A.PENDAHULUAN
Kerajaan
Melayu terletak di Pulau Sumatra.Pulau yang terletak di bagian barat
Nusantara yang terdekat letaknya dengan daratan Asia Tenggara.Di antara
Sumatra dan Semenanjung Tanah Melayu terdapat sebuah selat yang tidak
lebar yaitu Selat Malaka.Kedudukan geografis ini merupakan suatu faktor
yang besar pengaruhnya pada sejarah yang di alami oleh pulau tersebut.Kerajaan
Melayu memang kurang cukup dikenal eksistensinya dikhalayak umum,tidak
seperti Kerajaan Majapahit ataupun Kerajaan Sriwijaya yang sangat
tenar.Eksisitensinya mengalami pasang surut selama beberapa abad.Namun
ternyata Kerajaan Melayu memiliki letak geografi yang cukup strategis
dengan Selat Malaka-nya serta sumber daya alam yang cukup melimpah
dengan tambang emasnya yang terdapat di Sungai Batanghari.Hal inilah
yang membuat Kerajaan-kerajaan lain yang semasa dengan Kerajaan Melayu
sangat berhasrat sekali untuk menaklukkan kerajaan tersebut tentunya
dengan motif yang berbeda-beda.Mengetahui motif kerajaan-kerajaan lain
dalam menaklukkan Kerajaan Melayu adalah sangat urgen sekali.Karena
didalamya dapat diambil pelajaran-pelajaran yang sangat berharga.Sebelum
membahas lebih jauh mengenai penaklukkan-penaklukkan atas kerajaan
Melayu ada baiknya terlebih dahulu mengenal letak dan sejarah singkat
kerajaan tersebut.
Berita yang tertua mengenai kerajaan Melayu berasal dari T’ang-hiu-yao yang disusun oleh Wang-pu pada tahun 961 pada masa pemerintahan Dinasti Tang.Dan dari Hsin T’ang Shu yang disusun pada awal abad ke-7 pada masa pemerintahan Dinasti Sung atas dasar sejarah lama,yang terdiri dari T’ang-hiu-yao seperti yang disebut diatas dan Tse-fu-yuan-kuei
susunan Wang-chin-jo dan Yang I anatara tahun 1005 dan 1013,meurut
berita itu.Kerajaan Melayu mengirimkan utusan ke Tiongkok pada
tahun644/645.Pengiriman utusan Melayu ke Tiongkok pada abad ke-7 hanya
tercatat satu kali saja.Selama itu,yang tampak di istana,kaisar utusan
dari Kerajaan Sriwijaya yang disebut Shih-li-fo-shih
Dalam Hsin T’ang Shu,tercatat bahwa kerajaan Shih-li-fo-shih
mengirim utusan ke Tiongkok pada mangsa waktu 670-673 dan 713-741.Sejak
itu utusan Shih-li-fo-shih tidak lagi kedengaran.Pada masa pemerintahan
rajakula Sung,negeri dan Laut Selatan yang namanya San-fo-ts’I mengirim
utusan ke Tiongkok berkali-kali.Sung Shih mencatat kedatangan utusan
itu pada tahun 960,962,971,972,974,975,980,983,985,dan 988.Utusan yang
terakhir ini tinggal di Kanton sampai tahun 990 karena mendengar bahwa
negerinya,San-fo-ts’I,sedang diserang oleh tentara dari Cho-p’o.
Jika
kita memperhatikan berita tentang utusan kerajaan Melayu yang tercatat
dalam T’ang-hui-yao,dan membandingkannya dengan berita tentang utusan
Kerajaan Sriwijaya yang terdapat dalam Hsin T’ang Shu,maka terdapat
kepastian bahwa Kerajaan Melayu telah berdiri pada tahun 644/645.Pada
waktu itu,Kerajaan Sriwijaya belum mengirimkan utusan ke
Tiongkok.Kepastian berdirinya Kerajaan Sriwijaya baru pada tahun
670.Ketika negara itu mengirimkan utusannya ke Tiongkok.Sejak timbulnya
Kerajaan Sriwijaya,negeri Melau tidak lagi mengirimkan utusan ke
Tiongkok.Demikianlah dapat dipastikan bahwa negeri Melayu lebih dahulu
berdiri daripada Sriwijaya.Berdasarkan berita tersebut,pengiriman utusan
ke Tiongkok oleh kedua kerajaan tersebut berselisih 25 tahun.
Menurut
sumber lain,Berita pertama mengenai kerajaan Melayu di dapatkan dari
catatan Dinasti Tang.Yaitu mengenai datangnya utusan dari daerah Mo-lo-yeu di Cina pada tahun 644 dan 645 Masehi.Nama Mo-lo-yeu ini sangat mungkin di hubungkan dengan Kerajaan Melayu yang letaknya di pantai timur Sumatra dengan pusatnya di sekitar Jambi.Seorang
pendeta asal China yakni I-Ts’ing menceritakan bahwa,dalam perjalanan
pulang dari Tan-mo-lo-ti ia naik kapal raja dari Ka-Cha kearah selatan
selama sebulan menuju negara Mo-lo-yeu.Di sini biasanya orang singgah
sampai pertengahan musim panas untuk menunggu tibanya musim angin barat
daya;kemudian baru berlayar menuju Kwang-fu(Kwang-tung). Yang di maksud
disini dengan negara Mo-lo-yeu menurut I-Ts’ing adalah pelabuhan di
negara Mo-lo-yeu yang pada waktu itu sudah berada di bawah kekuasaan
Shih-lih-foh-shih(Sriwijaya).sama dengan pelabuhan tempatnya singgah
dalam perjalanannya dari Fo-shih menuju India
Mengenai
letak Melayu ini ada sedikit perbedaan pendapat di kalangan para ahli
ada yang menduga Melayu ini letaknya di daerah Jambi sekarang,akan
tetapi dari sumber-sumber yang kemudian orang mengatakan Melayu letaknya
di Semenanjung Tanah Melayu.
Slamet
Mulyana :berdasarkan keterangan I-Tsing menyimpulkan bahwa pada abad
ke-7 Melayu terletak di muara sungai batang hari atau sama dengan kota
Jambi sekarang.
Soekmono
mengatakan bahwa dari segi arkeologinya tidak ada bahan yang dengan
meyakinkan dapat menyokong pendapat Moens untuk menempatkan Sriwijaya di
Muara Takus ditambah dengan hasil rekonstruksi pantai daerah Pekanbaru
dan rengat yang tidak menghasilkan unsur-unsur yang cukup kuat
menempatkan Sriwijaya di daerah khatulistiwa kiranya dapat disimpulkan
bahwa kedudukan Jambi menjadi semakin kuat sebagai pusat Sriwijaya kalau
saja dapat dipastikan bahwa Melayu bukan di Jambi letaknya
Wilayah Kerajaan Mālayu Kuna secara geografis terletak di sekitar
daerah aliran Sungai Batanghari yang meliputi Provinsi Jambi dan
Provinsi Sumatera Barat; di sekitar Kabupaten Tanah Datar (Pagaruyung);
dan di sekitar daerah aliran sungai Rokan, Kampar, dan Indragiri di
wilayah Provinsi Sumatera Barat dan Provinsi Riau.
Peta Kerajaan Melayu Kuno
Berdasarkan Berita Tionghoa tersebut, Hasan Djafar (1992:77) membagi Mālayu dalam tiga fase, yaitu:
FaseI
Fase Awal, sekitar pertengahan abad ke-7 Masehi;
Fase Awal, sekitar pertengahan abad ke-7 Masehi;
Fase II
Fase Pendudukan oleh Śrīwijaya, sekitar tahun 680 sampai sekitar pertengahan abad ke-11 Masehi;
Fase III
Fase Akhir, sekitar pertengahan abad ke-11 sampai sekitar akhir abad ke-14 Masehi.
Ketiga
fase tersebut mengacu kepada perjalanan sejarah Kerajaan Mālayu Kuna,
tetapi tidak menjelaskan lokasi pusat pemerintahannya. Sebagaimana
telah dikemukakan bahwa lokasi geografis Mālayu ada di daerah
Batanghari. Beberapa pakar berpendapat bahwa pusat Mālayu Kuna pada Fase
Awal berlokasi di sekitar Kota Jambi sekarang (Slametmulyana
1981:30-42; Irfan 1983:94-102). Pendapat ini didasarkan atas asumsi
bahwa pusat kerajaan adalah juga merupakan pelabuhan Mālayu. Pelabuhan
Mālayu yang lokasinya di tepi Batanghari sangat baik untuk pelabuhan
sungai. Sungai Batanghari yang yang panjangnya sekitar 800 km, lebarnya
sekitar 500 meter dan kedalamannya lebih dari 5 meter cukup baik untuk
pelayaran sungai. Panjang sungai dapat dilayari perahu atau kapal besar
adalah sekitar 600 km. Selebihnya hanya dapat dilayari perahu kecil.
Kerajaan Mālayu sekurang-kurangnya telah mengalami tiga kali
pemindahan pusat pemerintahan. Pusatnya yang pertama berlokasi di
sekitar kota Jambi sekarang, pusat yang kedua di daerah Padangroco, dan
pusat yang ketiga di daerah Pagaruyung. Para sarjana menduga bahwa
pemindahan pusat pemerintahan ini disebabkan karena ancaman dari musuh,
terutama musuh yang datang dari Jawa melalui Sungai Batanghari. De
Casparis menduga bahwa Mālayu pada masa akhir mendapat ancaman dari
kerajaan yang bercorak Islam di Samudra Pasai yang juga datang melalui
Batanghari (1992). Unsur ancaman dari negara tetangga memang ada, tetapi
dalam hal ini saya lebih condong untuk menyatakan bahwa alasan
pemindahan pusat pemerintahan itu adalah untuk penguasaan sumber emas
yang banyak terdapat di daerah pedalaman. Di samping itu, secara
geografis daerah pedalaman di Batusangkar dan Pagarruyung dekat dengan
jalan air yang lain, yaitu Sungai Kampar Kiri dan Sungai Indragiri. Jika
dibandingkan dengan Sungai Batanghari, muara kedua sungai ini lebih
dekat dengan Selat Melaka. Emas dari daerah pedalaman kemudian
dipasarkan keluar Mālayu melalui sungai-sungai ini.
Mengenai perpindahan pusat kerajaan ini, atau setidak-tidaknya
perpindahan permukiman tampak dari pertanggalan situs, Berita Tionghoa
dan berita prasasti. Situs-situs arkeologi yang ditemukan di daerah
Batanghari, mulai dari daerah hilir sampai ke daerah hulu menunjukkan
suatu pertanggalan yang berbeda. Situs di daerah hilir menunjukkan
pertanggalan yang tua, seperti misalnya situs Koto Kandis berasal dari
sekitar abad ke-8-13 Masehi dan Muara Jambi berasal dari sekitar abad
ke-8-13 Masehi. Di daerah hulu Batanghari menunjukkan pertanggalan yang
lebih muda, yaitu dari sekitar abad ke-13-14 Masehi. Berita Tionghoa
Ling piao lu i (889-904 Masehi) menyebutkan Pi-chan (=Jambi) mengirim
misi dagang ke Tiongkok, sedangkan Kitab Sejarah Dinasti Song (960-1279
Masehi) Buku 489 menyebutkan raja tinggal di Chan-pi (=Jambi). Apabila
data pertanggalan situs dan data Berita Tionghoa dikorelasikan, maka
akan tampak keselarasannya. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa
aktivitas Kerajaan Mālayu pada masa awalnya (sebelum Śrīwijaya abad
ke-7 Masehi) berlokasi di daerah hilir Batanghari dengan pusatnya di
sekitar kota Jambi sekarang.
B.DI ANTARA PENAKLUKKAN-PENAKLUKKAN ATAS KERAJAAN MELAYU
Melayu
merupakan sebuah kerajaan yang dianggap penting. Eksistensi kerajaan
ini selalu diakui oleh berbagai kerajaan. Sebuah kerajaan besar di
Nusantara akan selalu memperhitungkan keberadaan kerajaan Mālayu,
seperti misalnya Śrīwijaya dan Majapahit.
Tercatat
beberapa kerajaan telah menaklukkan Kerajaan Melayu.Beberapa kerajaan
itu antara lain adalah Kerajaan Sriwijaya,Kerajaan Singhasari dan
Kerajaan Majapahit.Penaklukkan-penaklukkan itu terjadi tidak hanya dalam
bentuk penaklukkan militer dengan kekerasan seperti yang dilakukan oleh
Kerajaan Sriwijaya,ada juga penaklukkan dalam bentuk diplomasi atau
hubungan persahabatan yang dilakukan oleh Kerajaan Singhasari dengan
Ekspedisi Pamalayu-nya.
1.Sriwijaya Potret Kerajaan Maritim Yang Ambisius
Kerajaan
Sriwijaya yang dikenal sebagai kerajaan maritime bercorak Buddha adalah
tetangga dekat dari kerajaan Melayu.Memang kerajaan Melayu tak sehebat
Sriwijaya akan tetapi letak Kerajaan Melayu yag lebih dekat dengan Selat
Malaka dan sumber daya alamnya yang melimpah membuat Sriwijaya gerah.
Di
bagian hulu Sungai Musi,Sriwijaya memiliki akses memasuki daerah
pedalaman yang menyediakan suplai komoditas lokal yang berlimpah semacam
kayu,resin aromatic dan rempah-rempah.Satu-satunya pengecualian dari
daftar komoditi itu adalah emas,karena bertentangan dengan Melayu di
Batang Hari.Sungai Musi tidak memiliki hubungan dengan pusat produksi
emas di dataran tinggi Minangkabau.
Meskipun
tidak diragukan lagi bahwa Sriwijaya menguasai sebuah lokasi yang
menguntungkan,keuntungan-keuntungan geografis ini tidak dianggap cukup
untuk memenangkan persaingan yang keji dalam berdagang atau mendapatkan
komoditas diantara berbagai emporium yang ada di Selat Malaka.
Untung
bagi mereka ,para penguasa Sriwijaya adalah yang pertama untuk
menyadari bahwa untuk memantapkan supremasi mereka,yang pertama kali
harus dilakukan adalah mengendalikan semua pelabuhan yang berlokasi di
kedua sisi Selat Malaka dan Sunda.Kedua selat ini adalah pintu-pintu
utama dari semua lalulintas maritime antara Samudra Hindia dan Laut
China Selatan.Saat setiap kapal membongkar muat kargo-kargo mereka dan
menunggu pergantian angin musim.Kendali atas semua pelabuhan ini adalah
satu-satunya cara untuk mendapatkan sebuah hegemoni maritime atas
emporium emporium kompetitor lainnya.Siapapun yang memegang kendali ini
bisa mengumpulkan pajak dan upeti dari semua barang yang transit dan
menjadi pemain utama dalam perdagangan upeti dengan China
Orang
berlayar tentu memilih jalan yang menguntungkan.Jalan yang
menguntungkan biasanya jalan yang pendek.Jika yang berlayar adalah
perahu dagang.Perahu itu akan mencari jalan endek dan tempat-tempat yang
dapat disinggahi untuk keperluan dagang.Pendeta I’Tsing dengan tegas
menyatakan bahwa pelayaran dari India ke Tiongkok kebanyakan dilakukan
melalui pelabuhan Kedah dan Melayu.
Di
Melayu,para penumpang menunggu sampai pertengahan musim panas,kemudian
terus berlayar ke utara menuju Kanton.Pelayaran dari India ke Tiongkok
tidak melalui Foshih.
Aktifitas
Malayu mengganggu ambisi-ambisi politik dari tetangganya yang
kuat,Kerajaan Malayu ,yang berdiri ditepian sungai Musi,yang merasa aman
terlindung oleh tapal-tapal batas alami dari alur sungai
mereka,kemungkinan besar tidak sadar dengan ancaman yang tumbuh
disebelah selatan perbatasan mereka.Pada abad 7 M,pertahanan pemukiman
Melayu tidak secanggih yang mereka bangun kemudian.Batu merupakan barang
langka dan setiap tahun angin musim meghancurkan pagar-pagar kayu dan
tanggul-tanggul tanah,sebagai hasilnya,pertahanan dari kadatuan Melayu
kemungkinan besar adalah sekadar pagar yang dibangun untuk member kesan
hebat dan membuat ciut nyali para pimpinan desa yang mencoba untuk
meragukan otoritas sang raja.Keamanan yang mereka berikan bersifat ilusi
dan pada tahun 682 M,Raja Sriwijaya,Jayanasa,melakukan penyerbuan
terhadap Melayu dan menguasai ibukotanya.
Mengikuti
penaklukan ini,Melayu menjadi vassal bawahan Sriwijaya,dan kemakmuran
serta sumber daya manusianya digunakan untuk menyokong
penaklukkan-penaklukkan maritime Jayanasa.Penaklukkan menberi dasar bagi
ekspansi Sriwijaya dan selama berabad-abad kemudian Melayu tetap
menjadi permata di mahkota para maharaja Sriwijaya.
Penaklukan ini menghilangkan ancaman dari kerajaan saingannya yang
makmur itu dan berujung pada pengendalian perdagangan yang dilakukan
dijambi serta produksi emas sungai batang hari hulu.Waktu dari
penaklukan yang historis ini dijelaskan oleh catatan Yi-Tsing dan
beberapa prasasti yang diketemukan dibanyak situs dekat Palembang.
Dalam Biografinya Yi-Tsing mengatakan bahwa setelah belajar 10 tahun di
Universitas Nandala di India,dia kembali dan tinggal dipalembang selama
empat tahun untuk mencatat dan menterjemahkan teks-teks yang dibawanya
dari India kedalam bahasa Cina.Pada 689 M dia melakukan perjalanan
singkat ke Kanton dan kembali ke Palembang untuk menulis memoirnya
dengan ditemani oleh empat pendeta.Dia menyebutkan dalam Catatan atas agama Buddha seperti yang dipraktekan di India dan kepulauan Melayu (Na hai ki kouei nei fa chuan)
bahwa Kerajaan Malayu,tempat dia singgah selama dua bulan dalam
perjalanan pertamanya ke India, saat itu telah menjadi bagian dari
Sriwijaya.
Prasati
batu tertua di Palembang .memeringati penaklukkan atas Melayu,telah
diketemukan di kaki Bukit Seguntang.Prasati itu menyatakan :
“Pada
bulan april 682 M.Raja meninggalkan kota dengan menaiki kapal-kapal,dia
melakukan penjelajahan daratan dan lautan dan satu bulan kemudian dia
kembali ke Sriwijaya dengan kemenangan,kekuasaan dan kekayaan”
Prasasti
yang paling penting diketemukan disebelah timur Palembang dan dinamakan
sebagai Prasasti Telaga Batu atau Sabokingking.Prasasti ini berisi
kutukan kepada para anggota kerajaan ,para punggawa atau pemimpin loakal
yang tak setia.Berikut adalah ringkasannya:
“Kalian
semua,siapapun kalian,anak-anak raja,penguasa,pimpian perang,penasehat
raja,para hakim,mandor,para pemilik kapal,para saudagar dan kalian semua
tukang cuci sang raja dan budak sang raja,kalian semua akan terbunuh
oleh kutukan dari do’a ini.Jika kalian tidak setia padaku,kalian akan
terbunuh oleh kutukan ini.
Namun
jika kalian patuh,setia dan jujur kepadaku dan tidak melakukan
kejahatan-kejahatan ini,suatu tantra suci akan menjadi imbalannya.Kalian
tidak akan ditelan dengan semua anak dan istrimu.Kedamaian abadi akan
menjadi buah yang dihasilkan oleh kutukan yang kau minum ini”
Kehadiran
sebuah prasasti menegaskan kembali hasil dari ekspedisi penaklukkan
yang disebutkan dalam batu pertama–penaklukkan Melayu,baik secara fisik
amupun spiritual.Populasi-populasi yang kalah dipaksa untuk bersumpah
setia dengan ancaman kutukan mengerikan bagi mereka yang terpikir untuk
memberontak.
Penundukan
Kerajaan Melayu oleh Sriwijaya terjadi sebelum tahun 686.Pendapat itu
juga kita hubungkan dengan hasil penelitian piagam Kedukan Bukit.Tidak
lagi dapat dibantah bahwa Piagam Kedukan Bukit adalah piagam
jayasiddhayarta,yakni piagam perjalanan jaya atau piagam tentang
arak-arakan kemenangan.Piagam itu bertarikh tahun saka 605 atau tahun
Masehi 683.Perjalanan jaya mempunyai hubungan dengan .Kemenangan yang
diperoleh Sriwijaya sebelum tahun 686 adalah kemenangan terhadap
Kerajaan Melayu.Demikianlah Kerajaan Melayu itu ditundukkan oleh
Kerajaan Sriwijaya pada tahun 683.
Perluasan
kekuasaan Sriwijaya di sebelah barat laut kearah Selat Malaka dan di
sebelah tenggara ke arah Selat Sunda,merupakan petunjuk yang sangat
jelas tentang incarannya terhadap kedua jalan lintasan besar antara
Lautan India dan Lautan China.Pemilikannya akan menjamin baginya
keunggulan niaga di Nusantara selama beberapa abad.
Dengan
di taklukkan Kerajaan Melayu ini,Sriwijaya berhasil menguasai Selat
Malaka yang sangat strategis itu dan mendapatkan suplai emas yang
berlimpah yang menjadikannya sebagai kerajaan yang besar.Hal ini lah
yang menjadi motif utama dari kerajaan maritime tersebut.
(Bersambung)
0 komentar:
Posting Komentar