Pendahuluan
Keberhasilan Nabi Muhammad SAW dalam membangun peradaban dunia dan kemudian ditambah lagi dengan kegemilangan generasi para sahabat yang mewariskan sistem dan nilai luhur saat tampil memegang tongkat kepemimpinan setelahnya merupakan torehan sejarah yang layak dicatat dengan tinta emas.
Keberhasilan Nabi Muhammad SAW dalam membangun peradaban dunia dan kemudian ditambah lagi dengan kegemilangan generasi para sahabat yang mewariskan sistem dan nilai luhur saat tampil memegang tongkat kepemimpinan setelahnya merupakan torehan sejarah yang layak dicatat dengan tinta emas.
Khulafaur Rasyidin adalah bukti dari
suksesnya pewarisan sistem dan nilai tersebut, wafatnya nabi tidak serta-merta
menjadikan Islam kehilangan mercusuar peradabannya karena memang risalah
ilahiyah ini tidak pernah bergantung pada satu namapun.
Di tangan empat khalifah yang pertama inilah Islam telah mencapai puncak kejayaannya. Sebuah prestasi yang belum berulang dua kali sampai hari ini. Hingga suatu hari datang dan merebaknya fitnah yang disulut oleh kedengkian musuh-musuh Islam.
Di tangan empat khalifah yang pertama inilah Islam telah mencapai puncak kejayaannya. Sebuah prestasi yang belum berulang dua kali sampai hari ini. Hingga suatu hari datang dan merebaknya fitnah yang disulut oleh kedengkian musuh-musuh Islam.
Berikut ini adalah beberapa tema
sederhana yang berkaitan langsung dengan sejarah kepemimpinan dua khalifah
terakhir yakni Utsman bin ‘Affan dan ‘Ali bin Abi Thalib.
Kami ketengahkan ini agar menjadi daya rangsang guna menggali dan mengkaji makna kebijakan dari pejalanan kepemimpinan beliau berdua. Sehingga, siapapun akan bisa mereguknya untuk kemudian diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Apalagi sejarah yang kita selami ini adalah tapak perjalanan dua pribadi agung yang langsung berinteraksi dengan Rasulullah. Mereka adalah orang-orang yang pertama sekali merasakan manisnya cucuran hidayah dan kemudian berbuah prilaku yang baik dan elegan.
Kami ketengahkan ini agar menjadi daya rangsang guna menggali dan mengkaji makna kebijakan dari pejalanan kepemimpinan beliau berdua. Sehingga, siapapun akan bisa mereguknya untuk kemudian diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Apalagi sejarah yang kita selami ini adalah tapak perjalanan dua pribadi agung yang langsung berinteraksi dengan Rasulullah. Mereka adalah orang-orang yang pertama sekali merasakan manisnya cucuran hidayah dan kemudian berbuah prilaku yang baik dan elegan.
A. Usman bin Affan Sebelum Masuk Islam
Utsman dilahirkan di Mekkah pada tahun 573 Masehi bertepatan
dengan tahun keenam dari kelahiran Nabi SAW. Nama lengkapnya adalah Usman bin
Affan bin Abul As bin Umayyah bin Abdu Syams. Usman bin Affan berasal dari Kabilah
Bani Umayyah. Pada masa itu, Usman bin Affan menjalankan kafilah dagang bersama
kerabatnya dari Bani Umayyah.
Utsman adalah saudagar sukses yang berlimpah kekayaan harta. Namun, meski demikian beliau dikenal sebagai sosok yang rendah hati, pemalu, dan dermawan sehingga beliau begitu dihormati oleh masyarakat di sekelilingnya. Ketika itu ia sudah bersahabat dekat dengan Abu Bakar As-Siddiq. Sebagai sesama pedagang, mereka sering berhubungan dalam menjalankan usahanya.
Utsman adalah saudagar sukses yang berlimpah kekayaan harta. Namun, meski demikian beliau dikenal sebagai sosok yang rendah hati, pemalu, dan dermawan sehingga beliau begitu dihormati oleh masyarakat di sekelilingnya. Ketika itu ia sudah bersahabat dekat dengan Abu Bakar As-Siddiq. Sebagai sesama pedagang, mereka sering berhubungan dalam menjalankan usahanya.
B. Usman bin Affan Setelah Masuk Islam
Utsman bin Affan termasuk golongan yang awal masuk Islam
atau as-sabiqunal awwalun. Ia menerima ajaran Islam berkat ajaran Abu Bakar As-Siddiq.
Dengan harta kekayaannya, Usman bin Affan membantu perjuangan dakwah Islam.
Ketika budak-budak yang masuk Islam disiksa oleh tuannya, ia memerdekakan
beberapa orang di antara mereka.
Dibandingkan sahabat-sahabat yang lain, Usman bin Affan memiliki sifat-sifat yang berbeda. Sifat-sifat tersebut antara lain :
Dibandingkan sahabat-sahabat yang lain, Usman bin Affan memiliki sifat-sifat yang berbeda. Sifat-sifat tersebut antara lain :
1. Rasa
malu
Tidak seorang pun di antara sahabat Nabi Muhammad saw, yang
memiliki rasa malu seperti Usman bin Affan. Dalam sebuah hadits yang
diriwayatkan Muslim, Nabi Muhammad saw, bersabda, ”Tidaklah engkau malu pada
seorang lelaki di mana Malaikat pun sangat malu kepadanya.”
2. Pemurah
Usman bin Affan adalah orang yang sangat dermawan. Tidak
seorang pun dari orang Quraisy yang lebih dermawan darinya.
Usman bin Affan menikah dengan dua putri Nabi Muhammad saw,
yaitu Ruqayyah dan Ummu Kalsum. Ia menikah dengan Ummu Kalsum setelah Ruqayyah
meninggal. Oleh karena itu Usman bin Affan mendapat julukan Zu Nurain atau
memiliki dua cahaya.
Ketika tantangan kaum kafir Quraisy semakin berat, Nabi Muhammad saw memerintahkan kaum muslimin hijrah ke Habsyah. Pada waktu itu, Usman bin Affan juga berhijrah dengan istrinya, Ruqayyah beserta sahabat-sahabat yang lain. Pada waktu kaum muslimin hijrah ke Madinah, Usman bin Affan juga mengikutinya. Ia rela meninggalkan harta bendanya di Mekkah utuk berhijrah ke Madinah. Setelah itu, ia tidak pernah tertinggal dalam perjuangan membela Islam.
Ketika tantangan kaum kafir Quraisy semakin berat, Nabi Muhammad saw memerintahkan kaum muslimin hijrah ke Habsyah. Pada waktu itu, Usman bin Affan juga berhijrah dengan istrinya, Ruqayyah beserta sahabat-sahabat yang lain. Pada waktu kaum muslimin hijrah ke Madinah, Usman bin Affan juga mengikutinya. Ia rela meninggalkan harta bendanya di Mekkah utuk berhijrah ke Madinah. Setelah itu, ia tidak pernah tertinggal dalam perjuangan membela Islam.
Pada tahun 6 H (627 M), Nabi Muhammad saw, menerima perintah
untuk mengerjakan ibadah haji. Kaum muslimin kemudian berangkat menuju Mekkah.
Dalam perjalanan menuju Mekkah terjadi kesalahpahaman. Kaum Quraisy Mekkah
mengira bahwa kaum muslimin akan menyerang meraka. Oleh karena itu, kaum
Quraisy segera melakukan persiapan perang. Mengetahui hal itu, Nabi Muhammad
saw segera mengirimkan utusan untuk menjelaskan bahwa kedatangan mereka
bemaksud damai. Kaum muslimin semata-mata hanya ingin menunaikan ibadah haji.
Salah satu utusan itu adalah Usman bin Affan. Peperangan berhasil dihindarkan dengan
Perjanjian Hudaibiyah yang sangat termasyhur.
Ketika terjadi Perang Tabuk pada tahun 631 M, Usman bin
Affan menanggung sepertiga biaya perang. Ketika itu, kaum Muslimin enggan untuk
berangkat perang. Hal itu disebkan cuaca yang panas dan terik. Usman bin Affan
menyumbangkan 950 ekor unta, 50 ekor kuda, dan uang uang 1.000 dinar sebagai
biaya perang. Akhirnya kaum muslimin berhasil memperoleh kemenangan terbesar
dalam perang tersebut. Nabi Muhammad saw. kemudian bersabda, “Tidak ada yang
membahayakan Usman bin Affan, apa pun yang dia lakukan sesudah ini.”
Usman bin Affan ikut berperan penting dalam pemerintahan Abu
Bakar As-Siddiq dan Khalifah Umar bin Khattab. Ia merupakan penasihat yang
utama dalam masa pemerintahan keduanya. Usman bin Affan juga merupakan salah
satu dari sepuluh orang yang mendapat jaminan surga dari Nabi Muhammad saw.
Beliau pernah bersabda, ”Sesungguhnya tiap nabi akan teman dan temanku di surga
adalah Usman bin Affan.”
C. Masa Pemerintahan Usman bin Affan
Ketika Umar bin Khattab sedang sakit, ia menunjuk Usman bin
Affan, Ali bin Abi Thalib, Talhah bin Ubaidillah, Zubair bin Awwam, Abdurrahman
bin Auf, dan Sa’ad bin Abi Waqqas untuk memilih saah satu di antara mereka
sebagai khalifah. Pada waktu itu, Talhah bin Ubaidillah tidak ada di rumah.
Kelima orang itu bersepakat mengangkat Usman bin Affan menjadi khalifah.
Musyawarah itu berlangsung di rumah Abdurrahman bin Auf, pada waktu itu Usman
bin Affan berusia 70 tahun.
Secara umum, masa pemerintahan Usman bin Affan meliputi dua
periode yang masing-masing berlangsung selama enam tahun. Periode enam tahun
pertama ditandai berbagai keberhasilan dan kejayaan. Periode enam tahun kedua
ditandai oleh perpecahan, pergolakan, dan pemberontakan dalam negeri.
Pada tahun-tahun pemerintahannya Usman bin Affan meneruskan
kebijaksanaan pendahulunya, Umar bin Khattab. Ketika itu, Umar bin Khattab
berpesan agar wali (gubernur) yang diangkatnya jangan diganti atau dipindahkan
dalam jangka waktu setahun. Hal itu dimaksudkan agar tidak terjadi keguncangan
dan gangguan keamanan. Berdasarkan pesan itu, Usman bin Affan mengukuhkan
beberapa gubernur di beberapa wilayah, yaitu :
1.
Amru bin As, Gubernur Mesir dan
Syam;
2. Mu’awiyah bin Abu Sufyan sebagai
Gubernur Irak yang juga meliputi wilayah Azerbaijan dan Armenia;
3.
Abu Musa al-Asy’ari sebagai Gubernur
Iran yang mencakup Khurasan dan Basra.
Usman bin Affan benar-benar melaksanakan pesan Umar bin
Khattab itu. Pada tahun berikutnya, barulah Usman bin Affan mengganti atau
memutasikan pejabat-pejabat bawahannya. Selain itu, seiring berkembangnya
wilayah Islam, Usman bin Affan juga mengangkat pejabat-pejabat baru. Kecuali
yang disebut di atas, pejabat-pejabat pada masa Usman bin Affan merupakan
kerabatnya dari Bani Umayyah. Yang paling terkemuka di antara mereka ialah
Marwan bin Hakam, saudara sepupu Usman bin Affan. Ia diangkat menjadi
sekretaris negara.
Kebijakan itu telah mendapat tanggapan yang kurang baik. Hal
itu dikarenakan Marwan bin Hakam menjadi tokoh yang lebih menentukan dibanding
Usman bin Affan sendiri. Usman bin Affan seakan menjadi boneka di depannya.
Sejak itu, permasalan kebijakan perbandaharaan negara mulai
muncul. Menurut Usman bin Affan, khalifah mempunyai wewenang untuk menggunakan
kekyaan umum bagi kemaslahatan umat. Selama memangku jabatan, khalifah berhak
mengatur kepentingan kaum muslimin. Sikap ini membedakannya dari dua khalifah
sebelumnya.
D. Perluasan Wilayah Islam
Pada masa Usman bin Affan, kaum muslimin melanjutkan
penaklukan-penaklukan. Usman bin Affan melanjutkan kebijakan Umar bin Khattab.
Penaklukan itu berlangsung melewati jalur darat dan laut.
Ancaman terbesar waktu itu datang dari Bizantium. Mereka
sering kali menyerang daerah perbatasan pantai muslim di Suriah dan Mesir. Pada
tahun 646 M, pasukan Bizantium berhasil menduduki Iskandariah. Akan tetapi Amr
bin As yang menjabat sebagai gubernur Mesir berhasil mengusir mereka kembali.
Pada tahun 651 M, pasukan Bizantium kembali menyerbu Mesir. Abdullah bin Abi
Sarah yang menggantikan Amru bin As sebagai gubernur berhasil mengalahkan
mereka. Keadaan ini menyadarkan Usman bin Affan bahwa kaum muslimin memerluakan
sebuah angkatan laut yang kuat. Usman bin Affan kemudian memerintahkan
Mu’awiyah bin Abu Sufyan untuk membentuk angkatan laut yang berkemampuan
tinggi. Dengan dukungan angkatan laut tersebut, kaum muslimin berhasil
memperluas wilayahnya. Beberapa panglima perang yang terlibat dalam perluasan
wilayah Islam adalah sebagai berikut :
1. Abdullah
bin Abi Sarah
Ia merupakan pengganti Amru bin As sebagai Gubernur Mesir. Ketika
pasukan Bizantium menyerbu Mesir pada tahun 651 M, ia berhasil mengusir mereka.
Setahun berikutnya, Abdullah bin Abi Sarah berhasil merebut pangkalan Bizantium
di Tarablis (tripoli). Gubernur Bizantium di sana yang bernama Gregorius
berhasil dikalahkan pada tahun 652 M.
2. Mu’awiyah
bin Abu Sufyan
Ia adalah putra dari Abu Sufyan bin Harb, seorang tokoh
Quraisy yang terkenal dari Bani Umayyah. Mu’awiyah bin Abu Sufyan berhasil
membentuk angkatan laut yang tangguh. Ia bertempur melawan pasukan Bizantium di
Pantai Kalkilia. Perang itu merupakan perang laut yang pertama bagi kaum
muslimin dan terkenal dengan nama Perang Zatu Sawri. Dengan bantuan Abdullah
bin Abi Sarah, ia berhasil menguasai Amuriyah dan Pulau Siprus pada tahun 33 H
(653 M). Dalam perang itu, Kaisar Konstantin terbunuh.
3. Umair
bin Usman
Pada tahun 29 H (649 M), ia berhasil menguasai Fergana.
4. Abdullah
al-Laisi
Ia berhasil menguasai Kabul.
5. Abdullah
at-Tamimi
Ia memimpin pasukan muslim menguasai Hindustan. Daerah
tersebut semula dikuasai orang-orng Hindu.
6. Sa’id
ibnu As
Ia berhasil menguasai Jurjan.
7. Abdullah
bin Amir
Ia memimpin pasukan muslimin menghadapi pemberuntakan
Yazdajird. Ia ialah Kaisar Persia yang dikalahkan Umar bin Khattab. Ia mengobarkan
perlawanan di Kirman. Ketika terdesak ia melarikan diri ke Khurasan. Akhirnya,
Yazdajird terbunuh di sana. Beberapa wilayah yang melanggar kesepakatan dengan
kaum musimin ditundukkan oleh Abdullah bin Amir.
E. Menyusun Mushaf Al-Qur’an
Terus berkembangnya wilayah Islam membuat pemeluk agama Islam
makin bertambah. Di setiap wilayah yang baru, di situ pula Al-Qur’an
ditinggalkan. Bahkan, tidak hanya tulisannya yang ditinggalkan, tetapi juga
penghapalnya. Tulisan Al-Qur’an yang ditinggalkan itu beragam bentuknya,
susunan surah-surahnya dan dialeknya. Hal itu menimbulkan banyak perselisihan,
perpecahan dan pertengkaran di kalangan umat Islam.
Orang yang mula-mula menaruh perhatian terhadap hal ini
adalah Huzaifah bin Yaman. Ia kemudian mengusulkan Usman bin Affan agar
menyelesaikan masalah ini. Langkah awal yang dilakukan oleh Usman bin Affan
adalah meminta kumpulan naskah Al-Qur’an yang disimpan oleh Hafsah binti Umar.
Naskah ini merupakan suatu kumpulan tulisan Al-Qur’an yang berserakan pada masa
Abu Bakar as-Siddiq. Usman bin Affan kemudian membentuk sebuah panitia penyusun
Al-Qur’an.
F. Peristiwa Fitnah
Peristiwa ini terjadi pada periode kedua pemerintahan Usman
bin Affan. Sebab terjadi peristiwa itu adalah sebagai berikut :
1. Kebijakan Usman bin Affan yang
mengangkat kerabat-kerabatnya dari Bani Umayyah sebagai pejabat pemerintahan
menimbulkan rasa iri dari kaum muslimin. Mereka melihat bahwa Bani Umayyah
mempunyai kedudukan yang tinggi dalam pemerintahan. Meraka juga memiliki hak-hak
istemewa dan kekayaan yang belimpah. Padahal, Bani Umayyah orang-orang yang
terakhir menerima Islam. Banyak dari mereka menerima Islam berdasarkan
keuntungan duniawi. Mereka menyadari mereka akan tetap kalah apabila mereka
masih tetap menyembah berhala. Beberapa pejabat dari Bani Umayyah menunjukkan
periaku yang tidak baik. Hal itu ditunjukkan oleh Walid bin Uqbah, Gubernur
Irak. Ia datang ke mesjid dalam keadaan mabuk. Keadaan itu memunculkan
perlawanan terbuka. Pada tahun 30 H, Walid bin Uqbah menjatuhkan hukuman mati
kepada tiga pemuda yang membunuh Ibnu Haisuman al-Khuza’i. Hukum mati itu
mengundang kemarahan Bani Azad, keluarga pemuda yang dihukum.
2. Hilangnya
pengaruh kaun Ansar Madinah dan Bani Hasyim juga menjadi sebab yang penting.
Kedua golongan tersebut kehilangan hak-hak mereka dalam urusan pemerinthan.
3. Pengangkatan
Marwan bin Hakam sangat tidak disukai oleh masyarakat muslim. Ia adalah orang
yang sangat mementingkan diri sendiri. Ia juga merencanakan agar Bani Umayyah
dapat menguasai pemerintahan Islam.
4. Kesederhanaan
dan kemurahan hati Usman bin Affan menjadi penyebab bencana bagi dirinya. Ia
terlalu mempercayai Marwan bin Hakam. Hal itu membuat pemerintahan makin buruk.
Akibatnya, banyak orang yang membuat kerusuhan di daerah. Seharusnya Usman bin
Affan mampu mengatasi hal itu dengan tindakan dan ketegasan. Akan tetapi, ia
tidak melakukan hal itu karena kelembutan hatinya.
5. Pembuangan
Abu Darda al-Ghifari telah membangkitkan kemarahan kaum muslimin. Abu Darda
al-Ghifari adalah orang yang sangat saleh. Ia membela kepentingan rakyat kecil.
Ia telah mendesak Gubernur Suriah agar mewajibkan orang-orang kaya menyisihkan
sebagian hartanya bagi kepentingan kaum miskin. Akan tetapi, Mu’awiyah bin Abu
Sufyan melaporkannya sebagai penghasut kepada Usman bin Affan. Akhirnya, ia
dibuang dan dikucilkan di Desa Rabadah.
6. Kaum
munafik telah menyebarkan fitnah dan hasutan. Mereka dipimpin oleh Abdullah bin
Saba’. Ia adalah seorang Yahudi yang berasal dari Yaman dan berpuara-pura masuk
Islam. Ia menghasut kaum muslimin agar memberontak kepada khalifah.
Keadaan itu menyebabkan kaum muslimin menjadi kacau. Di kota
Kufah dan Basrah, rakyat menentang gubernur-gubernur yang diangkat oleh Usman
bin Affan. Di Mesir, Abdullah bin Saba’ mendakwahkan hak Ali bin Abi Thalib
yang sah untuk menjabat sebagai khalifah. Ia menyebarkan pemikiran Yahudi
tentang Mesiah. Abdullah bin Saba’ menyatakan bahwa Ali bin Abi Thalib akan
datang sebagai al-Mahdi atau penyelamat dunia.
Pemberontakan pertama pecah di Mesir. Mereka mengusir
gubernur. Kemudian, sekitar 600 orang pemberontak datang ke Madinah. Dalam
perjalanan, para pemberontak dari Kuffah dan Basrah ikut bergabung. Mereka
mengemukakan keluhan-keluhan terhadap Usman bin Affan. Keluhan itu ditanggapi
oleh Usman bin Affan dengan mengangkat Muhammad bin Abu Bakar sebagai Gubernur
yang baru. Para pemberontak itu kelihatannya puas dan kembali ke daerah
masing-masing.
G. Wafatnya Usman bin Affan
Setelah para pemberontak itu kembali ke daerah
masing-masing, tampaknya permasalahan sudah selesai. Akan tetapi, yang terjadi
justru sebaliknya. Mereka malah kembali lagi ke Madinah. Ali bin Abi Thalib
mencegah mereka agar tidak melakukan keonaran. Ali bin Abi Thalib menanyakan
kepada mereka mengapa kembali ke Madinah. Mereka berkata bahwa mereka telah
mencegat seorang pembantu khusus Usman bin Affan yang membawa sepucuk surat
kepada Gubernur Mesir, Abdullah bin Abi Sarah. Surat itu ditulis oleh Marwan
bin Hakam yang meminta Abdullah bin Abi Sarah untuk membunuh mereka setibanya
di Mesir.
Oleh karena itu para pemberontak meminta Usman bin Affan menyerahkan Marwan Bin Hakam. Tuntutan itu tidak bisa dipenuhi Usman bin Affan. Mereka kemudian mengepung rumah khalifah. Pada saat yang berbahaya itu, sahabat dan kerabat Usman bin Affan telah meninggalkannya. Pada tanggal 17 Juni 656 M (35 H), para pemberontak menyerbu rumah Usman bin Affan. Mereka membunuh Usman bin Affan yang sedang membaca Al-Qur’an. Usman bin Affan meninggal sebagai syahid pada usia 82 tahun. Pemerintahannya berlangsung selama 12 tahun.
Oleh karena itu para pemberontak meminta Usman bin Affan menyerahkan Marwan Bin Hakam. Tuntutan itu tidak bisa dipenuhi Usman bin Affan. Mereka kemudian mengepung rumah khalifah. Pada saat yang berbahaya itu, sahabat dan kerabat Usman bin Affan telah meninggalkannya. Pada tanggal 17 Juni 656 M (35 H), para pemberontak menyerbu rumah Usman bin Affan. Mereka membunuh Usman bin Affan yang sedang membaca Al-Qur’an. Usman bin Affan meninggal sebagai syahid pada usia 82 tahun. Pemerintahannya berlangsung selama 12 tahun.
Terbunuhnya Usman bin Affan mengakibatkan kerugian bagi
Islam. Beberapa akibat tersebut adalah sebagai berikut :
1. Pembunuhan
Usman bin Affan membangkitkan semangat kesukuan Arab yang telah lama hilang
sebagai hasil ajaran Nabi Muhammad saw.
2. Peristiwa
tersebut memecahkan kesatuan umat Islam. Bani Umayyah dan Bani Hasyim menjadi
dua golongan yang bersaing dan bermusuhan. Demikian juga kaum Ansar Madinah dan
Bani Umayyah Mekkah.
3. Kota
Madinah kehilangan kedudukannya sebagai pusat kekhalifahan. Posisi itu bergeser
ke Kufah dan Damaskus. Kaum Ansar juga kehilangan kedudukan mereka dalam
pemerintahan.
4. Gerakan
perluasan wilayah Islam mengalami kemunduran. Hal itu disebabkan
kesulitan-kesulitan yang timbul dalam pemerintahan.
5. Peristiwa
yang menyebabkan pecahnya perang saudara dalam Islam. Perang saudara itu
kemudian memunculkan golongan-golongan dalam Islam, seperti Suni, Syi’ah, dan
Khawarij.
Demikianlah, pembunuhan Usman bin Affan merupakan peristiwa
yang sangat merugikan Islam. Usman bin Affan termasyhur karena kesalehan dan
kejujurannya. Ia sangat taqwa dan sederhana dalam hidupnya. Kesederhanaan dan
kedermawanan merupakan ciri utama wataknya yang menonjol. Walaupun hidupnya
berakhir tragis, Usman bin Affan telah memberikan sumbangan yang berharga bagi
umat Islam.
0 komentar:
Posting Komentar