Selasa, 31 Desember 2013

Filled Under:

Nuh (5)

F. Menyelidiki Bahtera

Pada masa Renaisans terjadi spekulasi yang berlanjut yang mungkin telah dikenal oleh Origenes dan Augustinus: Bagaimana dengan Phoenix, yang unik, bagaimana ia dapat datang sebagai suatu pasangan? (Pemecahan yang populer ialah bahwa phoenix adalah binatang berkelamin ganda.) dan mungkinkah Siren, yang oleh hakikatnya memikat para pelaut menuju kematian mereka, diizinkan untuk naik ke kapal? (Jawabannya adalah tidak; mereka berenang di luar.) dan burung cenderawasih, yang tidak mempunyai kaki —apakah ia terbang terus-menerus di dalam Bahtera? Namun pada saat yang sama, suatu aliran keilmuan yang baru telah muncul. Aliran ini di satu pihak tidak pernah mempertanyakan kebenaran harafiah cerita Bahtera, namun di pihak lain mulai berspekulasi tentang pembuatan kapal Nuh dari segi praktisnya, dari dalam kerangka yang alamiah semata-mata. Karena itu pada abad ke-15, Alfonso Tostada memberikan sebuah penjelasan terinci tentang logistik Bahtera ini, hingga pengaturan tentang pembuangan kotoran-kotoran penumpangnya dan sirkulasi udara segarnya, dan ahli geometri terkemuka Johannes Buteo memperhitungkan luas bagian dalam kapal itu, hingga memungkinkan Nuh untuk mempunyai sebuah penggilingan dan oven tanpa asap, sebuah model yang banyak diambil oleh para penafsir lainnya.[31]

Pada abad ke-17, orang merasa perlu untuk mempertemukan eksplorasi terhadap Dunia Baru dengan kesadaran yang kian meningkat tentang distribusi spesies-spesies global dengan keyakinan lama bahwa seluruh kehidupan berasal dari satu titik awal di lereng Gunung Ararat. Jawaban yang jelas ialah bahwa manusia telah menyebar di semua benua setelah hancurnya Menara Babel dan membawa binatang-binatang itu bersamanya, namun beberapa hasil tampaknya aneh: mengapa para penduduk asli Amerika Utara membawa bersama mereka ular beludak sementara kuda-kuda tidak, demikian Sir Thomas Browne bertanya-tanya pada 1646. "Bagaimana Amerika penuh dengan Binatang-binatang pemangsa dan Binatang berbahaya, namun tidak memiliki Makhluk yang penting, yaitu Kuda, adalah sesuatu yang aneh."[32]

Browne, yang merupakan salah seorang pertama yang mempertanyakan pendapat tentang perbanyakan spontan (spontaneous generation), adalah seorang dokter medis dan ilmuwan amatir yang melakukan observasi ini secara sepintas. Para sarjana Alkitab pada masa itu, seperti misalnya Justus Lipsius (1547–1606) dan Athanasius Kircher (c.1601–1680) juga mulai meneliti kisah Bahtera dengan sangat cermat sementara mereka berusaha mengharmoniskan cerita Alkitab itu dengan pengetahuan tentang sejarah alam. Hipotesis-hipotesis yang dihasilkan merupakan dorongan penting terhadap studi tentang distribusi geografis tanaman-tanaman dan binatang-binatang, dan secara tidak langsung mendorong munculnya biogeografi pada abad ke-18. Para sejarahwan alamiah mulai menarik hubungan antara iklim dengan binatang-binatang dan tanaman-tanaman yang menyesuaikan diri dengannya. Salah satu teori yang berpenaruh menyatakan bahwa Ararat yang disebut dalam Alkitab dihantam oleh berbagai zona iklim, dan ketika iklim berubah, binatang-binatang yang ada di situ pun berpindah, dan akhirnya menyebar untuk memenuhi seluruh bumi. Ada pula masalah dengan jumlah spesies yang dikenal yang terus bertambah. Bagi Kircher dan para sejarahwan alamiah lainnya, tidak ada banyak masalah untuk menemukan ruangan untuk semua binatang yang dikenal di dalam Bahtera, tetapi pada masa kerja John Ray (1627–1705), hanya beberapa dasawarsa setelah Kircher, jumlah dari binatang-binatang yang dikenal telah jauh melampaui proporsi Alkitab. Upaya memasukkan jumlah binatang yang dikenal menjadi semakin sulit, dan pada 1700 hanya segelintir sejarahwan alamiah yang dapat membenarkan penafsiran harafiah atas naratif Bahtera Nuh.[33]

G. Pencarian Bahtera Nuh

Orang-orang yang percaya akan historisitas cerita dalam Kitab Kejadian merasa bahwa penemuan Bahtera itu akan mengesahkan pandangan-pandangan mereka tentang berbagai masalah, dari geologi hingga evolusi. "Bila banjir Nuh memang menyapu seluruh umat manusia dan peradabannya, seperti yang diajarkan oleh Alkitab, maka Bahtera ini merupakan salah satu mata rantai utama dengan Dunia pra-Air Bah. Tidak ada artifak penting yang jauh lebih tua atau lebih penting.... [dengan] dampak potensialnya yang besar terhadap kontroversi ciptaan-evolusi (termasuk evolusi teistik)..." [34]

Penelitian-penelitian telah dipusatkan pada Gunung Ararat itu sendiri, meskipun Kitab Kejadian sesungguhnya hanya merujuk kepada "pegunungan Ararat". Situs Durupinar, bukan di Gunung Ararat itu sendiri, tetapi dekat daerah tersebut, dan jauh lebih mudah dijangkau, telah menarik perhatian pada tahun 1980-an dan 1990-an, terutama karena upaya Ron Wyatt. Pada awal 2004 seorang pengusaha Honolulu yang pergi ke Washington DC untuk “mengumumkan dengan gegap-gempita” sebuah ekspedisi yang direncanakan untuk menyelidiki situs yang disebutnya sebagai anomali Ararat tetapi National Geographic belakangan menyimpulkan bahwa itu hanyalah sebuah “usaha” sia-sia untuk “membujuk pemerintah Turki agar memberikan izin” sehingga “hanya beberapa ekspedisi yang benar-benar diperoleh.”[35]; dan pada 2006 sempat muncul gelombang minat sebentar ketika sebuah ekspedisi melaporkan sebuah situs potensial di Iran. Meskipun telah dilakukan berbagai upaya ini, tak ada sesuatupun yang konkret yang berhasil ditemukan, dan keadaannya sekarang ini paling-paling dapat disimpulkan dengan konklusi kutipan dari Institut untuk Penelitian Ciptaan: "[K]ami mempunyai setiap alasan untuk berharap bahwa bukti akan segera mncul, tetapi sementara tulisan ini dibuat, penelitian masih berlanjut."

Selama berabad-abad, Gunung Ararat (foto di sini) telah digali oleh mereka yang mencari sisa-sisa Bahtera Nuh. Baru-baru ini Gunung Sabalan di Iran, lebih dari 300 km jauhnya, pun telah diselidiki.

Referensi

  1. ^ Hud [11]:44
  2. ^ See Richard Elliot Friedman, The Bible with Sources Revealed, HarperSanFrancisco, ISBN 0-06-073065-X.
  3. ^ The Jahwist text (King James Version)
  4. ^ The Priestly text (King James Version)
  5. ^ Penjelasan ini didasarkan pada Friedman, op. cit., hlm. 3-5.
  6. ^ Teks mitos Atrahasis
  7. ^ Text tentang mitos Ziusudra
  8. ^ bah.htm Tinjauan tentang mitos air bah Mesopotamia
  9. ^ Tigay, hlm. 214-240, 239
  10. ^ Teks mitos Utnapishtim
  11. ^ Teks mitos Xisuthrus
  12. ^ Mitos air bah Chippewa
  13. ^ Jewish Encyclopedia: Ark of Noah dan Jewish Encyclopedia: Noah; lihat pula Jewish Encyclopedia: Flood, The
  14. ^ Augustine of Hippo, City of God, XV.26 dari The Christian Classics Ethereal Library diakses 31 Maret 2006.
  15. ^ Hieronimus, Letter LXIX.6 dari The Christian Classics Ethereal Library diakses 31 Maret 2006.
  16. ^ Origen, Homilia in Genesim II.2 (dikutip dalam Cohn, hlm. 38.)
  17. ^ Nuh [71]:23
  18. ^ Al-'Ankabut [29]:14
  19. ^ see sections on Islamic literature in Jewish Encyclopedia: Ark of Nuh dan Jewish Encyclopedia: Nuh
  20. ^ "...antara tahun 3402 dan 2462 SM."
  21. ^ '...or the Assyrian "giparu" (reed).'
  22. ^ Brenton, hlm.7
  23. ^ "...there is no consensus."
  24. ^ "...iron cross-bracing dan a steam pump."
  25. ^ "...limits for the size of wooden ships."
  26. ^ bah.com/objections/too_big_for_timber.htm "...not all do..."
  27. ^ "...such as space-frame construction."
  28. ^ Seberapa besar Bahtera Nuh itu? di biblestudy.org
  29. ^ Variasi dan seleksi alamiah versus evolusi
  30. ^ "...tak satupun dari masalah-masalah ini yang tidak dapat diatasi."
  31. ^ Cohn, loc. cit.
  32. ^ Cohn, p.41
  33. ^ lihat Janet Browne, The Secular Ark: Studies in the History of Biogeography, Yale University Press, New Haven & London, ISBN 0-300-02460-6.
  34. ^ Institute for Creation Research
  35. ^ National Geographic News, Nuh's Ark Quest Dead in Air--Was It a Stunt?


Sumber

0 komentar:

Posting Komentar

Copyright @ 2013 PEJUANG ISLAM.