Kamis, 02 Januari 2014

Filled Under:

Persia (35)

H. Peperangan Liga Delos (477–449 SM)

1). Liga Delos

Setelah peristiwa Byzantion, Sparta diduga sangat ingin mengehentikan keterlibatan mereka dalam perang. Sparta berpendapat bahwa dengan dibebaskannya Yunani daratan dan kota-kota Yunani di Asia Kecil, maka tujuan perang sudah tercapai. Selain itu, Sparta juga kemungkinan merasa bahwa tidak mungkin memberi keamanan jangka panjang untuk kota-kota Yunani di Asia.[175] Setelah peristiwa di Mykale, Raja Sparta Leotykhides sudah mengusulkan untuk memindahkan seluruh orang Yunani dari Asia Kecil ke Eropa sebagai satu-satunya cara yang permanen untuk membebaskan mereka dari ancaman Persia. Xanthippos, komandan Athena di Mykale, secara keras menolak usulan ini. Kota-kota Ionia pada awalnya merupakan koloni Athena, dan menurutnya, orang Athenalah yang akan melindungi kota-kota Ionia.[175] Pada saat inilah, kepemimpinan pasukan Yunani mulai secara efektif beralih kepada Athena.[175] Dengan mundurnya Sparta dari Byzantion, kepemimpinan Athena atas pasukan Yunani semakin terlihat jelas.

Persekutuan negara kota Yunani yang longgar yang telah bertempur melawan invasi Xerxes, dulu didominasi oleh Sparta bersama Liga Peloponnesosnya. Kini dengan penarikan mundur Sparta dan sekutu-sekutunya, kongres negara kota kembali diselengarakan di Pulau Delos yang suci untuk membentuk sebuah persekutuan baru untuk melanjutkan perlawanan terhadap Persia. Persekutuan baru ini meliputi banyak negara kota di Aigea dan secara formal didirikan sebagai 'Persekutuan Athena Pertama', lebih dikenal sebagai Liga Delos.

Menurut Thukydides, tujuan resmi liga ini adalah untuk "membalas penderitaan dengan cara menghancurkan wilayah kaisar [Persia]".[176] Pada kenyataannya, tujuan ini dibagi menjadi tiga usaha utama—mempersiapkan invasi pada masa depan, memberi pembalasan kepada Persia, dan mengatur pembagian harta rampasan perang. Tiap anggotanya boleh memilih untuk menyediakan pasukan bersenjata atau membayar pajak, yang disimpan sebagai kas bersama; sebagian besar negara kota memilih untuk membayar pajak.[176]

Athena dan "kekaisaran"nya pada tahun 431 SM. Kekaisaran Athena adalah keturunan langsung dari Liga Delos.

2). Kampanye melawan Persia

Sepanjang tahun 470-an SM, Liga Delos melakukan kampanye militer di Thrakia dan Aigea untuk menumpas sisa-sisa garnisun Persia dari daerah itu, terutama di bawah komando politisi Athena, Kimon.[177] Pada awal dekade berikutnya, Kimon mulai melakukan kampanye militer di Asia Kecil, berupaya untuk menguatkan posisi Yunani di sana.[178] Pada Pertempuran Eurymedon di Pamphylia, pasukan Athena dan armada sekutunya meraih kemenangan ganda yang sangat telak, mereka menghancurkan armada laut Persia dan kemudian melabuhkan pasukan daratnya, yang juga berhasil mengalahkan pasukan darat Persia. Setelah pertempuran ini, pihak Persia pada dasarnya bertindak lebih pasif dan defensif, mereka berusaha tidak terlalu mengambil risiko dalam pertempuran.[179]

Menjelang akhir tahun 460-an SM, Athena menutuskan untuk menjalankan keputusan yang sangat ambisius, yaitu mendukung pemberontakan di kesatrapan Mesir di Kekaisaran Persia. Meskipun pasukan Yunani pada awalnya meraih keberhasilan, namun mereka tidak mampu menguasai garnisun Persia di Memphis, meskipun mereka telah mengepungnya selama tiga tahun.[180] Pasukan Persia lalu melancarkan serangan balik, dan kali ini giliran pasukan Athena yang dikepung selama 18 bulan, sebelum kemudian disapu habis.[181] Kegagalan ini, ditambah dengan peperangan yang sedang berlangsung melawan Sparta di Yunani, membuat Athena terpaksa menghentikan perseteruannya dengan Persia.[182] Akan tetapi, pada tahun 451 SM, sebuah perjanjian damai disepakati di Yunani, sehingga Kimon dapat memimpin sebuah ekspedisi ke Siprus. Namun, ketika sedang mengepung Kota Kition, Kimon meninggal dan pasukan Athena terpaksa harus mundur, memenangkan kemenangan ganda lainnya pada Pertempuran Salamis-di-Siprus dengan tujuan menyelesaikan konflik ini.[183] Kampanye ini menandai akhir peperangan antara Liga Delos dan Persia, dan sekaligus mengakhiri Perang Yunani-Persia.[184]

Peta yang menunjukkan lokasi pertempuran yang dilakukan oleh Liga Delos, 477–449 SM

I. Kesepakatan damai

Setelah Pertempuran Salamis-di-Siprus, Thukydides tidak lagi menyebutkan konflik dengan Persia, dia hanya menuliskan bahwa pasukan Yunani pulang.[183] Diodoros, di lain pihak, mengklaim bahwa setelah peristiwa di Salamis, sebuah perjanjian damai ("Perdamaian Kallias") disepakati oleh pihak Yunani dan Persia.[185] Diodoros barangkali mengikuti sejarah yang ditulis oleh Ephoros, yang diduga dipengaruhi oleh gurunya. Isokrates—yang darinya dipercaya ada rujukan tertua mengenai perdamaian tersebut, pada tahun 380 SM.[18] Bahkan pada abad ke-4 SM, gagasan mengenai perjanjian itu cukup kontroversial, dan dua penulis dari periode itu, yakni Kallisthenes dan Theopompos, tampak menolak terjadinya perjanjian itu.[186]

Ada kemungkinan, sebelumnya pihak Athena sudah pernah berupaya bernegosiasi dengan Persia. Plutarkhos berpendapat bahwa setelah peristiwa di Eurymedon, Artaxerxes setuju untuk mengadakan kesepakatan damai dengan Yunani, bahkan perjanjian itu dinamai dari nama utusan dari Athena, yaitu Kallias, yang terlibat dalam perjanjian tersebut. Akan tetapi, seperti yang diakui oleh Plutarkhos, Kallisthenes menolak bahwa perjanjian macam itu disepakati pada titik ini (sek. 466 SM).[179] Herodotos juga menyebutkan bahwa Athena diwakili oleh kallias, yang dikirim ke Susa untuk bernegosiasi dengan Artaxerxes.[187] Utusan ini meliputi beberapa perwakilan Argos dan dengan demikian barangkali terjadi sekitar 461 SM (setelah Athena bersekutu dengan Argos).[18] Utusan ini mungkin telah berusaha untuk mencapai semacam kesepakatan damai, dan bahkan diduga bahwa kegagalan dari negosiasi ini berujung pada keputusan Athena untuk mendukung pemberontakan di Mesir.[188] Dengan demikian, sumber-sumber kuno pada umumnya saling berbeda pendapat mengenai apakah benar-benar pernah terjadi kesepakatan damai. Dan jika memang terjadi, tanggal pastinyaa juga masih diperdebatkan.

Para sejarawan modern juga berbeda pendapat; misalnya, Fine menerima konsep Perdamaian Kallias,[18] sedangkan Sealey menolaknya.[189] Holland menerima bahwa semacam diskusi terjadi antara Yunani dan Persia tapi tidak pernah terjadi kesepakatan damai.[190] Fine berpendapat bahwa pendapat Kallisthenes, yang menyangkal bahwa perjanjian damai dibuat setelah peristiwa Eurymedon, tidak menutupi kemungkinan dilaksanakannya perjanjian damai pada waktu lainnya. Lebih jauh lagi, Fine berpendapat bahwa Theopompos sebenarnya merujuk pada perjanjian damai yang diduga telah dinegosiasikan dengan Persia pada tahun 432 SM.[18] Jika pendapat ini benar, maka akan menghilangkan satu halangan besar terhadap penerimaan terjadinya perjanjian damai. Bukti lainnya yang mendukung adanya perjanjian damai adalah penarikan mundur Athena yang tiba-tiba dari Siprus pada tahun 449 SM, yang menurut Fine cukup masuk akal jika dilakukan karena adanya perjanjian damai.[191] Di lain pihak, jika memang ada perjanjian damai, adalah sangat aneh Thukydides tidak menyebutkannya. Dalam digresinya tentang pentekontaitia, tujuannya adalah menjelaskan kebangkitan kekuasaan Athena. Dan dalam narasinya, Thukydides tidak lupa menguraikan keterlibatan para sekutu dari Liga Delos dalam perkembangan itu, jadi jika ada perjanjian damai, tentu akan menjadi salah satu tahap penting dalam sejarah perkembangan Athena.[192] Ada pula yang berpendapat bahwa ada bagian-bagian dalam tulisan Thukydides yang merujuk pada perjanjian damai.[18]

Namun hingga kini tidak ada kesepakatan di antara para sejarawan mengenai perjanjian damai tersebut.
Jika perjanjian itu benar-benar terjadi, isinya sangatlah memalukan bagi Persia, Naskah kuno yang memberi rincian perjanjian itu cukup konsisten dalam menjabarkan ketentuan-ketentuan dalam perjanjian terssebut, antara lain:[18][185][186]
  • Semua kota Yunani di Asia merdeka dari kekuasaan Persia
  • Satrap Persia (dan mungkin pasukan daratnya) tidak boleh melakukan perjalanan ke bagian barat dari Sungai Halys (menurut Isokrates) atau melakukan perjalanan lebih pendek dari sehari dengan mengguanakan kuda ke Laut Aigea (menurut Kallisthenes) atau melakukan perjalanan lebih pendek dari tiga hari dengan berjalan kaki ke ke Laut Aigea (menurut Ephorus dan Diodoros).
  • Kapal perang Persia tidak boleh berlayar ke bagian barat Phaselis (di pesisir selatan Asia Kecil), atau ke bagian barat Tebing Kyanaia (kemungkinan di ujung selatan Bosporus, di pesisir utara Asia Kecil).
  • Jika semua syarat di atas dipatuhi oleh Persia, maka Athena tidak akan mengirim pasukan ke tanah yang dikuasai oleh Persia.
(Bersambung)

0 komentar:

Posting Komentar

Copyright @ 2013 PEJUANG ISLAM.