Senin, 27 Januari 2014

Filled Under:

prabu siliwangi ternyata muslim

Kaula Prabu Siliwangi nyakenkeun ka sadaya jamaah diya sakayan kaula nu Insya Allah ngabalai dinya nyusuk nudihapurankeun ka agama Islam.
(Saya Prabu Siliwangi yang meyakinkan kesemua anggota jamaah mengenai keadaan saya yang Insya Allah membantu dalam masalah memperjuangkan Agama Islam).

Tulisan menggunakan bahasa sandi Pajajaran itu tergores pada lembaran warna putih, kulit harimau. Naskah kuno itu tersimpan rapih dalam Museum Prabu Siliwangi di kota Sukabumi. Konon, tulisan itu ditulis langsung oleh Raja Pajajaran, Prabu Siliwangi.
Tidak seperti bangunan Museum pada umumnya, Museum Prabu Siliwangi yang bertempat di kota Sukabumi itu dibangun dalam lingkungan pesantren Dzikir al Fath, dengan arsitektur sunda berupa rumah panggung dari bambu.
Lebih dari lima puluh koleksi tersimpan dalam Museum. Di antaranya berupa senjata jenis Kujang (khas Jawa Barat) dan Keris, piring-piring keramik Cina, naskah kuno, serta puluhan batu berbagai jenis dan ukuran. “Batu-batu berbentuk hewan laut itu berusia ribuan tahun,” kata Muhamad Fajar Laksana, pengelola museum.
Menurut pria yang juga pemimpin Pondok Pesantren Dzikr Al Fath, batu-batu tersebut ditemukan terpisah di beberapa sungai di Jawa Barat, di anrtaranya Majalengka. Uniknya, beberapa batu berbentuk hewan-hewan laut itu terdapat goresan tulisan kuno yang mirip dengan huruf India. “Saya juga belum bisa membaca, itu usianya ribuan tahun. Sementara ini saya baru bisa membaca huruf sandi Pajajaran,” kata Fajar, sambil menunjukkan goresan tulisan di batu-batu purba.
Sementara di etalase kaca terpisah, terdapat dua buah batu kali biasa seperti bulatan mangkuk. Berbeda dengan batu sebelumnya, tulisan pada dua batu itu merupakan huruf sandi Kerajaan Pajajaran yang sudah dikuasai Fajar Laksana.

Nu Ngagaduhan Sang Raja Sajagad Kaayaan Sagala Nungabogaan Karajaan-Karajaan

(Seorang Raja yang memiliki semua kerajaan di wilayah kerajaan-kerajaan).

Pamangku Nagara Caraka Sakala Dewastu Kancana Jaya Purnama

(Yang memiliki negara segala cerita leluhur kerajaan Jaya Purnama).

Batu rupanya bukan media satu-satunya yang digunakan kerajaan Pajajaran untuk menulis. Di nusantara kuno, khususnya di Jawa sangat umum menggunakan daun lontar untuk tulis menulis. Di Museum Prabu Siliwangi juga terdapat selembar daun lontar berukuran tidak lebih dari 10 cm yang ditulis perintah perang menggunakan getah pohon.

Dewastu Sakala Sungkar Parit Ngajungjung Parit Sakakala Dewastu
 (Ke semua pemimpin ditujukan surat ini untuk semua prajurit)

Selain batu-batu purba yang ditemukan di tempat terpisah, beberapa batu bernaskah huruf sunda Pajajaran serta kitab Suwasit merupakan warisan keluarga Fajar Laksana secara turun temurun. Laki-laki berjanggut ini mengaku sebagai keturunan ke tujuh dari anak Prabu Siliwangi yang bernama Nyai Rarasantang yang merupakan ibunda dari Syaikh Syarif Hidayatullah (Wali Songo yang bergelar Sunan Gunung Jati). Dengan demikian ia sekaligus keturunan kelima dari Sunan Gunung Jati.
Sebagai seorang akademisi yang berpendidikan modern, Fajar Laksana kemudian membuka pusaka-pusaka kerajaan Pajajaran itu untuk kepentingan penelitian akademis. Untuk itulah ia kemudian membangun Museum Prabu Siliwangi yang ditandatangani langsung oleh Wali Kota Sukabumi Mokhamad Muslikh Abdussyukur.
Uniknya, pria yang meraih gelar Doktor dalam bidang Ekonomi Manajemen itu mengaku bahwa beberapa benda bersejarah itu dilakukan melalui ritual-ritual tertentu. Di antaranya adalah keramik-keramik Cina yang mirip dengan keramik di sekitar Keraton Kasepuhan Cirebon. Konon, keramik-keramik itu dibawa oleh Puteri Ong Tien, salah satu isteri Sunan Gunung Jati yang berasal dari Cina.
Benda penting lainnya yang diperoleh dari ritual pengelola Museum adalah surat Prabu Siliwangi di atas kulit harimau putih yang isinya merupakan penegasan Prabu Siliwangi yang telah Muslim dan memindahkan kerajaannya ke alam gaib. Kulit harimau itu ditemukan di daerah Desa Pajajar Kecamatan Rajagaluh Kabupaten Majalengka Jawa Barat. Desa itu dipercaya menjadi tempat mokhsa (menghilang) Prabu Sililwangi.
Keunikan lain, dalam sebuah ritual di Desa Pajajar Majelengka, Fajar membawa seorang fotografer untuk memotret danau. Ternyata, menurut pengakuan Fajar, setelah foto itu tercetak muncul gambar Gerbang candi khas Jawa di depan danau. Konon, Gerbang itu adalah Gerbang utama kerajaan Pajajaran yang berada di alam gaib, sedangkan danau yang ada merupakan lapangan untuk tempat berkumpulnya prajurit.
Dari lelaku yang dilakukannya, Fajar pun kemudian merekonstruksi denah Kerajaan Pajajaran yang divisualisasikan dengan seni desain grafis komputer. Hasilnya, kita bisa melihat bagaimana denah dan arsitektur Kerajaan Pajajaran. Boleh percaya, boleh tidak.

MAKOM-MAKOM KERAMAT SEPUTAR PAJAJAR

cungkup makom prabu siliwangi

Pesanggrahan Prabu Siliwangi Pajajar Rajagaluh, dikelilingi makom-makom tua yang dikeramatkan penduduk sehubungan dengan sejarah Desa Pajajar. Sesuai dengan Uga/wangsit Prabu Siliwangi, sebelum Prabu Siliwangi moksa, Sang Prabu memberikan empat pilihan kepada rakyatnya. pilihan yang pertama ikut moksa bersamanya, kedua mengabdi kepada negara yang sedang berjaya yang pada waktu itu adalah cirebon, sumedang larang dan banten lama. Pilihan ketiga adalah tetap di tempat semula walau keadaan akan berubah tak seperti sebelumnya, dan yang terakhir adalah yang tidak memilih ketiga-tiganya, golongan ini adalah golongan pengembara yang akan berpindah pindah tempat.
Mereka yang memilih untuk tetap menetap di tempat semula inilah yang akhirnya membuka perkampungan baru dan membuka sawah ladang sekaligus jadi pemelihara situs peninggalan Prabu siliwangi yang ditinggalkan moksa. Seiring waktu karena jasa-jasanya maka kuburannya pun dikeramatkan warga sebagai bentuk penghormatan.
Berikut adalah makom-makom keramat seputar Pesanggrahan Prabu Siliwangi Pajajar.

MAKOM MBAH BUYUT ARJUNA

Makom ini sebenarnya adalah petilasan bertapanya Arjuna, yang kalau dirunut dari sejarah babad Pajajaran versi Cirebon, Prabu Siliwangi adalah keturunan dari Pandawa jadi tak heran jika Prabu Siliwangi mendirikan Pesanggrahan dekat dengan leluhurnya.

 petilasan arjuna indrakila

MAKOM MBAH GORA DAN MBAH NAMBANG KEMUNING

Mbah Gora adalah seorang tokoh di Pajajar yang merupakan salah satu penyebar agama islam yang sejaman dengan Mbah Kuwu Sangkan Cirebon Girang. Sahabat seperjuangan beliau adalah Mbah Buyut Bungsu, Mbah Buyut Tajug dan Mbah Buyut Saca.
Beliau dimakamkan di tengah-tengah pemakaman umum Pajajar, dan diberi cungkup yang bisa dimasuki beberapa orang pejiarah.
Walau di satu komplek yang sama tapi Makom Mbah Nambang Kemuning tidak memakai cungkup seperti makom mbah Gora. Bentuk kuburnya seperti kubur pada umumnya yang membedakan hanya bentuknya yang lebih besar dari makam penduduk yang lainya.

MAKOM MBAH BUYUT BUNGSU

Letaknya tak begitu jauh dari makomnya Mbah Gora, tepatnya sebelah utara dari makom mbah Gora. Beliau sangat berperan dalam penentuan batas wilayah desa Pajajar. Cungkup makom yang sederhana di tengah-tengah rimbunan pohon yang sudah berumur puluhan tahun, memberikan kesan mistik yang kental.

MAKOM MBAH BUYUT TAJUG

Mbah Buyut Tajug adalah kuwu ke dua di pajajar, sementara yang pertamanya adalah mbah buyut Saca. Letak makom mbah Buyut Tajug sedikit terpencil karena berada di ujung desa dan berada di tengah-tengah persawahan

MAKOM MBAH BUYUT SACA

Beliau adalah kuwu pertama di Pajajar. letak makomnya antara makom Mbah Buyut Bungsu dan Mbah Buyut Tajug. Berada diatas bukit kecil yang dimanfaatkan penduduk untuk lahan pembibitan. Bangunan cukup  sederhana untuk tokoh yang punya jasa besar bagi desa Pajajar.

MAKOM MBAH BUYUT MASDAR

Mbah Masdar diyakini berasal dari kerajaan Kuningan yang datang untuk mengajak tanding para jago Pajajar. Namun seiring kebijakan orang-orang Pajajar justru Mbah Masdar tertarik untuk menetap di Pajajar sampai akhir hayatnya dan dimakamkan di hutan plalangon. Kesan mistisnya cukup kuat walau makamnya tidak bercungkup. Tunpukan batu batu yang sudah berusia tua membentuk kuburan yang tertutup rindangnya pepohonan yang sudah berusia puluhan bahkan ratusan tahun.
Letaknya sejajar antara bukit tempat mbah Bungsu dimakamkan, yang hanya berjarak ratusan meter.

MAKOM MBAH BUYUT POKEK

Mbah buyut Pokek adalah sebutan untuk Mbah Buyut Haji Wanasari. Baliau adalah seorang pendatang dari jazirah arab yang ikut perjuangan Mbah Gora menyebarkan agama Islam di daerah Pajajar. Bangunan cungkup makomnya sudah di buat permanen yang cukup memadai. Letaknya diatas sebuah bukit kecil dengan pohonan yang cukup rindang dan lebat. Walau tak jauh dari rumah penduduk tapi kesan mistisnya cukup kental untuk mereka yang suka bertirakat.
Selain makom-makom diatas ada juga makom yang lain yang dikeramatkan dan sering diziarahi yaitu makom mbah Angga Laksana dan Mbah Sulaeman. Keduanya sebenarnya bukan termasuk makam tua yang sejaman dengan Makam diatas. Mbah Sulaeman dan Mbah Anggalaksana adalah tokoh Masyarakat di jaman kolonial yang ikut berjuang menentang Belanda jadi tidak sejaman dengan makom-makom diatas.





Sumber

0 komentar:

Posting Komentar

Copyright @ 2013 PEJUANG ISLAM.