Kamis, 02 Januari 2014

Filled Under:

Persia (24)

a. Pertempuran Thermopylae

Keterlibatan Pasukan Abadi dalam Pertempuran Thermopylae adalah yang paling terkenal.[24] Xerxes dan pasukannya yang berjumlah sangat banyak datang ke Yunani untuk menaklukan Athena dan kota-kota di sekitarnya. Bangsa Yunani memutuskan untuk bersekutu untuk menghadapi Persia.[25] Persekutuan tersebut dipimpin oleh Sparta. Raja Sparta, Leonidas I, memutuskan untuk menghalangi Persia di "Gerbang Panas", sebuah celah sempit yang hanya bisa dilalui oleh sedikit prajurit. Pasukan Yunani terdiri dari sekitar 7,000 prajurit, di antaranya adalah 300 prajurit Sparta. Menurut sumber-sumber kuno, pasukan Persia berjumlah jutaan, suatu klaim yang sangat mungkin terlalu dilebih-lebihkan. Kalah jumlah, pasukan Yunani mampu menahan pasukan Persia selama tiga hari. Pasukan Yunani menjalani tiga pertempuran di Thermopylae sebelum akhirnya dikepung dan dikalahkan.[26]

Atas: Formasi Phalanx pasukan Yunani.
Bawah: Pasukan Abadi Persia pada upacara di Iran memperingati 2500 tahun pendirian Kekaisaran Persia Akhemeniyah oleh Koresh yang Agung.

Pada hari pertama pertempuran, Xerxes terkejut karena pasukan Yunani, yang berjumlah lebih sedikit, mau melawan pasukannya. Pasukan Yunani memakai formasi yang disebut "Formasi Phalanx." Para hoplites (infantri berat Yunani) merapatkan perisai mereka, dan beberapa barisan terdepan mengarahkan tombaknya ke depan. Formasi ini merupakan paduan dinding perisai dan tombak-tombak yang terarah ke musuh. Formasi ini sulit ditembus oleh pasukan Persia. Xerxes menawarkan Leonidas untuk menyerah. Leonidas menolak dan Xerxes pun mengirim pasukan Medes untuk menyerang pasukan Yunani. Pasukan Medes adalah infantri ringan yang mengenakan baju zirah kulit dan membawa tombak serta perisai. Pasukan Medes dibantai oleh pasukan Yunani. Karena serangan pertamanya gagal, Xerxes pun bersiap untuk mengirimkan Pasukan Abadinya. Xerxes merasa yakin bahwa Pasukan Abadi akan mampu mengalahkan pasukan Yunani.
Dengan perintah Xerxes, Pasukan abadi pun maju. Komandan Pasukan Abadi adalah Hydarnes (bahasa Persia Kuno: Vidarna ("penyobek”)). Pasukan Abadi bergerak menyerang pasukan Yunani dan barisan depan mereka berhasil dipatahkan oleh kumpulan tombak pasukan Yunani, formasi pasukan Yunani tetap tak tertembus.[10] Ini karena kuatnya para prajurit Yunani dan Sparta, selain juga karena para prajurit Yunani mengenakan baju zirah perunggu dan helm Korinthos yang kuat. Senjata-senjata Pasukan Abadi, yang berhasil mengalahkan pasukan-pasukan di Asia, tidak mampu menembus pertahanan pasukan Yunani. Perlengkapan pelindung Yunani memberi perlindungan yang kuat dan sulit ditembus oleh Pasukan Abadi. Sebaliknya, tombak dory pasukan Yunani terbukti fatal bagi Pasukan Abadi. Bahkan perisai Pasukan Abadi dapat hancur jika diserang dengan sudut dan kecepatan yang tepat.

Pasukan Abadi tidak mampu mengalahkan pasukan Yunani karena perisai mereka lebih lemah, selain itu mereka tidak memakai helm dan pelindung kaki. Pasukan Abadi memiliki kelebihan karena membawa panah, namun panah-panah mereka juga tidak terlalu berguna terhadap pasukan Yunani yang memiliki pelindung kuat. Perlindungan Pasukan Abadi yang lebih sedikit ini disebabkan Kekaisaran Persia lebih mengutamakan penggunaan kavaleri dan pemanah dalam jumlah yang sangat banyak. Di kemudian hari, infantri Persia mulai mengadopsi perisai hoplon Yunani.[4] Selain itu tempat pertempuran yang sempit lebih menguntungkan pasukan Yunani, dan karena mereka bertempur untuk membela tanah air, maka moral pasukan Yunani juga lebih tinggi.[4]

Pada hari kedua, Xerxes kembali mengirimkan Pasukan Abadi untuk menyerang pasukan Yunani, namun seperti halnya pada hari pertama, serangan ini tidak banyak membuahkan hasil. Karena kegagalan ini, Xerxes mulai kebingungan memikirkan langkah selanjutnya dan mempertimbangkan tentang kekalahan. Pada hari kedua itu pula, Xerxes didatangi oeh seorang pengkhianat bangsa Yunani bernama Ephialtes dari Trakhis.[27] Dia memberi informasi mengenai jalan gunung di sekitar Thermopylae yang dapat digunakan untuk mengepung pasukan Yunani.[28] Atas tindakannya, di kemudian hari nama "Ephialtes" di Yunani menjadi bermakna "mimpi buruk" dan disamakan dengan pengkhianat. Setelah mendapat informasi itu, pada petang hari Xerxes mengirim Hydarnes bersama 20.000 prajurit untuk mengepung pasukan Yunani melalui jalur tersebut. Kemungkinan dalam pasukan yang dipimpin oleh Hydarnes itu, dimasukkan pula sisa-sisa Pasukan Abadi yang belum terluka.[29] Jalur itu dimulai dari arah timur kamp pasukan Persia dan terbentang di sepanjang punggung gunung Anopaia, yang berada di sisi celah yang dijaga oleh pasukan Yunani. Jalur itu bercabang, yang satu menuju Phokis dan yang lainnya menuju Teluk Malia tempat pasukan Yunani bersiaga.[30] Dengan menggunakan jalur itu, pasukan Persia dapat menjepit pasukan Yunani.

Hari ketiga sekaligus terakhir dari pertempuran tersebut merupakan kehancuran bagi pasukan Yunani. Ketika sadar bahwa pasukan Persia akan berasil mengepung mereka, Leonidas memerintahkan sebagian pasukan Yunani untuk mundur dan menyelamatkan diri, sedangkan sebagian lainya, dengan dipimpin oleh Leonidas, tetap bertahan. Ketika pasukan Persia berdatangan, pasukan Yuani mencoba bertahan dan membunuh sebanyak mungkin serdadu Persia. Ketika Pasukan Abadi ikut maju, pasukan Yunani semakin terdesak.

Sebagian prajurit Thebes menyerah dan dijadikan tawanan, sedangkan para prajurit Yunani lainnya terus melawan dan dibantai. Dalam baku hantam itu, korban juga berjatuhan di pihak Pasukan Abadi; dua orang adik Xerxes, yang menjadi prajurit Pasukan Abadi, gugur.[29] Seusai pertempuran, Xerxes memerintahkan semua mayat prajurit Persia untuk dikubur supaya tidak mempengaruhi mental pasukan. Xerxes, yang sangat marah terhadap Leonidas, memerintahkan juga supaya mayat Leonidas untuk dipenggal, kepalanya ditancapkan pada sebuah galah, dan tubuhnya disalibkan.[29]

C. Pelatihan

Hanya anak laki-laki keturunan Persia yang bisa masuk ke dalam pelatihan Pasukan Abadi. Di kemudian hari persyaratannya bertambah, yaitu seseorang harus setia pada ajaran Zoroaster jika ingin menjadi tentara Pasukan Abadi.[31] Berdasarkan Strabo, para calon tentara Pasukan Abadi harus menjalani pelatihan sejak masa anak-anak. Pelatihan mereka sangat berat dan keras baik secara fisik maupun psikologis. Mereka barangkali sudah dilatih sejak usia 5 atau 7 tahun. Mereka harus belajar bertahan hidup dalam kondisi yang sulit, misalnya bertahan hidup dengan memakan buah-buahan liar semacam pistachio (kenari hijau), acorn (buah pohon ek), delima, dan pir liar. Mereka juga harus punya kemampuan untuk menjinakkan kuda liar.

Anak-anak itu dibagi ke dalam beberapa kelompok yang terdiri dari 50 orang dan mereka dilatih menunggang kuda, bertarung, menggunakan senjata, memanah, berenang, melempar tombak, berlari, dan berbaris.[32] Mereka juga dilatih untuk dapat bertahan dalam kondisi cuaca yang tidak mendukung. Herodotos menyebutkan bahwa usia para prajurit yang termasuk Pasukan Abadi berkisar antara 15 tahun sampai 50 tahun. Ketika sudah berusia sekitar 50 tahun, seorang tentara Abadi boleh pensiun dan diberi semacam tunjangan pensiun.[33]

Sebelum menjadi kaisar, Darius pernah bertugas sebagai prajurit Pasukan Abadi pada masa pemerintahan kaisar Kambises II, dan Darius pernah mengatakan bahwa berkat pelatihan yang diperolehnya, dia dapat menjadi seorang petarung yang sangat tangguh. Darius berkata dengan bangga:[32]

Aku terlatih menggunakan tangan dan kaki. Sebagai penunggang kuda, aku adalah penunggang kuda yang hebat. Sebagai pemanah, aku adalah pemanah yang hebat, baik sambil berdiri maupun sambil menunggang kuda. Sebagai penombak, aku adalah penombak yang hebat, baik sambil berdiri maupun sambil menunggang kuda.
 Prajurit Medes (kiri) dan prajurit Persia (kanan), Relief di Persepolis.
(Bersambung)

0 komentar:

Posting Komentar

Copyright @ 2013 PEJUANG ISLAM.