J. Akibat dan konflik selanjutnya
Menjelang akhir konflik Yunani-Persia, proses yang mana Liga Delos menjadi Kekaisaran Athena sudah semakin terlihat.[190] Meskipun Yunani sudah tak lagi berperang dengan Persia, namun sekutu-sekutu Athena tetap diharuskan untuk mengirim kapal atau membayar uang kepada Athena.[192] Di Yunani, Perang Peloponnesos Pertama antara Athena dan Sparta, yang berlangsung sejak tahun 460 SM dengan beberapa kali jeda, akhirnya berakhir pada tahun 445 SM, dengan perjanjian gencatan senjata untuk tiga puluh tahun berikutnya.[193] Namun, perseturuan antara Sparta dan Athena tidak berakhir dan mereka kembali berperang 14 tahun kemudian, bahkan sebelum gencatan senjata selesai, dan ini menandai dimulainya Perang Peloponnesos Kedua.[194] Konflik yang menghancurkan ini, yang berlangsung selama 27 tahun, pada akhirnya berujung pada musnahnya kekuasaan Athena dan bubarnya Kekaisaran Athena. Ini juga menjadi awal dari hegemoni Sparta atas Yunani.[195] Akan tetapi, bukan hanya Athena yang menderita akibat perang ini, karena konflik ini secara signifikan telah melemahkan seluruh Yunani.[196]Berulang kali dikalahkan dalam pertempuran oleh Yunani, dan direpotkan oleh banyak pemberontakan dalam negeri yang mengganggu kemampuan Persia melawan Yunani, akhirnya setelah tahun 449 SM, Kaisar Artaxerxes I dan para penerusnya menggunakan cara yang berbeda, yaitu politik adu domba.[196] Persia tidak lagi secara langsung menyerang Yunani, melainkan berusaha membuat Athena berperang melawan Sparta. Persia secara rutin menyuap para politisi di Yunani untuk mencapai tujuan mereka. Dengan cara ini, orang-orang Yunani sibuk berperang satu sama lain dan tidak lagi menaruh perhatian untuk menyerang Persia.[196] Tidak ada konflik terbuka antara Yunani dan Persia sampai tahun 396 SM, ketika Raja Sparta Agesilaos menginvasi Asia Kecil, itu pun tidak lama. Seperti ditulis oleh Plutarkhos, orang Yunani terlalu sibuk melihat hancurnya kekuatan mereka sendiri dan tidak mampu menyerang "orang barbar".[184]
Peperangan Liga Delos telah membuat berpindahnya keseimbangan kekuatan antara Yunani dan Persia, sehingga Yunani menjadi pihak yang lebih kuat. Tapi selama setengah abad berikutnya, konflik di Yunani telah membuat keseimbangan kekuatan kembali beralih pada Persia. Persia memasuki Perang Peloponnesos pada tahun 411 SM, membentuk pakta pertahanan bersama dengan Sparta dan menggabungkan angkatan laut mereka untuk melawan Athena. Sebagai balasan atas bantuannya, Persia kembali memperoleh kendali atas Ionia.[197] Pada tahun 404 SM, ketika Koresh Muda berusaha merebut takhta Persia, dia merekrut 13.000 tentara bayaran Yunani dari seluruh dunia Yunani, dan Sparta sendiri mengirim 700–800 prajurit, percaya bahwa mereka mengikuti perjanjian dan tidak menyadari tujuan utama pasukan itu.[198] Setelah Koresh gagal, Persia kembali mencoba untuk menguasai kota-kota Ionia, yang memberontak selama Persia sibuk melawan Koresh. Kota-kota Ionia menolak menyerah dan meminta bantuan kepada Sparta, dan Sparta memberi bantuan pada tahun 396–395 SM.[199] Namun, Athena memihak Persia, sehingga dimulai lagi konflik berskala besar di Yunani, yaitu Perang Korinthos. Menjelang akhir konflik ini, pada tahun 387 SM, Sparta meminta bantuan Persia untuk mendukung posisinya. Melalui "Perdamaian Kaisar", yang mengakhiri perang itu, Kaisar Artaxerxes II berhasil memperoleh kembali kota-kota Yunani di Asia Kecil dari pihak Sparta, sebagai balasan yang mana Persia mengancam akan menyatakan perang kepada kota Yunani manapun yang tidak mau berdamai.[200] Perjanjian ini memalukan bagi Yunani, dan juga membuat Yunani kehilangan hampir semua yang telah diraih pada seabad sebelumnya. Dengan perjanjian ini, Sparta menyerahkan kota-kota Yunani di Asia Kecil kepada Persia supaya Sparta tetap dapat menjaga hegemoninya di Yunani.[201] Setelah perjanjian inilah, orang-orang Yunani mulai menyebut-nyebut tentang Perdamaian Kallias (entah fiktif atau bukan). Pada titik ini, Perdamaian Kallias menjadi kebalikan dari Perdamaian Kaisar. Perdamaian Kallias disebut sebagai contoh yang menyenangkan pada "masa lalu yang jaya" ketika Yunani berhasil membebaskan Aigea dari kekuasaan Persia melalui Liga Delos.[18] Konfrontasi terakhir antara dunia Yunani melawan Kekaisaran Persia Akhemeniyah terjadi hanya 53 tahun kemudian, ketika pasukan Aleksander Agung menyeberang ke Asia, menandai dimulainya apa yang kelak akan berakhir dengan penghancuran Persepolis dan kejatuhan Kekaisaran Persia Akhemeniyah.
Fase-fase pada Perang Peoponnesos.
Catatan kaki
^ i: Jangka waktu terjadinya "Perang Yunani-Persia" berbeda-beda menurut beberapa pendapat, dan penggunaan istilah "Perang Yunani-Persia" juga bervariasi di antara para akademisi sejarah; Pemberontakan Ionia dan Peperangan Liga Delos kadang-kadang tidak diikutsertakan. Artikel ini mencakup jangkauan maksimum dari Perang Yunani-Persia.^ ii: Bukti arkeologi untuk Panionion sebelum abad ke-6 SM adalah kurang kuat, dan kemungkinan kuil ini merupakan perkembangan pada masa berikutnya.[202]
^ iii: Meskipun secara historis kurang akurat, tapi legenda tentang seorang pembawa pesan Yunani yang berlari ke Athena untuk menyampaikan berita kemenangan, menjadi inspirasi untuk kegiatan olahraga, yang diperkenalkan pada Olimpiade Athena 1896, dan pada awalnya balapan dilakukan dari Marathon ke Athena.[203]
Sumber
0 komentar:
Posting Komentar