Selasa, 31 Desember 2013

Filled Under:

Nuh (7)

B. Kisah air bah dalam budaya-budaya di dunia

1). Cerita-cerita air bah Mesopotamia

Kebanyakan sarjana Alkitab modern menerima tesis bahwa cerita air bah di dalam Alkitab berkaitan dengan sebuah siklus mitologi Asyur-Babilonia yang banyak mengandung kesamaan dengan cerita Alkitab. Mitos air bah Mesopotamia sangat populer—pengisahan kembali yang terakhir dari cierta ini berasal dari abad ke-3 SM. Sejumlah besar teks-teks asli dalam bahasa Sumeria, Akkadia dan Asyur, ditulis dalam huruf paku, telah ditemukan oleh para arkeolog, tetapi tugas pencarian kembali prasasti-prasasti lainnya tetap berlangsung, seperti halnya juga penerjemahan atas prasasti-prasasti yang telah ditemukan.
Prasasti-prasasi tertua yang telah ditemukan ini, epos Atrahasis, dapat diduga waktu penulisannya melalui colophon (identifikasi penulisan) ke masa pemerintahan buyut Hammurabi, Ammi-Saduqa (1646–1626 SM). Prasasti ini ditulis dalam bahasa Akkadia (bahasa Babilonia kuno), dan menceritakan bagaimana dewa Enki memperingatkan sang pahlawan Atrahasis ("Sangat Bijaksana") dari Shuruppak untuk membongkar rumahnya (yang dibuat dari buluh-buluh) dan membangun sebuah kapal untuk menyelamatkan diri dari air bah yang dipakai oleh dewa Enlil, yang murka karena hingar-bingar di kota-kota, untuk memusnahkan manusia. Kapal ini mempunyai atap "seperti Apsu" (samudera dunia bawah yang berisikan air tawar yang tuannya adalah Enki), lantai atas dan bawah, dan harus ditutup dengan aspal (bitumen). Atrahasis naik ke kapal itu bersama dengan keluarganya dan binatang-binatang lalu mengunci pintunya. Badai dan air bah pun datang. Bahkan para dewata pun takut. "Mayat-mayat menyumbat sungai seperti capung." Setelah tujuh hari banjir berhenti dan Atrahasis memberikan kurban. Enlil murka, tetapi Enki, sahabat umat manusia, tidak peduli kepadanya - "Aku telah memastikan bahwa kehidupan diselamatkan" - dan pada akhirnya Enki dan Enlil sepakat dengan cara-cara lain untukmengendalikan populasi manusia. Cerita ini juga ada dalam versi Asyur yang belakangan.[20]
Cerita Ziusudra dikisahkan dalam bahasa Sumeria dalam potongan-potongan Kejadian Eridu, yang dapat diperkirakan tanggal penulisannya dari tulisannya yaitu akhir abad ke-17 SM. Cerita ini mengisahkan bagaimana Enki memperingatkan Ziusudra (yang berarti "ia melihat kehidupan," dalam rujukan kepada hadiah keabadian yang diberikan kepadanya oleh para dewata), raja Shuruppak, tentang keputusan dewata untuk menghancurkan umat manusia dengan air bah (teks yang menggambarkan mengapa dewata telah memutuskan hal ini telah hilang). Enki memerintahkan Ziusudra untuk membangun sebuah kapal yang besar (teks yang menceritakan perintah ini juga hilang). Setelah air bah selama tujuh hari, Ziusudra memberikan kurban yang selayaknya dan menyembah kepada An (dewa langit) dan Enlil (penghulu dewata), dan memperoleh kehidupan yang kekal di Dilmun, Taman Eden di kalangan bangsa Sumeria.[21]
Kisah tentang Utnapishtim (terjemahan dari "Ziusudra" dalam bahasa Akkadia), sebuah episode dalam Epos Gilgames di kalangan bangsa Babilonia, dikenal dari salinan-salinan milenium pertama dan barangkali berasal dari cerita Atrahasis.[22][23] Ellil, (setara dengan Enlil), penghulu para dewata, bermaksud menghancurkan seluruh umat manusia dengan air bah. Utnapishtim, raja Shurrupak, diperingatkan oleh dewa Ea (setara dengan Enki) untuk menghancurkan rumah yang dibangunnya dari buluh dan menggunakan bahan-bahannya untuk membangun sebuah bahtera serta memuatinya dengan emas, perak, dan benih dari segala makhluk hidup dan semua tukangnya.. Setelah badai yang berlangsung selama tujuh hari, dan kemudian 12 hari lagi hingga air surut, kapal itu mendarat di Gunung Nizir; setelah tujuh hari lagi Utnapishtim mengeluarkan seekor merpati, yang kemudian kembali, lalu seekor burung layang-layang, yang juga kembali, dan akhirnya seekor gagak, yang tidak kembali. Utnapishtim kemudian memberikan persembahan (yang terdiri dari masing-masing tujuh ekor binatang) kepada para dewata, dan dewata mencium bau harum daging bakar dan berkerumun "seperti lalat." Ellil marah karena ada manusia yang selamat, tetapi Ea memakinya, sambil berkata, "Bagaimana mungkin engkau mengirim air bah tanpa berpikir panjang? Terhadap orang-orang berdosa, biarkanlah dosa mereka tetap ada, tentang mereka yang jahat biarkanlah kejahatannya tetap bertahan. Hnetikanlah, jangan biarkan hal itu terjadi, kasihanilah, [Agar manusia tidak binasa]." Utnapishtim dan istrinya kemudian memperoleh karunia keabadian dan dikirim untuk tinggal "jauh di mulut sungai."[24]
Pada abad ke-3 SM Berossus, seorang imam agung dari kuil Marduk di Babilonia, menulis sejarah Mesopotamia dalam bahasa Yunani untuk Antiokhos I Soter (323–261 SM). Tulisan Berossus Babyloniaka telah lenyap, tetapi seorang sejarahwan Kristen abad ke-3 dan ke-4, Eusebius mengisahkannya kembali dari legenda tentang Xisuthrus, versi Yunani dari Ziusudra, dan pada hakikatnya adalah cerita yang sama.[25]

2). Cerita-cerita air bah lainnya

Cerita-cerita tentang air bah tersebar luas dalam mitologi dunia, dengan contoh-contoh praktis dari setiap masyarakat. Padanan Nuh dalam mitologi Yunani adalah Deucalion, sedangkan dalam teks-teks India sebuah banjir yang mengerikan dikisahkan telah meninggalkan hanya satu orang yang selamat, yaitu seorang suci yang bernama Manu yang diselamatkan oleh Wisnu dalam bentuk seekor ikan, dan dalam Zoroastrian tokoh Yima menyelamatkan sisa-sisa umat manusia dari kehancuran oleh es. Cerita-cerita air bah telah ditemukan pula dalam berbagia mitologi dari banyak bangsa pra-tulisan dari wilayah-wilayah yang jauh dari Mesopotamia dan benua Eurasia; salah satu contohnya adalah legenda orang-orang Indian Chippewa.[26] Para etnolog dan mitologis mengatakan bahwa legenda-legenda seperti legenda orang Chippewa harus diperlakukan dengan sangat hati-hati karena adanya kemungkinan kontaminasi dari hubungan mereka dengan agama Kristen (dan keinginan untuk menyesuaikan bahan tradisional agar cocok dengan agama yang baru mereka peluk), serta sebagai kebutuhan yang lazim untuk menjelaskan bencana alam yang tidak dapat dikendalikan oleh masyarakat-masyarakat purba. Mereka yang menafsirkan Alkitab secara harafiah menunjukkan bahwa cerita-cerita ini adalah bukti bahwa air bah di dalam Alkitab itu benar-benar terjadi dalam sejarah.

C. Perbandingan antara kisah-kisah air bah

Epos Gilgames

Tablet 11 dari Epos Gilgames, yang dibuat di Mesopotamia pada abad ke-14 sampai ke-11 SM, memuat suatu kisah air bah yang mirip dengan riwayat air bah Nuh.[27] Professor Gary Rendsburg mengamati persamaan dan perbedaannya:[28]

Urutan Bagian peristiwa Ada di Epos Gilgames? Ayat Alkitab
1 Faktor moral Tidak Kejadian 6:5–13
2 Kayu, pakar, jerami Ada Kejadian 6:14
3 Ukuran bahtera Ada Kejadian 6:15
4 Bahtera bertingkat Ada Kejadian 6:16
5 Perjanjian Tidak Kejadian 6:17–22
6 Penduduk Ada Kejadian 7:1–5
7 Air bah Ada Kejadian 7:6–23
8 Kandas di puncak bukit Ada Kejadian 7:24–8:5
9 Burung-burung dilepaskan Ada Kejadian 8:6–12
10 Tanah kering Ada, tetapi lebih sedikit Kejadian 8:13–14
11 Semua dibebaskan Ada Kejadian 8:15–19
12 Persembahan korban Ada Kejadian 8:20–22

Referensi

  1. ^ Lihat keterangan pada Kitab Kejadian pasal 7.
  2. ^ Kejadian 6:5
  3. ^ Kejadian 6:11
  4. ^ Kejadian 6:7
  5. ^ Kejadian 6:8
  6. ^ Kejadian 6:9
  7. ^ Kejadian 6:13-17
  8. ^ Kejadian 6:18-21
  9. ^ Kejadian 6:22
  10. ^ Kejadian 6:10
  11. ^ Tujuh hari sebelum kejadian yang dicatat dalam Kejadian 7:11
  12. ^ Kejadian 7:1-5
  13. ^ Kejadian 7:7-10
  14. ^ E.F. Kevan, Commentary on Genesis. Dalam The New Bible Commentary, ed. F. Davidson (Grand Rapids: Wm. B. Eerdmans Pub. Co., 1953), pp. 84-85.
  15. ^ Dianggap ada 30 hari sebulan, jadi 13+30+30+1 = 74 hari.
  16. ^ Kejadian 8:20-22
  17. ^ Kejadian 9:1-7
  18. ^ Kejadian 9:8-17
  19. ^ Kejadian 9:18-19
  20. ^ Teks mitos Atrahasis
  21. ^ Text tentang mitos Ziusudra
  22. ^ bah.htm Tinjauan tentang mitos air bah Mesopotamia
  23. ^ Tigay, hlm. 214-240, 239
  24. ^ Teks mitos Utnapishtim
  25. ^ Teks mitos Xisuthrus
  26. ^ Mitos air bah Chippewa
  27. ^ Epic of Gilgamesh. Tablet 11. Mesopotamia, 14th–11th century BCE. In e.g. James B. Pritchard. Ancient Near Eastern Texts Relating to the Old Testament, 93–95. Princeton: Princeton University Press, 1969. ISBN 0-691-03503-2.
  28. ^ Gary A. Rendsburg. “Lecture 7: Genesis 6–8, The Flood Story.” In The Book of Genesis, Course Guidebook, page 29. Chantilly, Virginia: The Teaching Company, 2006. ISBN 1-59803-190-2.


Sumber

0 komentar:

Posting Komentar

Copyright @ 2013 PEJUANG ISLAM.