja-raja mesir dan tersimpan di berbagai koleksi museum. Hasil uji karbon 14 tersebut, dengan keyakinan 95% menunjukkan bahwa awal periode Kerajaan Baru dengan Dinasti ke-18 antara 1570 SM dan 1540 SM.  Sehingga saat ini kronologi Kerajaan Baru yang disarankan oleh Egyptologis, kini telah divalidasi secara ilmiah.

FIRAUN YANG PALING LAMA BERKUASA

Sekarang kita telah mengidentifikasi rentang waktu khusus untuk kisah Musa, selanjutnya marilah kita lihat lagi sebuah petunjuk dan mungkin ini adalah petunjuk yang paling penting dari semua petunjuk. Tidak seperti Alkitab, Al-Qur'an berbicara tentang satu Fir'aun yang memerintah Mesir sebelum kelahiran Musa sampai keluarnya Musa dari Mesir. Bukti untuk ini berasal dari al-Qur'an 26:18-22 dan al-Qur'an 28:7-9 .


Dan kami ilhamkan kepada ibu Musa; "Susuilah dia, dan apabila kamu khawatir terhadapnya maka jatuhkanlah dia ke sungai (Nil). Dan janganlah kamu khawatir dan janganlah (pula) bersedih hati, karena sesungguhnya Kami akan mengembalikannya kepadamu, dan men- jadikannya (salah seorang) dari para rasul. Maka dipungutlah ia oleh keluarga Fir'aun yang akibatnya dia menjadi musuh dan kesedihan bagi mereka. Sesungguhnya Fir'aun dan Haman beserta tentaranya adalah orang-orang yang bersalah. Dan berkatalah isteri Fir'aun: "(Ia) adalah penyejuk mata hati bagiku dan bagimu. Janganlah kamu membunuhnya, mudah-mudahan ia bermanfaat kepada kita atau kita ambil ia menjadi anak", sedang mereka tiada menyadari.  [Qur'an 28:7-9]

Di sini Allah menceritakan peristiwa setelah kelahiran Musa dan bagaimana ia dihanyutkan di sungai oleh ibunya atas ilham dari Allah karena ibunya takut bayinya akan dibunuh oleh pasukan Firaun (saat itu firaun memerintahkan untuk membunuh semua bayi laki-laki bani Israel yang lahir). Dan kemudian bayi Musa ditemukan oleh keluarga Firaun dan akhirnya istri firaun berkeinginan untuk memeliharanya.

Bagian dari dialog antara Musa (setelah kembali dari Midian (Madyan)), dengan Fir'aun, sebagaimana dikutip dalam Al Qur'an 26:18-22, membuatnya sangat jelas bahwa Firaun ini adalah Firaun yang sama yang mengambil hak asuh Musa dalam masa nya.

Fir'aun berkata: "Bukankah kami telah mengasuhmu di antara (keluarga) kami, waktu kamu masih kanak-kanak dan kamu tinggal bersama kami beberapa tahun dari umurmu. Dan kamu telah berbuat suatu perbuatan yang telah kamu lakukan itu dan kamu termasuk golongan orang-orang yang tidak membalas budi. Berkata Musa: "Aku telah melakukannya, sedang aku di waktu itu termasuk orang-orang yang khilaf. Lalu aku lari meninggalkan kamu ketika aku takut kepadamu, kemudian Tuhanku memberikan kepadaku ilmu serta Dia menjadikanku salah seorang di antara rasul-rasul. Budi yang kamu limpahkan kepadaku itu adalah (disebabkan) kamu telah memperbudak Bani Israil." (QS 26:18-22)

Ayat diatas menceritakan saat Firaun mengingatkan Musa bahwa Musa pernah diasuh sebagai seorang anak dalam rumah tangganya dan juga saat Musa membunuh seorang pria [Qur'an 28:33] yang menyebabkan Musa lari ke Midian. Nah, jawaban Musa dari argumen Firaun diatas adalah konfirmasi yang jelas bahwa Firaun ini adalah Firaun yang sama. Selanjutnya, Musa menolak klaim Fir'aun bahwa ia telah melakukan budi baik dengan mengasuh Musa dan membiarkannya tinggal di istananya. Musa mengingatkan Firaun bahwa alasan mengapa dia berakhir di istana Firaun adalah karena perbuatan firaun itu sendiri yang memperbudak Bani Israel, termasuk larangan Bani Israel meninggalkan Mesir dan membunuh laki-laki mereka yang baru lahir. Jadi bisa disimpulkan, Firaun yang memperbudak Bani Israil masih berkuasa ketika Musa kembali ke Mesir.

Mengingat bahwa Musa lahir ketika Firaun sudah memerintah dan akhirnya firaun tewas tenggelam saat mengejar Musa dan Bani Israel, maka panjang masa pemerintahan Firaun ini dapat diperkirakan dengan menambahkan masa-masa dari peristiwa-peristiwa dibawah ini:

1. Lamanya Firaun memerintah sebelum Musa lahir;
2. Usia Musa saat ia pergi ke Midian;
3. Lamanya Musa tinggal di Midian, dan
4. Lamanya Musa tinggal di Mesir setelah kembali dari Midian.

Pertama, kita tidak tahu berapa lama Firaun ini memerintah sebelum Musa lahir karena Al-Qur'an tidak menyatakan berapa lama pemerintahan Firaun sebelum Musa lahir.

Kedua, usia Musa saat ia pergi ke Midian dapat ditarik dari tafsiran Quran surat 28:14 

Dan setelah Musa cukup umur dan mapan, Kami berikan kepadanya hikmah (kenabian) dan pengetahuan. Dan demikianlah Kami memberi balasan kepada orang-orang yang berbuat baik.  [Qur'an 28:14]
Kata Balaga asyuddah dalam ayat di atas telah menimbulkan perbedaan penafsiran tentang berapa usia yang tepat yang dimaksud dengan itu. Kemudian, kata ini dilanjutkan dengan kata istawa yang berarti menetap atau mapan. Hal ini menunjukkan bahwa frase Balagah ashuddah wa istawa mengacu pada suatu tahap di kehidupan Musa di mana ia mencapai puncak dalam arti fisik serta kekuatan spiritual/psikologis. Para mufasir menafsirkan bahwa penganugerahkan kenabian pada Musa saat Musa berusia sekitar 40 tahun (Lihat tafsir-tafsir seperti Tafsir al-Tabari, Tafsir al-Qurthubi, Tafsir al-Jalalain, Al-Kashshāf al-Zamakhsyari, dll).

Ketiga, setelah Musa membunuh salah satu orang Mesir, Musa segera melarikan diri ke Midian setelah mengetahui bahwa para pejabat di Mesir berencana untuk membunuhnya. Namun, apa yang tidak jelas adalah waktu yang berlalu antara penganugerahan hikmah dan pengetahuan kepada Musa dengan peristiwa terbunuhnya orang Mesir olehnya.Dan dibawah ini adalah ayat Quran surat Al Qashash dari ayat 14 hingga 22


Dan setelah Musa cukup umur dan mapan, Kami berikan kepadanya hikmah (kenabian) dan pengetahuan. Dan demikianlah Kami memberi balasan kepada orang-orang yang berbuat baik. Dan Musa masuk ke kota (Memphis) ketika penduduknya sedang lengah, maka didapatinya di dalam kota itu dua orang laki-laki yang berkelahi; yang seorang dari golongannya (Bani Israil) dan seorang (lagi) dari musuhnya (kaum Fir'aun). Maka orang yang dari golongannya meminta pertolongan kepadanya, untuk mengalahkan orang yang dari musuhnya lalu Musa meninjunya, dan matilah musuhnya itu. Musa berkata: "Ini adalah perbuatan syaitan sesungguhnya syaitan itu adalah musuh yang menyesatkan lagi nyata (permusuhannya). Musa berdoa: "Ya Tuhanku, sesungguhnya aku telah menganiaya diriku sendiri karena itu ampunilah aku." Maka Allah mengampuninya, sesungguhnya Allah Dialah Yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. Musa berkata: "Ya Tuhanku, demi nikmat yang telah Engkau anugerah- kan kepadaku, aku sekali-kali tiada akan menjadi penolong bagi orang- orang yang berdosa." Karena itu, jadilah Musa di kota itu merasa takut menunggu-nunggu dengan khawatir (akibat perbuatannya), maka tiba-tiba orang yang meminta pertolongan kemarin berteriak meminta pertolongan kepadanya. Musa berkata kepadanya: "Sesungguhnya kamu benar-benar orang sesat yang nyata (kesesatannya)." Maka tatkala Musa hendak memegang dengan keras orang yang menjadi musuh keduanya, musuhnya berkata: "Hai Musa, apakah kamu bermaksud hendak membunuhku, sebagaimana kamu kemarin telah membunuh seorang manusia? Kamu tidak bermaksud melainkan hendak menjadi orang yang berbuat sewenang-wenang di negeri (ini), dan tiadalah kamu hendak menjadi salah seorang dari orang-orang yang mengadakan perdamaian." Dan datanglah seorang laki-laki dari ujung kota bergegas-gegas seraya berkata: "Hai Musa, sesungguhnya pembesar negeri sedang berunding tentang kamu untuk membunuhmu, sebab itu keluarlah (dari kota ini) sesungguhnya aku termasuk orang-orang yang memberi nasehat kepadamu." Maka keluarlah Musa dari kota itu dengan rasa takut menunggu-nunggu dengan khawatir, dia berdoa: "Ya Tuhanku, selamatkanlah aku dari orang-orang yang zalim itu." Dan tatkala ia menghadap kejurusan negeri Mad-yan ia berdoa (lagi): "Mudah-mudahan Tuhanku memimpinku ke jalan yang benar." (QS 28:14-22)

Peristiwa-peristiwa seputar penganugerahan hikmah dan pengetahuan kepada Musa dan terbunuhannya orang Mesir oleh Musa yang di dalam Al Qur'an disebutkan berturut-turut menunjukkan bahwa peristiwa-peristiwa itu mungkin dipisahkan oleh waktu yang relatif tidak lama. Namun demikian, jangka waktu peristiwa-peristiwa ini tidak diketahui secara pasti. Di Midian, Musa membantu dua gadis untuk memberi minum ternak mereka. Ayah dari gadis-gadis setuju untuk menikahkan salah satu dari mereka kepada Musa dengan sarat bahwa Musa harus bekerja padanya selama 8 tahun ditambah secara sukarela selama 2 tahun lagi untuk membuatnya genap 10 tahun sebagaimana tercantum dalam Al-Qur'an 28:25-29.

Kemudian datanglah kepada Musa salah seorang dari kedua wanita itu berjalan malu-malu, ia berkata: "Sesungguhnya bapakku memanggil kamu agar ia memberikan balasan terhadap (kebaikan)mu memberi minum (ternak) kami." Maka tatkala Musa mendatangi bapaknya (Syu'aib) dan menceritakan kepadanya cerita (mengenai dirinya), Syu'aib berkata: "Janganlah kamu takut. Kamu telah selamat dari orang-orang yang zalim itu." Salah seorang dari kedua wanita itu berkata: "Ya bapakku ambillah ia sebagai orang yang bekerja (pada kita), karena sesungguhnya orang yang paling baik yang kamu ambil untuk bekerja (pada kita) ialah orang yang kuat lagi dapat dipercaya." Berkatalah dia (Syu'aib): "Sesungguhnya aku bermaksud menikahkan kamu dengan salah seorang dari kedua anakku ini, atas dasar bahwa kamu bekerja denganku delapan tahun dan jika kamu cukupkan sepuluh tahun maka itu adalah (suatu kebaikan) dari kamu, maka aku tidak hendak memberati kamu. Dan kamu Insya Allah akan mendapatiku termasuk orang- orang yang baik." Dia (Musa) berkata: "Itulah (perjanjian) antara aku dan kamu. Mana saja dari kedua waktu yang ditentukan itu aku sempurnakan, maka tidak ada tuntutan tambahan atas diriku (lagi). Dan Allah adalah saksi atas apa yang kita ucapkan." Maka tatkala Musa telah menyelesaikan waktu yang ditentukan dan dia berangkat dengan keluarganya, dilihatnyalah api di lereng gunung ia berkata kepada keluarganya: "Tunggulah (di sini), sesungguhnya aku melihat api, mudah-mudahan aku dapat membawa suatu berita kepadamu dari (tempat) api itu atau (membawa) sesuluh api, agar kamu dapat menghangatkan badan." (QS 28:25-29)

Tidak begitu dijelaskan di ayat-ayat di atas apakah Musa memenuhi 8 atau 10 tahun di Midian. Namun jelas kita bisa bilang bahwa paling lama Musa tinggal di Midian adalah 10 tahun dan paling sedikit 8 tahun.

Keempat, tidak ada ayat yang secara eksplisit menyebutkan berapa lama Musa tinggal di Mesir setelah kembali dari Midian. Meskipun demikian, ada sejumlah ayat dalam Al-Qur'an yang dapat membantu untuk memberi kita gambaran tentang lamanya waktu Musa tinggal kedua di Mesir.

Berkatalah pembesar-pembesar dari kaum Fir'aun (kepada Fir'aun): "Apakah kamu membiarkan Musa dan kaumnya untuk membuat kerusakan di negeri ini (Mesir) dan meninggalkan kamu serta tuhan-tuhanmu?." Fir'aun menjawab: "Akan kita bunuh anak-anak lelaki mereka dan kita biarkan hidup perempuan-perempuan mereka; dan sesungguhnya kita berkuasa penuh  atas mereka." Musa berkata kepada kaumnya: "Mohonlah pertolongan kepada Allah dan bersabarlah; sesungguhnya bumi (ini) kepunyaan Allah; dipusakakan-Nya kepada siapa yang dihendaki-Nya dari hamba-hamba-Nya. Dan kesudahan yang baik adalah bagi orang-orang yang bertakwa." Kaum Musa berkata: "Kami telah ditindas (oleh Fir'aun) sebelum kamu datang kepada kami dan sesudah kamu datang. Musa menjawab: "Mudah-mudahan Allah membinasakan musuhmu dan menjadikan kamu khalifah di bumi(Nya), maka Allah akan melihat bagaimana perbuatanmu." Dan sesungguhnya Kami telah menghukum (Fir'aun dan) kaumnya dengan (mendatangkan) musim kemarau yang panjang dan kekurangan buah-buahan, supaya mereka mengambil pelajaran. Kemudian apabila datang kepada mereka kemakmuran, mereka berkata: "Itu adalah karena (usaha) kami." Dan jika mereka ditimpa kesusahan, mereka lemparkan sebab kesialan itu kepada Musa dan orang-orang yang besertanya. Ketahuilah, sesungguhnya kesialan mereka itu adalah ketetapan dari Allah, akan tetapi kebanyakan mereka tidak mengetahui. Mereka berkata: "Bagaimanapun kamu mendatangkan keterangan kepada kami untuk menyihir kami dengan keterangan itu, maka kami sekali-kali tidak akan beriman kepadamu." Maka Kami kirimkan kepada mereka taufan, belalang, kutu, katak dan darah sebagai bukti yang jelas, tetapi mereka tetap menyombongkan diri dan mereka adalah kaum yang berdosa. Dan ketika mereka ditimpa azab (yang telah diterangkan itu) merekapun berkata: "Hai Musa, mohonkanlah untuk kami kepada Tuhamnu dengan (perantaraan) kenabian yang diketahui Allah ada pada sisimu. Sesungguhnya jika kamu dapat menghilangkan azab itu dan pada kami, pasti kami akan beriman kepadamu dan akan kami biarkan Bani Israil pergi bersamamu." Maka setelah Kami hilangkan azab itu dari mereka hingga batas waktu yang mereka sampai kepadanya, tiba-tiba mereka mengingkarinya. Kemudian Kami menghukum mereka, maka Kami tenggelamkan mereka di laut disebabkan mereka mendustakan ayat-ayat Kami dan mereka adalah orang-orang yang melalaikan ayat-ayat Kami itu. Dan Kami pusakakan kepada kaum yang telah ditindas itu, negeri-negeri bahagian timur bumi dan bahagian baratnya yang telah Kami beri berkah padanya. Dan telah sempurnalah perkataan Tuhanmu yang baik (sebagai janji) untuk Bani Israil disebabkan kesabaran mereka. Dan Kami hancurkan apa yang telah dibuat Fir'aun dan kaumnya dan apa yang telah dibangun mereka. [Qur'an Surat 7:127-137]

Beberapa potongan informasi dapat diperoleh dari ayat di atas yang menyatakan bahwa Musa tinggal kedua kalinya di Mesir untuk jangka waktu yang cukup lama, diukur dalam tahun.
Pertama, mengacu pada penderitaan bertahun-tahun kekeringan dan kekurangan buah-buahan [Qur'an 7:131] dan kemudian suatu periode masa-masa kemakmuran. Dengan demikian seharusnya orang-orang Firaun dapat mengambil pelajaran dari penderitaan kekeringan dan kemakmuran mereka sehingga mereka bisa menerima nasihat. Namun sebaliknya mereka malah menyalahkan Musa dan kaumnya untuk bencana mereka dan mengklaim bahwa masa makmur mereka adalah karena mereka sendiri.
Kedua, masa-masa susah itu [Qur'an 7:133] kemudian diperpanjang selama periode waktu tertentu.
Ketiga, bencana seperti taufan, belalang, kutu, katak dan darah, berlangsung selama setidaknya beberapa bulan.

(Bersambung)

0 komentar:

Posting Komentar

Copyright @ 2013 PEJUANG ISLAM.