Selasa, 24 Desember 2013

Filled Under:

Usman Bin Affan RA

Pendahuluan
Keberhasilan Nabi Muhammad SAW dalam membangun peradaban dunia dan kemudian ditambah lagi dengan kegemilangan generasi para sahabat yang mewariskan sistem dan nilai luhur saat tampil memegang tongkat kepemimpinan setelahnya merupakan torehan sejarah yang layak dicatat dengan tinta emas.

Khulafaur Rasyidin adalah bukti dari suksesnya pewarisan sistem dan nilai tersebut, wafatnya nabi tidak serta-merta menjadikan Islam kehilangan mercusuar peradabannya karena memang risalah ilahiyah ini tidak pernah bergantung pada satu namapun.
Di tangan empat khalifah yang pertama inilah Islam telah mencapai puncak kejayaannya. Sebuah prestasi yang belum berulang dua kali sampai hari ini. Hingga suatu hari datang dan merebaknya fitnah yang disulut oleh kedengkian musuh-musuh Islam.

Berikut ini adalah beberapa tema sederhana yang berkaitan langsung dengan sejarah kepemimpinan dua khalifah terakhir yakni Utsman bin ‘Affan dan ‘Ali bin Abi Thalib.
Kami ketengahkan ini agar menjadi daya rangsang guna menggali dan mengkaji makna kebijakan dari pejalanan kepemimpinan beliau berdua. Sehingga, siapapun akan bisa mereguknya untuk kemudian diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Apalagi sejarah yang kita selami ini adalah tapak perjalanan dua pribadi agung yang langsung berinteraksi dengan Rasulullah. Mereka adalah orang-orang yang pertama sekali merasakan manisnya cucuran hidayah dan kemudian berbuah prilaku yang baik dan elegan.

A. Usman bin Affan Sebelum Masuk Islam

Utsman dilahirkan di Mekkah pada tahun 573 Masehi bertepatan dengan tahun keenam dari kelahiran Nabi SAW. Nama lengkapnya adalah Usman bin Affan bin Abul As bin Umayyah bin Abdu Syams. Usman bin Affan berasal dari Kabilah Bani Umayyah. Pada masa itu, Usman bin Affan menjalankan kafilah dagang bersama kerabatnya dari Bani Umayyah.
Utsman adalah saudagar sukses yang berlimpah kekayaan harta. Namun, meski demikian beliau dikenal sebagai sosok yang rendah hati, pemalu, dan dermawan sehingga beliau begitu dihormati oleh masyarakat di sekelilingnya. Ketika itu ia sudah bersahabat dekat dengan Abu Bakar As-Siddiq. Sebagai sesama pedagang, mereka sering berhubungan dalam menjalankan usahanya.


B. Usman bin Affan Setelah Masuk Islam

Utsman bin Affan termasuk golongan yang awal masuk Islam atau as-sabiqunal awwalun. Ia menerima ajaran Islam berkat ajaran Abu Bakar As-Siddiq. Dengan harta kekayaannya, Usman bin Affan membantu perjuangan dakwah Islam. Ketika budak-budak yang masuk Islam disiksa oleh tuannya, ia memerdekakan beberapa orang di antara mereka.
Dibandingkan sahabat-sahabat yang lain, Usman bin Affan memiliki sifat-sifat yang berbeda. Sifat-sifat tersebut antara lain :

1. Rasa malu

Tidak seorang pun di antara sahabat Nabi Muhammad saw, yang memiliki rasa malu seperti Usman bin Affan. Dalam sebuah hadits yang diriwayatkan Muslim, Nabi Muhammad saw, bersabda, ”Tidaklah engkau malu pada seorang lelaki di mana Malaikat pun sangat malu kepadanya.”


2. Pemurah

Usman bin Affan adalah orang yang sangat dermawan. Tidak seorang pun dari orang Quraisy yang lebih dermawan darinya.
 

Usman bin Affan menikah dengan dua putri Nabi Muhammad saw, yaitu Ruqayyah dan Ummu Kalsum. Ia menikah dengan Ummu Kalsum setelah Ruqayyah meninggal. Oleh karena itu Usman bin Affan mendapat julukan Zu Nurain atau memiliki dua cahaya.
Ketika tantangan kaum kafir Quraisy semakin berat, Nabi Muhammad saw memerintahkan kaum muslimin hijrah ke Habsyah. Pada waktu itu, Usman bin Affan juga berhijrah dengan istrinya, Ruqayyah beserta sahabat-sahabat yang lain. Pada waktu kaum muslimin hijrah ke Madinah, Usman bin Affan juga mengikutinya. Ia rela meninggalkan harta bendanya di Mekkah utuk berhijrah ke Madinah. Setelah itu, ia tidak pernah tertinggal dalam perjuangan membela Islam.


Pada tahun 6 H (627 M), Nabi Muhammad saw, menerima perintah untuk mengerjakan ibadah haji. Kaum muslimin kemudian berangkat menuju Mekkah. Dalam perjalanan menuju Mekkah terjadi kesalahpahaman. Kaum Quraisy Mekkah mengira bahwa kaum muslimin akan menyerang meraka. Oleh karena itu, kaum Quraisy segera melakukan persiapan perang. Mengetahui hal itu, Nabi Muhammad saw segera mengirimkan utusan untuk menjelaskan bahwa kedatangan mereka bemaksud damai. Kaum muslimin semata-mata hanya ingin menunaikan ibadah haji. Salah satu utusan itu adalah Usman bin Affan. Peperangan berhasil dihindarkan dengan Perjanjian Hudaibiyah yang sangat termasyhur.


Ketika terjadi Perang Tabuk pada tahun 631 M, Usman bin Affan menanggung sepertiga biaya perang. Ketika itu, kaum Muslimin enggan untuk berangkat perang. Hal itu disebkan cuaca yang panas dan terik. Usman bin Affan menyumbangkan 950 ekor unta, 50 ekor kuda, dan uang uang 1.000 dinar sebagai biaya perang. Akhirnya kaum muslimin berhasil memperoleh kemenangan terbesar dalam perang tersebut. Nabi Muhammad saw. kemudian bersabda, “Tidak ada yang membahayakan Usman bin Affan, apa pun yang dia lakukan sesudah ini.”


Usman bin Affan ikut berperan penting dalam pemerintahan Abu Bakar As-Siddiq dan Khalifah Umar bin Khattab. Ia merupakan penasihat yang utama dalam masa pemerintahan keduanya. Usman bin Affan juga merupakan salah satu dari sepuluh orang yang mendapat jaminan surga dari Nabi Muhammad saw. Beliau pernah bersabda, ”Sesungguhnya tiap nabi akan teman dan temanku di surga adalah Usman bin Affan.”


C. Masa Pemerintahan Usman bin Affan

Ketika Umar bin Khattab sedang sakit, ia menunjuk Usman bin Affan, Ali bin Abi Thalib, Talhah bin Ubaidillah, Zubair bin Awwam, Abdurrahman bin Auf, dan Sa’ad bin Abi Waqqas untuk memilih saah satu di antara mereka sebagai khalifah. Pada waktu itu, Talhah bin Ubaidillah tidak ada di rumah. Kelima orang itu bersepakat mengangkat Usman bin Affan menjadi khalifah. Musyawarah itu berlangsung di rumah Abdurrahman bin Auf, pada waktu itu Usman bin Affan berusia 70 tahun.


Secara umum, masa pemerintahan Usman bin Affan meliputi dua periode yang masing-masing berlangsung selama enam tahun. Periode enam tahun pertama ditandai berbagai keberhasilan dan kejayaan. Periode enam tahun kedua ditandai oleh perpecahan, pergolakan, dan pemberontakan dalam negeri.


Pada tahun-tahun pemerintahannya Usman bin Affan meneruskan kebijaksanaan pendahulunya, Umar bin Khattab. Ketika itu, Umar bin Khattab berpesan agar wali (gubernur) yang diangkatnya jangan diganti atau dipindahkan dalam jangka waktu setahun. Hal itu dimaksudkan agar tidak terjadi keguncangan dan gangguan keamanan. Berdasarkan pesan itu, Usman bin Affan mengukuhkan beberapa gubernur di beberapa wilayah, yaitu :

1.    Amru bin As, Gubernur Mesir dan Syam;

2.   Mu’awiyah bin Abu Sufyan sebagai Gubernur Irak yang juga meliputi wilayah Azerbaijan dan Armenia;

3.    Abu Musa al-Asy’ari sebagai Gubernur Iran yang mencakup Khurasan dan Basra.


Usman bin Affan benar-benar melaksanakan pesan Umar bin Khattab itu. Pada tahun berikutnya, barulah Usman bin Affan mengganti atau memutasikan pejabat-pejabat bawahannya. Selain itu, seiring berkembangnya wilayah Islam, Usman bin Affan juga mengangkat pejabat-pejabat baru. Kecuali yang disebut di atas, pejabat-pejabat pada masa Usman bin Affan merupakan kerabatnya dari Bani Umayyah. Yang paling terkemuka di antara mereka ialah Marwan bin Hakam, saudara sepupu Usman bin Affan. Ia diangkat menjadi sekretaris negara.


Kebijakan itu telah mendapat tanggapan yang kurang baik. Hal itu dikarenakan Marwan bin Hakam menjadi tokoh yang lebih menentukan dibanding Usman bin Affan sendiri. Usman bin Affan seakan menjadi boneka di depannya.


Sejak itu, permasalan kebijakan perbandaharaan negara mulai muncul. Menurut Usman bin Affan, khalifah mempunyai wewenang untuk menggunakan kekyaan umum bagi kemaslahatan umat. Selama memangku jabatan, khalifah berhak mengatur kepentingan kaum muslimin. Sikap ini membedakannya dari dua khalifah sebelumnya.


D. Perluasan Wilayah Islam

Pada masa Usman bin Affan, kaum muslimin melanjutkan penaklukan-penaklukan. Usman bin Affan melanjutkan kebijakan Umar bin Khattab. Penaklukan itu berlangsung melewati jalur darat dan laut.


Ancaman terbesar waktu itu datang dari Bizantium. Mereka sering kali menyerang daerah perbatasan pantai muslim di Suriah dan Mesir. Pada tahun 646 M, pasukan Bizantium berhasil menduduki Iskandariah. Akan tetapi Amr bin As yang menjabat sebagai gubernur Mesir berhasil mengusir mereka kembali. Pada tahun 651 M, pasukan Bizantium kembali menyerbu Mesir. Abdullah bin Abi Sarah yang menggantikan Amru bin As sebagai gubernur berhasil mengalahkan mereka. Keadaan ini menyadarkan Usman bin Affan bahwa kaum muslimin memerluakan sebuah angkatan laut yang kuat. Usman bin Affan kemudian memerintahkan Mu’awiyah bin Abu Sufyan untuk membentuk angkatan laut yang berkemampuan tinggi. Dengan dukungan angkatan laut tersebut, kaum muslimin berhasil memperluas wilayahnya. Beberapa panglima perang yang terlibat dalam perluasan wilayah Islam adalah sebagai berikut :

1. Abdullah bin Abi Sarah

Ia merupakan pengganti Amru bin As sebagai Gubernur Mesir. Ketika pasukan Bizantium menyerbu Mesir pada tahun 651 M, ia berhasil mengusir mereka. Setahun berikutnya, Abdullah bin Abi Sarah berhasil merebut pangkalan Bizantium di Tarablis (tripoli). Gubernur Bizantium di sana yang bernama Gregorius berhasil dikalahkan pada tahun 652 M.

2. Mu’awiyah bin Abu Sufyan

Ia adalah putra dari Abu Sufyan bin Harb, seorang tokoh Quraisy yang terkenal dari Bani Umayyah. Mu’awiyah bin Abu Sufyan berhasil membentuk angkatan laut yang tangguh. Ia bertempur melawan pasukan Bizantium di Pantai Kalkilia. Perang itu merupakan perang laut yang pertama bagi kaum muslimin dan terkenal dengan nama Perang Zatu Sawri. Dengan bantuan Abdullah bin Abi Sarah, ia berhasil menguasai Amuriyah dan Pulau Siprus pada tahun 33 H (653 M). Dalam perang itu, Kaisar Konstantin terbunuh.

3. Umair bin Usman

Pada tahun 29 H (649 M), ia berhasil menguasai Fergana.

4. Abdullah al-Laisi

Ia berhasil menguasai Kabul.

5. Abdullah at-Tamimi

Ia memimpin pasukan muslim menguasai Hindustan. Daerah tersebut semula dikuasai orang-orng Hindu.

6. Sa’id ibnu As

Ia berhasil menguasai Jurjan.

7. Abdullah bin Amir

Ia memimpin pasukan muslimin menghadapi pemberuntakan Yazdajird. Ia ialah Kaisar Persia yang dikalahkan Umar bin Khattab. Ia mengobarkan perlawanan di Kirman. Ketika terdesak ia melarikan diri ke Khurasan. Akhirnya, Yazdajird terbunuh di sana. Beberapa wilayah yang melanggar kesepakatan dengan kaum musimin ditundukkan oleh Abdullah bin Amir.


E. Menyusun Mushaf Al-Qur’an

Terus berkembangnya wilayah Islam membuat pemeluk agama Islam makin bertambah. Di setiap wilayah yang baru, di situ pula Al-Qur’an ditinggalkan. Bahkan, tidak hanya tulisannya yang ditinggalkan, tetapi juga penghapalnya. Tulisan Al-Qur’an yang ditinggalkan itu beragam bentuknya, susunan surah-surahnya dan dialeknya. Hal itu menimbulkan banyak perselisihan, perpecahan dan pertengkaran di kalangan umat Islam.


Orang yang mula-mula menaruh perhatian terhadap hal ini adalah Huzaifah bin Yaman. Ia kemudian mengusulkan Usman bin Affan agar menyelesaikan masalah ini. Langkah awal yang dilakukan oleh Usman bin Affan adalah meminta kumpulan naskah Al-Qur’an yang disimpan oleh Hafsah binti Umar. Naskah ini merupakan suatu kumpulan tulisan Al-Qur’an yang berserakan pada masa Abu Bakar as-Siddiq. Usman bin Affan kemudian membentuk sebuah panitia penyusun Al-Qur’an.


F. Peristiwa Fitnah

Peristiwa ini terjadi pada periode kedua pemerintahan Usman bin Affan. Sebab terjadi peristiwa itu adalah sebagai berikut :

1. Kebijakan Usman bin Affan yang mengangkat kerabat-kerabatnya dari Bani Umayyah sebagai pejabat pemerintahan menimbulkan rasa iri dari kaum muslimin. Mereka melihat bahwa Bani Umayyah mempunyai kedudukan yang tinggi dalam pemerintahan. Meraka juga memiliki hak-hak istemewa dan kekayaan yang belimpah. Padahal, Bani Umayyah orang-orang yang terakhir menerima Islam. Banyak dari mereka menerima Islam berdasarkan keuntungan duniawi. Mereka menyadari mereka akan tetap kalah apabila mereka masih tetap menyembah berhala. Beberapa pejabat dari Bani Umayyah menunjukkan periaku yang tidak baik. Hal itu ditunjukkan oleh Walid bin Uqbah, Gubernur Irak. Ia datang ke mesjid dalam keadaan mabuk. Keadaan itu memunculkan perlawanan terbuka. Pada tahun 30 H, Walid bin Uqbah menjatuhkan hukuman mati kepada tiga pemuda yang membunuh Ibnu Haisuman al-Khuza’i. Hukum mati itu mengundang kemarahan Bani Azad, keluarga pemuda yang dihukum.

2. Hilangnya pengaruh kaun Ansar Madinah dan Bani Hasyim juga menjadi sebab yang penting. Kedua golongan tersebut kehilangan hak-hak mereka dalam urusan pemerinthan.

3. Pengangkatan Marwan bin Hakam sangat tidak disukai oleh masyarakat muslim. Ia adalah orang yang sangat mementingkan diri sendiri. Ia juga merencanakan agar Bani Umayyah dapat menguasai pemerintahan Islam.

4. Kesederhanaan dan kemurahan hati Usman bin Affan menjadi penyebab bencana bagi dirinya. Ia terlalu mempercayai Marwan bin Hakam. Hal itu membuat pemerintahan makin buruk. Akibatnya, banyak orang yang membuat kerusuhan di daerah. Seharusnya Usman bin Affan mampu mengatasi hal itu dengan tindakan dan ketegasan. Akan tetapi, ia tidak melakukan hal itu karena kelembutan hatinya.

5. Pembuangan Abu Darda al-Ghifari telah membangkitkan kemarahan kaum muslimin. Abu Darda al-Ghifari adalah orang yang sangat saleh. Ia membela kepentingan rakyat kecil. Ia telah mendesak Gubernur Suriah agar mewajibkan orang-orang kaya menyisihkan sebagian hartanya bagi kepentingan kaum miskin. Akan tetapi, Mu’awiyah bin Abu Sufyan melaporkannya sebagai penghasut kepada Usman bin Affan. Akhirnya, ia dibuang dan dikucilkan di Desa Rabadah.

6. Kaum munafik telah menyebarkan fitnah dan hasutan. Mereka dipimpin oleh Abdullah bin Saba’. Ia adalah seorang Yahudi yang berasal dari Yaman dan berpuara-pura masuk Islam. Ia menghasut kaum muslimin agar memberontak kepada khalifah.

Keadaan itu menyebabkan kaum muslimin menjadi kacau. Di kota Kufah dan Basrah, rakyat menentang gubernur-gubernur yang diangkat oleh Usman bin Affan. Di Mesir, Abdullah bin Saba’ mendakwahkan hak Ali bin Abi Thalib yang sah untuk menjabat sebagai khalifah. Ia menyebarkan pemikiran Yahudi tentang Mesiah. Abdullah bin Saba’ menyatakan bahwa Ali bin Abi Thalib akan datang sebagai al-Mahdi atau penyelamat dunia.

Pemberontakan pertama pecah di Mesir. Mereka mengusir gubernur. Kemudian, sekitar 600 orang pemberontak datang ke Madinah. Dalam perjalanan, para pemberontak dari Kuffah dan Basrah ikut bergabung. Mereka mengemukakan keluhan-keluhan terhadap Usman bin Affan. Keluhan itu ditanggapi oleh Usman bin Affan dengan mengangkat Muhammad bin Abu Bakar sebagai Gubernur yang baru. Para pemberontak itu kelihatannya puas dan kembali ke daerah masing-masing.


G. Wafatnya Usman bin Affan

Setelah para pemberontak itu kembali ke daerah masing-masing, tampaknya permasalahan sudah selesai. Akan tetapi, yang terjadi justru sebaliknya. Mereka malah kembali lagi ke Madinah. Ali bin Abi Thalib mencegah mereka agar tidak melakukan keonaran. Ali bin Abi Thalib menanyakan kepada mereka mengapa kembali ke Madinah. Mereka berkata bahwa mereka telah mencegat seorang pembantu khusus Usman bin Affan yang membawa sepucuk surat kepada Gubernur Mesir, Abdullah bin Abi Sarah. Surat itu ditulis oleh Marwan bin Hakam yang meminta Abdullah bin Abi Sarah untuk membunuh mereka setibanya di Mesir.
Oleh karena itu para pemberontak meminta Usman bin Affan menyerahkan Marwan Bin Hakam. Tuntutan itu tidak bisa dipenuhi Usman bin Affan. Mereka kemudian mengepung rumah khalifah. Pada saat yang berbahaya itu, sahabat dan kerabat Usman bin Affan telah meninggalkannya. Pada tanggal 17 Juni 656 M (35 H), para pemberontak menyerbu rumah Usman bin Affan. Mereka membunuh Usman bin Affan yang sedang membaca Al-Qur’an. Usman bin Affan meninggal sebagai syahid pada usia 82 tahun. Pemerintahannya berlangsung selama 12 tahun.


Terbunuhnya Usman bin Affan mengakibatkan kerugian bagi Islam. Beberapa akibat tersebut adalah sebagai berikut :

1. Pembunuhan Usman bin Affan membangkitkan semangat kesukuan Arab yang telah lama hilang sebagai hasil ajaran Nabi Muhammad saw.

2. Peristiwa tersebut memecahkan kesatuan umat Islam. Bani Umayyah dan Bani Hasyim menjadi dua golongan yang bersaing dan bermusuhan. Demikian juga kaum Ansar Madinah dan Bani Umayyah Mekkah.

3. Kota Madinah kehilangan kedudukannya sebagai pusat kekhalifahan. Posisi itu bergeser ke Kufah dan Damaskus. Kaum Ansar juga kehilangan kedudukan mereka dalam pemerintahan.

4. Gerakan perluasan wilayah Islam mengalami kemunduran. Hal itu disebabkan kesulitan-kesulitan yang timbul dalam pemerintahan.

5. Peristiwa yang menyebabkan pecahnya perang saudara dalam Islam. Perang saudara itu kemudian memunculkan golongan-golongan dalam Islam, seperti Suni, Syi’ah, dan Khawarij.


Demikianlah, pembunuhan Usman bin Affan merupakan peristiwa yang sangat merugikan Islam. Usman bin Affan termasyhur karena kesalehan dan kejujurannya. Ia sangat taqwa dan sederhana dalam hidupnya. Kesederhanaan dan kedermawanan merupakan ciri utama wataknya yang menonjol. Walaupun hidupnya berakhir tragis, Usman bin Affan telah memberikan sumbangan yang berharga bagi umat Islam.
 
 
 

0 komentar:

Posting Komentar

Copyright @ 2013 PEJUANG ISLAM.