Latar Belakang
Paus Klemens VII telah memberikan dukungannya pada Perancis dalan sebuah
 usaha untuk mengubah keseimbangan kekuatan di Eropa, dan membebaskan 
Vatikan dari dominasi pengaruh Kekaisaran Romawi Suci. Pasukan Kaisar 
Romawi Suci telah mengalahkan pasukan Perancis di Italia, tapi tidak 
memiliki uang untuk membayar gaji para prajurit. Sekitar 34.000 tentara 
Kekaisaran itu kemudian memberontak dan memaksa komandan mereka, Charles
 III - Bangsawan (Duke) dari Bourbon dan Panglima Militer Kekaisaran 
untuk Perancis, untuk memimpin mereka ke Roma.
Selain 6.000 tentara Spanyol dibawah pimpinan sang bangsawan, pasukan 
kekaisaran meliputi juga 14.000 tentara bayaran Jerman (Landsknecht) 
dibawah pimpinan Georg von Frundsberg, sejumlah tentara infanteri Italia
 dibawah pimpinan Fabrizio Maramaldo, Sciarra Colonna dan Luigi Gonzaga,
 dan sejumlah tentara kavaleri dibawah pimpinan Ferdinando Gonzaga dan 
Philibert, Pangeran Chalons. Walau Martin Luther sendiri tidak 
mendukungnya, banyak orang yang menganggap diri mereka pengikut Martin 
Luther memandang ibukota Sri Paus sebagai sebuah sasaran serangan untuk 
alasan religius, dan menjadikan keinginan rakus untuk cepat kaya sebagai
 keinginan bersama para prajurit dalam menjatuhkan dan merampok ibukota 
tersebut yang terlihat sebagai sebuah sasaran empuk. Banyak penjahat, 
bersama dengan para prajurit desertir dari Liga Cognac, bergabung dengan
 pasukan Kekaisaran selama perjalanan mereka ke Roma.
Charles III meninggalkan Arezzo pada tanggal 20 April 1527, mengambil 
keuntungan dari kekacauan di antara para prajurit Venice dan sekutu 
mereka setelah sebuah pemberontakan pecah di Florence melawan Keluarga 
Medici. Dalam situasi ini, pasukan berjumlah besar yang tidak terkomando
 merampok Acquapendente dan San Lorenzo all Grotte, serta menduduki 
Viterbo dan Roncigione, sebelum akhirnya tiba di tembok benteng kota 
Roma pada tanggal 5 Mei 1527.
Peristiwa Jatuhnya Roma
Jumlah pasukan yang mempertahankan Roma tidaklah besar, hanya terdiri 
atas 5.000 kaum milisi pimpinan Renzo de Ceri dan Garda Swiss Sri Paus. 
Pertahanan kota melibatkan tembok-tembok raksasa dan sebuah kekuatan 
artileri yang kuat yang mana pasukan Kekaisaran tidak bisa menandingi. 
Charles III perlu untuk menguasai Roma dengan cepat untuk menghindari 
risiko terjebak antara pasukan pertahanan kota yang sedang diserang dan 
pasukan Liga Cognac yang pasti akan datang membantu.
Pada tanggal 6 Mei, pasukan Kekaisaran menyerang tembok-tembok kota di 
Gianicolo dan Bukit-bukit Vatikan. Charles III terluka parah dan 
akhirnya meninggal dalam serangan tersebut. Benvenuto Cellini dianggap 
sebagai orang yang bertanggung jawab atas terlukanya bangsawan Bourbon 
tersebut.
Kematian pemegang komando pasukan yang dihormati yang terakhir tersebut 
menyebabkan para prajurit tidak dapat lagi menahan diri dan mereka 
dengan mudah mengambil-alih tembok-tembok Roma di hari yang sama. Sebuah
 peristiwa penting dalam sejarah Garda Swiss terjadi saat itu. Hampir 
semua anggota Garda Swiss dibunuh oleh para tentara Kekaisaran di tangga
 Basilika Santo Petrus. Dari 189 prajurit yang sedang bertugas, hanya 42
 prajurit Garda Swiss Sri Paus yang selamat. Namun, pengorbanan dan 
keberanian mereka memastikan bahwa Paus Klemens VII berhasil 
menyelamatkan diri lewat Passetto di Borgo, sebuah koridor rahasia yang 
masih menghubungan kota Vatikan dan Castle Sant'Angelo.
Setelah pengeksekusian sekitar 1.000 tentara yang mencoba mempertahankan
 Roma, perampokan dan penjarahan kota mulai berlangsung. Gereja-gereja 
dan biara-biara, termasuk juga istana-istana para uskup dan kardinal, 
dirusak dan dirampas barang-barang berharganya. Banyak biarawati dan 
wanita lainnya yang diperkosa tanpa ada yang berusaha mencegahnya; para 
pria disiksa dan dibunuh. Bahkan para kardinal yang pro dengan 
Kekaisaran harus membayar para tentara perampok ini untuk menyelamatkan 
kekayaan mereka.
Pada tanggal 8 Mei, Colonna - Kardinal Pompeo - seorang musuh pribadi 
Paus Klemens VII, tiba di Roma. Ia diikuti oleh para petani dari 
daerahnya yang datang untuk membalas dendam atas perampokan yang mereka 
alami sebelumnya atas perintah Sri Paus. Namun, Colonna menjadi iba 
melihat kondisi yang sangat menyedihkan tersebut di Roma dan membiarkan 
banyak penduduk Roma untuk mengungsi ke istananya.
Setelah kerusuhan selama tiga hari, Philibert memerintahkan agar 
perampokan dan penjarahan untuk berhenti, namun hanya sedikit dari para 
tentara yang mentaatinya. Sementara itu, Paus Klemens VII terus menjadi 
tahanan di Castel Sant'Angelo. Francesco Maria della Rovere dan Michele 
Antonio dari Saluzzo datang dengan bantuan kekuatan tentara pada tanggal
 1 Juni di Monterosi, sebelah utara Roma. Mungkin karena tindakan mereka
 yang terlalu berhati-hati sehingga kemenangan mudah atas tentara 
Kekaisaran yang tidak disiplin lagi tidak tercapai.
Pada tanggal 6 Juni, Paus Klemens VII menyerahkan dan setuju untuk 
membayar pampasan perang sebesar 400.000 ducati sebagai jaminan atas 
nyawanya. Kondisi penyerahan termasuk dicaploknya Parma, Piacenza, 
Civitavecchia dan Modena oleh Kekaisaran Romawi Suci (walau hanya Modena
 yang nyatanya dapat dikuasai). Pada saat yang bersamaan Venice 
mengambil kesempatan dari situasi ini untuk mencaplok Cervia dan 
Ravenna, dan Sigismondo Malatesta kembali ke Rimini.
Pasca Peristiwa
Charles V  sangat malu dan tidak berdaya untuk menghentikan tindakan 
keji pasukannya, tapi ia tidak kecewa dengan kenyataan bahwa pasukannya 
telah mengalahkan pasukan Paus Klemens VII dan memenjarakannya. Paus 
Klemens VII selanjutnya menjalani sisa hidupnya berusahan untuk 
menghindari konflik dengan Charles V, menghindari mengambil 
keputusan-keputusan yang bisa membuat Sang Kaisar Romawi Suci itu tidak 
senang (contohnya, ia menolak permintaan pembatalan pernikahan Raja 
Inggris Henry VIII untuk menceraikan Catherine dari Aragon karena 
Catherine adalah bibi dari Charles V, Kaisar Romawi Suci dan Charles I 
dari Spanyol).
Peristiwa ini menandai akhir dari Masa Pencerahan Romawi, merusak wibawa
 kekuasaan Sri Paus dan membebaskan Charles V untuk bertindak sesuka 
hati melawan gerakan Reformasi di Jerman. Terhadap hal ini, Martin 
Luther berkomentar: “Kristus menunjukkan kekuasaan-Nya dengan jalan 
dimana Sang Kaisar yang menghakimi Luther demi Sri Paus (pada akhirnya) 
harus menghancurkan Sri Paus agar dapat tetap menghakimi Luther” (LW 
49:169).
Sebagai peringatan atas peristiwa ini dan peringatan atas keberanian 
pasukan Garda Swiss, para anggota baru Garda Swiss Sri Paus dilantik 
pada tanggal 6 Mei tiap tahunnya.
Sumber

0 komentar:
Posting Komentar