Sebagai panglima perang, Rasulullah SAW memiliki kemampuan untuk membaca keistimewaan yang dimiliki para shahabatnya, untuk menempatkan mereka sesuai dengan bakat dan kesanggupannya.
Tak heran jika Rasulullah memiliki
beberapa orang yang bisa disebut spion. Selain memata-matai pergerakan
musuh, tugasnya mereka adalah memegang teguh daftar nama-nama orang
munafik dan memata-matai mereka.
Itulah bukti bahwa Nabi sudah memikirkan
betapa pentingnya intelijen. Prinsip intelijen yang dilakukan Nabi SAW
adalah menggunakan informasi satu pintu. Dari para agen langsung kepada
Rasul dan tidak membocorkan pada orang lain, termasuk kepada para
shahabat, bahkan istrinya sendiri.
Berikut ini adalah para shahabat Nabi, yang pernah ditugaskan menjalankan operasi intelijen di jantung musuh:
Hufzaifah Ibnul Yaman, Intel Nabi
Dalam sejarah Islam tercatat nama
Hudzaifah Ibnul Yaman sebagai salah satu agen intelijen atau spion
andalan Rasulullah dalam menghadapi orang-orang kafir dan munafik yang
ingin memerangi Islam dan kaum Muslimin.
Ibnul Yaman yang mendapat gelar Shahibu Sirri Rasulullah (Pemegang
Rahasia Rasulullah) itu dinilai Rasulullah sebagai orang yang bisa
dipercaya, mampu menjaga rahasia, memiliki ingatan yang kuat, cerdik dan
cerdas dalam mengolah informasi. Ibnul Yaman juga dikenal sosok yang
mudah bergaul yang memudahkannya untuk menjalankan operasi mata-mata.
Salah satu tugas penting yang diemban
Ibnul Yaman adalah pada saat Perang Khandaq (Perang Parit). Ketika itu,
Rasulullah menugaskan Ibnul Yaman untuk memata-matai pasukan kafir
Quraisy dari Mekkah yang berkekuatan 10.000 ribu orang, ditambah bantuan
kekuatan dari orang-orang Yahudi. Mereka berencana untuk menyerang kota
Madinah yang hanya memiliki kekuatan 3.000 orang pasukan perang.
Untuk menghadapi pasukan Yahudi dan
Quraisy di bawah pimpinan Abu Sufyan, Rasulullah menerapkan strategi
bertahan dengan membuat parit di sekeliling kota Madinah. Pada suatu
malam, Rasulullah mengutus Hudzaifah Ibnul Yaman untuk menyusup ke
tengah pasukan lawan. Ketika Ibnul Yaman ditugaskan di tengah udara yang
sangat dingin disertai angin kencang, Rasulullah pun berdoa untuk
shahabatnya itu: ”Ya Allah! Lindungi dia, dari hadapan, belakang, kanan, kiri, atas, dan bawah.”
Mudah bagi Ibnu Yaman untuk berbaur ke
dalam pasukan lawan, karena Hudzaifah memiliki darah suku bangsa di
Mekkah sehingga tidak mudah dikenali sebagai orang asing. Di pihak
pasukan lawan, ada kebiasaan yang dilakukan setiap rapat. Sebelum rapat,
orang-orang yang hadir harus memastikan bahwa orang-orang di
sekelilingnya adalah teman dengan menanyakan nama dan asal-usulnya untuk
memastikan bahwa pertemuan mereka aman.
Agar penyamarannya tidak terbongkar,
Hudzaifah selalu lebih dulu mencekal tangan orang di sebelahnya dan
bertanya ”Siapa namamu? Dari mana asalmu?” Orang yang ditanya akan
terkejut karena mengira posisi Hudzaifah pasti salah satu pimpinan
tertinggi sehingga bertanya lebih dulu. Orang yang ditanya pun langsung
menyebutkan nama serta asalnya. Hudzaifah pun selamat dan bisa mengikuti
rapat serta mendapatkan informasi penting dari hasil rapat tersebut.
Salah satunya, informasi bahwa pasukan Abu Sufyan akan mundur karena
merasa pasukannya tidak akan memenangkan pertempuran melawan Rasulullah
dan pasukannya di kota Madinah.
Sebenarnya, pada saat itu posisi duduk
Hudzaifah sangat dekat dengan Abu Sufyan sehingga ia bisa saja menebas
lehernya jika mau. Namun sebagai spionase dia harus tersamar dan tidak
melakukan ha-hal mencurigakan musuh.
Dalam melaksanakan tugasnya sebagai
mata-mata, Hudzaifah juga sangat hati-hati dan tidak bersikap yang bisa
menimbulkan kecurigaan. Hudzaifah juga sangat kuat memegang teguh
kepercayaan yang telah diberikan Rasulullah SAW kepadanya untuk memegang
daftar orang-orang munafik. Bahkan ketika shahabat Rasulullah SAW, Umar
bin Khatthab menanyakan perihal daftar nama itu, Hudzaifah menolak
memberikannya.
Tugas lain yang diberikan oleh Rasulullah
adalah memonitor orang-orang munafik yang tinggal dikota Madinah.
Ketika itu kaum Muslimin menghadapi kesulitan besar dalam menghadapi
kaum Yahudi munafik dan sekutunya yang selalu membuat isu-isu dan
muslihat jahat terhadap Rasulullah dan para shahabat. Untuk menghadapi
kesulitan ini, Rasulullah mempercayakan suatu yang sangat rahasia kepada
Hudzaifah Ibnul Yaman Untuk memonitor setiap gerak-gerik dan kegiatan
mereka, dengan target memberikan daftar nama orang munafik itu kepada
Nabi Saw. Informasi tersebut diperlukan untuk mencegah bahaya yang
mungkin dilontarkan musuh terhadap Islam dan kaum muslimin.
Daftar orang-orang munafik harus dihafal
tidak boleh dicatat. Informasi ini tidak boleh jatuh ke tangan orang
lain, agar tidak menimbulkan keresahan. Kepada orang munafik ini
Rasulullah tidak mennyolatkannya jika meninggal.
Umar Bin Khatthab (saat itu sudah menjadi
Khalifah) pernah meminta Hudzaifah membeberkan siapa saja orang munafik
itu. Namun dengan kukuh dia menolaknya. Untuk mengetahui siapa
orang-orang yang masuk daftar orang munafik itu, Umar hanya bisa
menunggu dan mengamati jika ada rakyatnya yang meninggal. Kuncinya, jika
Hudzaifah tidak menyolatkannya, itu berarti orang tersebut tergolong
munafik. Begitulah kisah Hudzaifah Ibnul Yaman Spion penting di zaman
pemerintahan Islam.
Abdullah bin Unis
Rasulullah juga pernah melakukan operasi
intelijen dan misi rahasia ke pasukan musuh. Seorang shahabat Abdullah
bin Unis dikirim Rasulullah menyusup masuk ke dalam pusat kekuatan
musuh. Sasaran utama misi itu adalah Bani Lihyaan dari Kabilah Huzail
yang dipimpin oleh panglima mereka, Khalid bin Sofyan Al-Hazaly.
Misi ini dilakukan karena umat Islam
mendapatkan kabar bahwa Khalid bin Sofyan Al-Hazaly tengah berupaya
mengadakan pemusatan kekuatan pasukan gabungan kaum kafir yang cukup
besar di daerah Uranah untuk menyerang Islam. Karena itu, Rasulullah
mengirim Abdullah bin Unis untuk melakukan misi pengintaian sekaligus
penyelidikan untuk membenarkan kabar berita tersebut.
Abdullah kemudian berangkat dan melakukan
menyamaran. Tak terduga, di tengah jalan, Abdullah bertemu Khalid yang
ditemani beberapa wanita dan pasukannya. Khalid kemudian menyapa
Abdullah, “Hai laki-laki, siapa gerangan Engkau?”
Jawab Abdullah, “Saya adalah laki-laki
Arab juga. Saya mendengar bahwa engkau telah memusatkan kekuatan pasukan
untuk menyerang Muhammad. Apakah benar demikian?” tanya Abdullah. Dan
tanpa curiga, Khalid membenarkan rencananya itu.
Abdullah meminta diperbolehkan bergabung
dan meminta diizinkan menemani Khalid. Tanpa curiga, Khalid
mengizinkannya. Suatu kali, Abdullah mendapatkan Khalid sendirian dan
terpisah dari pasukan utamanya. Abdullah tak menyia-nyiakan kesempatan
emas itu, secepat kilat, Abdullah kemudian menyergap Khalid dan membunuh
pemimpin kaum kafir itu dengan pedangnya. Peristiwa itu membuat kaum
kafir gempar. Pasukan musyrikin geger dan urung menyerang umat Islam
karena diketahui pemimpinnya telah tiada. Abdullah kemudian pulang ke
Madinah setelah melakukan misi rahasianya.
Abdullah bin Jahsy Asady
Bulan Jumadil Akhir 1424, seorang
shahabat bernama Abdullah bin Jahsy Asady, beserta dua belas shahabat
dari kalangan Muhajirin diperintahkan Rasulullah berangkat untuk
menjalankan sebuah operasi intelijen rahasia. Ikut dalam rombongan itu
Sa’ad bin Abi Waqqash dan ’Utbah bin Ghazwan. Rasulullah SAW memberinya
sebuah surat yang boleh dibaca jika perjalanan mereka sudah mencapai dua
hari.
Setelah dua hari dalam perjalanan, sang
komandan, Abdullah bin Jahsy kemudian membuka isi surat tersebut.
Isinya, tak lain adalah sebuah perintah untuk memata-matai musuh:
”Berangkatlah menuju Nikhlah, antara Mekkah dan Tha’if. Intailah keadaan
orang orang Quraisy di sana dan laporkan kepada kami keadaan mereka.”
Selepas membaca surat itu, Abdullah bin Jahsy dan para rombongan
kemudian berujar, ”Kutaati perintah ini!”
Kemudian diceritakanlah isi surat
Rasulullah tersebut kepada para shahabatnya yang lain seraya berkata,
”Rasulullah telah melarang aku memaksa seorang pun dari kalian. Siapa
yang ingin mati sebagai pahlawan syahid, marilah berjalan terus bersama
aku, dan siapa yang tidak menyukai hal tersebut hendaklah dia pulang…!”
Saat melalukan pembebasan negeri Mekkah
dari suku Quraisy, Nabi Muhammad –ketika itu berencana– akan mengerahkan
10.000 pasukan tentara Muslim. Untuk mempertahankan ‘serangan mendadak’
ini, Rasulullah kemudian melepaskan petugas intelijennya menuju Mekkah
yang ditugaskan mengacaukan informasi pada musuh agar mereka tidak
mengerti bila pasukan Islam yang berencana melakukan serangan mendadak
itu jumlahnya banyak.
Untuk kepentingan intelijen dan
kerahasiaan militer, Nabi Muhammad bahkan menyimpan rapat-rapat
informasi jumlah pasukan ini bahkan kepada istri tercinta Aisyah atau
pada shahabat kepercayaannya sendiri, Abu Bakar Ash-Shidiq.
Esoknya, dalam penyerangan mendadak itu
kau kafir Quraisy benar-benar kelabakan dan kedodoran. Mereka tak
menyangka di pagi hari buta itu, telah datang puluhan ribu orang dari
pasukan Islam di kota Mekkah. Tanpa persiapan, mereka kemudian menyerah.
Muhammad paham, orang Quraisy tak akan melakukan perlawanan. Sebab, di
tangannya, Rasulullah telah menguasai informasi kekuatan musuh, situasi
yang bakal terjadi, hingga informasi logistik, menyangkut keadaan
jalan-jalan yang akan dilalui pasukan Islam dan kondisi mata air. Detil,
rapi dan rahasia. Itulah strategi Muhammad dalam menjalankan perang dan
intelijen.
Nu’aim bin Mas’ud Al-Ghathafany
Dalam misi intelijen Rasulullah juga
pernah melakukan propaganda untuk memperlemah kekuatan musuhnya. Dalam
kisah, pernah suatu ketika kekuatan musuh gabungan porak-poranda dan
bercerai-berai akibat tidak adanya kekompakan di antara mereka akibat
propaganda yang dilancarkan Nu’aim bin Mas’ud Al-Ghathafany, mantan
musuh yang kemudian bergabung ke pasukan Islam. Nu’aim melakukan psycho war (perang urat syarat) dan propaganda yang membuat kekuatan musuh goyah dan bercerai-berai.
Rasulullah juga pernah melakukan tipuan
yang kreatif untuk mengecoh lawan dalam peperangan. Suatu kali, ketika
Rasulullah berencana akan berperang dengan kaum Quraisy. Di sebuah
tempat, di Marru Dzahraan, tempat Rasulullah dan pasukannya bermarkas,
beliau memerintahkan seluruh pasukannya menyalakan obor.
Nyala obor 10.000 orang pasukan Islam itu
kemudian bercahaya ke seluruh penjuru kota hingga kaum Quraisy
melihatnya dari kejauhan. Melihat cahaya api pasukan Islam, Abu Sofyan
berkata, “Belum pernah saya melihat malam seperti terbakar ini dan belum
pernah pula saya melihat ada pasukan seperti ini!” Cerita itu kemudian
cepat tersebar dari mulut ke mulut hingga sampai ke para pemimpin kaum
Quraisy dan pasukan kafir.
Akibat taktik itu, Rasulullah berhasil
mengecoh lawan dengan mengesankan pasukan muslimin luar biasa banyaknya
hingga membuat nyali pasukan musuh menjadi ciut. Sebagian kaum kafir
bahkan berlarian memeluk Islam agar aman, sebagian lainnya tetap melawan
meski sudah tak lagi memiliki keberanian akibat sudah kalah secara
psikologis. Dan Rasulullah akhirnya mampu menguasai Mekkah tanpa ada
perlawanan yang berarti.Sumber
0 komentar:
Posting Komentar