Garda Swiss atau Pasukan Pengawal Swiss adalah tentara bayaran Swiss 
yang telah bertugas sebagai pengawal pribadi, pasukan upacara dan 
penjaga istana di berbagai tempat di Eropa dari akhir abad ke-15 hingga 
hari ini (dalam bentuk Garda Swiss Sri Paus). Mereka pada umumnya 
memiliki reputasi sebagai pasukan yang sangat disiplin dan sangat setia 
pada para pihak yang menyewa jasa mereka. Beberapa unit Garda Swiss juga
 pernah bertempur di medan laga. Terdapat pula resimen-resimen tentara 
bayaran Swiss reguler yang bertugas sebagai tentara terdepan dalam 
berbagai kesatuan, seperti kesatuan-kesatuan dari Perancis, Spanyol dan 
Naples hingga abad ke-19.
Berbagai pasukan Garda Swiss pernah hidup. Kesatuan pasukan tersebut 
yang paling tua adalah Garda Seratus Swiss (Swiss Hundred Guard / 
Cent-Garde) di istana-istana Perancis (1497-1830). Kesatuan kecil ini 
kemudian dilengkapi oleh sebuah Resimen Garda Swiss di tahun 1567. Garda
 Swiss Sri Paus di Vatikan dibentuk pada tahun 1506 dan merupakan 
satu-satunya kesatuan Garda Swiss yang masih ada. Di abad ke-18 beberapa
 kesatuan Garda Swiss yang lain juga dibentuk dan tinggal di berbagai 
istana monarki Eropa.
Sejarah Lahirnya Garda Swiss Sri Paus
Garda Swiss Sri Paus (Bahasa Inggris: The Corps of the Pontifical Swiss 
Guard; Bahasa Jerman: Schweizergarde; Bahasa Italia: Guardia Svizzera 
Pontificia; Bahasa Latin: Pontificia Cohors Helvetica atau Cohors 
Pedestris Helvetiorum a Sacra Custodia Pontificis) sebagai bagian dari 
militer Vatikan adalah sebuah pengecualian dari undang-undang Swiss 
tahun 1874 dan 1927. Pasukan ini adalah sebuah kesatuan kecil yang 
bertanggung-jawab terhadap keamanan gedung-gedung di Vatikan, jalur 
masuk ke kota Vatikan dan keselamatan Paus. Bahasa resmi mereka adalah 
Bahasa Jerman.
Sejarah Garda Swiss di Vatikan bermula di abad ke-15. Paus Siktus IV 
(1471-1484) sebelumnya telah membuat aliansi dengan Konfederasi Swiss 
dan membangun banyak barak di Via Pellegrino setelah memprediksi 
kemungkinan menggunakan jasa tentara bayaran Swiss. Pakta tersebut 
diperbarui oleh Paus Innosentius VIII (1484-1492) untuk menggunakan jasa
 mereka melawan Adipati Milan. Paus Aleksander VI (1492-1503) kemudian 
juga menggunakan jasa tentara bayaran Swiss selama aliansi mereka dengan
 raja Perancis.
Pada era Borgias, atau era dimana keluarga Borgia menguasai kepemimpinan
 Gereja, perang di Italia mulai berkecamuk dimana tentara-tentara 
bayaran Swiss menjadi pasukan garis depan tetap bagi faksi-faksi yang 
bertikai - kadang-kadang untuk Perancis dan kadang-kadang untuk pihak 
Gereja atau Kekaisaran Romawi Suci. Para tentara bayaran ini bergabung 
ketika mereka mendengar bahwa Raja Charles VIII dari Perancis akan 
menyatakan perang terhadap Naples. Di antara peserta dalam perang 
Perancis-Naples adalah Kardinal Giuliano della Rovere (bakal menjadi 
Paus Julius II tahun 1503-1513), yang memiliki hubungan baik dengan 
orang-orang Swiss setelah menjadi Uskup Lausanne beberapa tahun 
sebelumnya. Usaha untuk menjatuhkan Naples ini gagal karena, salah 
satunya, adalah beberapa aliansi baru yang dibentuk oleh Paus Alexander 
VI untuk melawan pasukan Perancis.
Ketika Kardinal della Rovere menjadi Paus Julius II di tahun 1503, ia 
meminta Dewan Swiss untuk menyediakan sebuah korps tetap berkekuatan 200
 tentara bayaran Swiss untuk menjadi pengawalnya. Pada bulan September 
1505, kontingen pertama sejumlah 150 tentara memulai perjalanan mereka 
menuju Roma, di bawah komando Kaspar von Silenen. Mereka memasuki pintu 
gerbang Vatikan pada tanggal 22 Januari 1506 - tanggal yang dijadikan 
hari lahir Garda Swiss Sri Paus.
"Rakyat Swiss melihat situasi Gereja Tuhan - Ibu Iman Kristiani yang 
menyedihkan, dan sadar bagaimana besarnya bahaya dan malapetaka yang 
bisa dilancarkan tanpa ampun oleh tirani manapun yang rakus akan harta 
dunia pada Ibu Semua Iman Kristiani ini," begitu pernyataan Ulrich 
Zwingli, seorang Swiss beragama Katolik yang belakangan menjadi seorang 
reformis Protestan.
Paus Julius II kemudian menganugerahi Garda Swiss ini dengan gelar "Pembela Kemerdekaan Gereja".
Para tentara Garda Swiss ini haruslah pria beragama Katolik, belum 
menikah, memiliki kewarganegaraan Swiss, telah menyelesaikan pendidik 
dasar militer dari Angkatan Bersenjata Swiss, dan dapat memperoleh 
sertifikat kelakuan baik. Para calon pasukan ini haruslah minimal 
memiliki sebuah diploma profesional atau lulus SMA, berusia antara 19 
hingga 30 tahun, dan memiliki tinggi badan minimal 174 cm.
Semua calon yang memiliki kualifikasi tersebut harus mendaftarkan diri 
untuk bisa dipilih menjadi anggota pasukan elit tersebut. Bila dipilih, 
anggota-anggota baru disumpah di setiap tanggal 6 Mei di Lapangan San 
Damaso (Bahasa Italia: Cortile di San Damaso) di Vatikan. Tanggal 6 Mei 
adalah hari peringatan peristiwa Jatuhnya Roma Tahun 1527. Pastor dari 
Garda Swiss akan membaca sumpah dengan lantang dalam bahasa para pasukan
 tersebut (mayoritas berbahasa Jerman, beberapa berbahasa Perancis, 
sedikit berbahasa Italia):
(dalam Bahasa Jerman)
“  "Ich schwöre, treu, redlich und ehrenhaft zu dienen dem regierenden 
Papst [nama] und seinen rechtmäßigen Nachfolgern, und mich mit ganzer 
Kraft für sie einzusetzen, bereit, wenn es erheischt sein sollte, selbst
 mein Leben für sie hinzugeben. Ich übernehme dieselbe Verpflichtung 
gegenüber dem Heiligen Kollegium der Kardinäle während der Sedisvakanz 
des Apostolischen Stuhls. Ich verspreche überdies dem Herrn Kommandanten
 und meinen übrigen Vorgesetzten Achtung, Treue und Gehorsam. Ich 
schwöre, alles das zu beobachten, was die Ehre meines Standes von mir 
verlangt."  ”
(translasi bebas Bahasa Indonesia)
“  "Saya bersumpah untuk melayani Paus yang berkuasa [nama Paus] dan 
para penerusnya yang resmi dengan sepenuh hati, penuh kejujuran dan 
penuh kehormatan, dan untuk mendedikasikan diri saya kepada mereka 
dengan semua kekuatan saya, siap untuk mengorbankan bahkan nyawa saya 
sekalipun setiap saat bila perlu untuk mereka. Dengan demikian saya 
mengajukan janji ini pada para anggota Dewan Kardinal yang suci dalam 
periode Sede vacante di Kepengurusan Murid-murid Tuhan. Kemudian 
daripada itu, saya berikrar untuk menghormati, setia dan taat pada 
Komandan dan para perwira lainnya. Saya bersumpah untuk mentaati semua 
persyaratan yang dibuat untuk kewibawaan posisi saya."  ”
Ketika namanya dipanggil, tiap anggota Garda Swiss yang baru mendekatkan
 diri pada bendera Garda Swiss dan memegang kain bendera dengan tangan 
kirinya. Ia kemudian mengangkat tangan kanannya dengan ibu jari, jari 
telunjuk dan jari tengahnya diacungkan sebagai seimbol dari Trinitas, 
dan mengucapkan:
(dalam Bahasa Jerman)
“  "Ich, [Name des Rekruten], schwöre, alles das, was mir soeben 
vorgelesen wurde, gewissenhaft und treu zu halten, so wahr mir Gott und 
seine Heiligen helfen."  ”
(translasi bebas Bahasa Indonesia)
“  "Saya, (menyebutkan nama), bersumpah untuk dengan segenap hati dan 
konsisten mematuhi semua hal yang baru saja dibacakan pada saya, dengan 
Tuhan Yang Maha Kuasa dan Para Santo/Santa menjadi saksinya."  ”
Masa tugas anggota Garda Swiss Sri Paus adalah antara 2 hingga 25 tahun.
Seragam 
Seragam resmi mereka berwarna biru, merah, oranye dan kuning dengan 
penampilan gaya Masa Pencerahan (Renaissance) yang sangat unik. Salah 
satu anggapan yang salah yang sering terjadi adalah bahwa seragam 
tersebut dirancang oleh Michelangelo. Padahal, perancang seragam 
tersebut adalah Komandan Jules Repond (bertugas 1910-1921) pada tahun 
1914. Walau seragam Garda Swiss yang sedang membawa Paus Julius II dalam
 sebuah tandu yang dilukis oleh Raphael  seringkali disebut sebagai 
sumber inspirasi untuk seragam Garda Swiss saat ini, kenyataannya adalah
 seragam tersebut adalah gaya yang umum untuk seragam tentara di Masa 
Pencerahan.
Gambaran yang jelas dari seragam Garda Swiss modern bisa dilihat dalam 
lukisan karya Jacob Coppi tahun 1577 yang menggambarkan Ratu Eudoxia 
sedang berbincang dengan Paus Sixtus III. Disana jelas terlihat 
pendahulu dari seragam tiga warna masa kini yang dilengkapi dengan 
penutup sepatu bot, sarung tangan putih, kerah tinggi berkerut-kerut, 
dan sebuah baret hitam atau sebuah morion (helm tentara khas abad 
ke-16/17) berwarna hitam (berwarna perak mengkilat untuk upacara-upacara
 khusus). Para sersan mengenakan atasan berwarna hitam dan celana 
berwarna merah bata, sementara perwira lainnya mengenakan seragam 
berwarna merah bata seluruhnya.
Seragam harian bersifat lebih praktis, terdiri atas pakaian seragam 
berwarna biru tua, sebuah ikat pinggang sederhana berwarna coklat, kerah
 putih yang datar (tidak berkerut-kerut) dan sebuah baret hitam. Untuk 
anggota baru dan latihan menembak, seragam berwarna biru muda dan ikat 
pinggang coklat cukup untuk digunakan. Selama musim dingin atau cuaca 
yang tidak cerah, sepotong kain panjang berwarna biru tua dikenakan 
untuk menutupi seragam yang sedang dikenakan.
Warna asli biru dan kuning diresmikan oleh Paus Julius II mengambil 
warna-warna simbol keluarganya (Della Rovere). Paus Leo X menambahkan 
warna merah untuk menunjukkan warna simbol keluarganya (Medici).
Setelah percobaan pembunuhan terhadap Paus Yohanes Paulus II pada 
tanggal 13 Mei 1981 oleh Mehmet Ali Agca, perhatian yang lebih mendalam 
telah dilakukan terhadap peran Garda Swiss selain menjadi anggota 
upacara. Perhatian ini terwujud dengan diadakannya latihan bertempur 
tanpa senjata, latihan tempur yang lebih mendalam, serta diijinkannya 
penggunaan senjata api dalam melakukan tugas mereka.
Pada tanggal 6 Mei 2003, Dhani Bachmann resmi menjadi orang non-kulit 
putih pertama yang menjadi anggota Garda Swiss Sri Paus. Dhani adalah 
anak yatim-piatu dari India yang diadopsi oleh sebuah keluarga Katolik 
Swiss dari Luzern yang berbahasa Jerman.
Daftar Komandan Garda Swiss
- Kaspar von Silenen, Uri (1506-1517)
 - Markus Röist, Zürich (1518-1524)
 - Kaspar Röist, Zürich (1524-1527)
 - Jost von Meggen, Luzern (1548-1559)
 - Kaspar Leo von Silenen, Luzern (1559-1564)
 - Jost Segesser von Brunegg, Luzern (1566-1592)
 - Stephan Alexander Segesser von Brunegg, Luzern (1592-1629)
 - Nikolaus Fleckenstein, Luzern (1629-1640)
 - Jost Fleckenstein, Luzern (1640-1652)
 - Johann Rudolf Pfyffer von Altishofen, Luzern (1652-1657)
 - Ludwig Pfyffer von Altishofen, Luzern (1658-1686)
 - Franz Pfyffer von Altishofen, Luzern (1686-1696)
 - Johann Kaspar Mayr von Baldegg, Luzern (1696-1704)
 - Johann Konrad Pfyffer von Altishofen, Luzern (1712-1727)
 - Franz Ludwig Pfyffer von Altishofen, Luzern (1727-1754)
 - Jost Ignaz Pfyffer von Altishofen, Luzern (1754-1782)
 - Franz Alois Pfyffer von Altishofen, Luzern (1783-1798)
 - Karl Leodegar Pfyffer von Altishofen, Luzern (1800-1834)
 - Martin Pfyffer von Altishofen, Luzern (1835-1847)
 - Franz Xaver Leopold Meyer von Schauensee, Luzern (1847-1860)
 - Alfred von Sonnenberg, Luzern (1860-1878)
 - Louis-Martin de Courten, Wallis (1878-1901)
 - Leopold Meyer von Schauensee, Luzern (1901-1910)
 - Jules Repond, Freiburg (1910-1921)
 - Alois Hirschbühl, Graubünden (1921-1935)
 - Georg von Sury d'Aspremont, Solothurn (1935-1942)
 - Heinrich Pfyffer von Altishofen, Luzern (1942-1957)
 - Robert Nünlis, Luzern (1957-1972)
 - Franz Pfyffer von Altishofen, Luzern (1972-1982)
 - Roland Buchs, Freiburg (1982-1997, 1998)
 - Alois Estermann, Luzern (1998)
 - Pius Segmüller, St. Gallen (1998-2002)
 - Elmar Theodor Mäder, St. Gallen (2002-)
 




0 komentar:
Posting Komentar