Ketika saya masih kecil, di saat malam Natal, saya biasa diajari dan disuruh menggantungkan kaos kaki di dinding dekat ruangan perapian. Esok harinya, kaos kaki tersebut penuh dengan hadiah-hadiah berupa mainan atau kotak makanan kesenangan saya. Selain hadiah tersebut, juga terdapat sebatang pohon Natal yang dihiasi bunga-bunga kertas berwarna perak dan emas. Di pohon ini pula, aneka rupa hadiah untuk anak-anak bergelantungan di dahannya dan berserakan di bawahnya.
Menurut para orang tua, semua hadiah Natal itu dibawa oleh Sinterklas atau Santa Clause yang
telah datang di malam hari, melalui cerobong asap perapian. Seperti
anak-anak lainnya, semua cerita itu saya telah begitu saja dengan penuh
keyakinan. Tentu anda pun demikian. Sebab kita dilahirkan dan dibesarkan
di lingkungan kehidupan yang penuh dengan adat kebiasaan yang harus
kita terima, tanpa bertanya-tanya, yang dapat menimbulkan suasana yang
tidak menyenangkan.
Mengapa kita bersikap demikian? Instink
hewanikah, sehingga kita ikut-ikutan dengan apa saja yang dilakukan oleh
kebanyakan orang? Kambing memang akan tetap mengikuti kelompoknya,
walaupun digiring untuk dipotong sekalipun. Tetapi sebagai manusia,
seharusnya bersikap kritis dengan menggunakan akal sehat.
Sebagai orang Kristen yang baik, kita
tidak pernah menyelidiki, mengapa kita melakukan semua itu dan mengapa
semua orang percaya bahwa yang mereka kerjakan itu benar. Seharusnya,
sebagai umat Kristen yang ingin melaksanakan ajaran-ajaran Tuhan, kita
harus bertanya, apakah upacara natal itu benar-benar ajaran Kristen?
Apakah cara-cara merayakan Natal itu tidak mengajarkan kebohongan kepada masyarakat,
yang merupakan larangan Tuhan? Adakah firman Tuhan yang Hidup maupun
firman tertulisNya yang memerintahkan kita untuk melakukannya? Apakah
Yesus dan para Rasul juga melakukan seperti apa yang kita meriahkan
selama ini? Apakah kebiasaan tukar-menukar hadiah Natal dengan teman dan
kerabat dekat, juga betul-betul mengikuti ajaran Tuhan di dalam Bibel?
Dan seterusnya . dan seterusnya .
Hampir semua orang berpendapat dan
mengira bahwa semua upacara dan kebiasaan itu berasal dari ajaran
Gereja. Tetapi betulkan semua pendapat dan perkiraan itu?
Mudah-mudahan fakta yang saya tulis dalam
buku ini dapat meluruskan semua pendapat yang dapat menyesatkan dan
merusak ajaran Tuhan yang sebenar-benarnya. Mungkin tulisan saya yang
berdasarkan pada kenyataan ini akan mengejutkan banyak orang Kristen.
Mungkin juga termasuk anda.
Sejarah Natal
Kata Christmas (Natal)
yang artinya Mass of Christ atau disingkat Christ-Mass, diartikan
sebagai hari untuk merayakan kelahiran “Yesus”. Perayaan yang
diselenggarakan oleh non-Kristen dan semua orang Kristen ini berasal
dari ajaran Gereja Kristen Katolik Roma. Tetapi, dari manakah mereka
mendapatkan ajaran itu? Sebab Natal itu bukan ajaran Bible (Alkitab),
dan Yesus pun tidak pernah memerintah para muridnya untuk
menyelenggarakannya. Perayaan yang masuk dalam ajaran Kristen Katolik
Roma pada abad ke empat ini adalah berasal dari upacara adat masyarakat
penyembah berhala. Karena perayaan Natal yang diselenggarakan di seluruh
dunia ini berasal dari Katolik Roma, dan tidak memiliki dasar dari
kitab suci, maka marilah kita dengarkan penjelasan dari Katolik Roma
dalam Catholic Encyclopedia, edisi 1911, dengan judul “Christmas”, anda
akan menemukan kalimat yang berbunyi sebagai berikut:
“Natal bukanlah diantara upacara-upacara
awal Gereja. bukti awal menunjukkan bahwa pesta tersebut berasal dari
Mesir. Perayaan ini diselenggarakan oleh para penyembah berhala dan
jatuh pada bulan Januari ini, kemudian dijadikan hari kelahiran Yesus.”
Dalam Ensiklopedi itu pula, dengan judul “Natal Day,” Bapak Katolik
pertama, mengakui bahwa:
“Di dalam kitab suci, tidak seorang pun
yang mengadakan upacara atau menyelenggarakan perayaan untuk merayakan
hari kelahiran Yesus. Hanyalah orang-orang kafir saja (seperti Firaun
dan Herodes) yang berpesta pora merayakan hari kelahirannya ke dunia
ini.”
Encyclopedia Britannica, yang terbit tahun 1946, menjelaskan sebagai berikut:
“Natal bukanlah upacara-upacara awal
gereja. Yesus Kristus atau para muridnya tidak pernah
menyelenggarakannya, dan Bible (Alkitab) juga tidak pernah
enganjurkannya. Upacara ini diambil oleh gereja dari kepercayaan kafir
penyembah berhala.”
Encyclopedia Americana terbitan tahun 1944 juga menyatakan sebagai berikut:
“Menurut para ahli, pada abad-abad
permulaan, Natal tidak pernah dirayakan oleh umat Kristen. Pada umumnya,
umat Kristen hanya merayakan hari kematian orang-orang terkemuka saja,
dan tidak pernah merayakan hari kelahiran orang tersebut..” (“Perjamuan
Suci” yang termaktub dalam Kitab Perjanjian Baru, hanyalah untuk
mengenang kematian Yesus Kristus.)”. Perayaan Natal yang dianggap
sebagai hari kelahiran Yesus, mulai diresmikan pada abad keempat Masehi.
Pada abad kelima, Gereja Barat memerintahkan kepada umat Kristen untuk
merayakan hari kelahiran Yesus, yang diambil dari hari pesta bangsa Roma
yang merayakan hari “Kelahiran Dewa Matahari.” Sebab tidak seorang pun
yang mengetahui hari kelahiran Yesus.”
Sekarang perhatikan! Fakta sejarah telah
membeberkan kepada kita bahwa mulai lahirnya gereja Kristen pertama
sampai dua ratus atau tiga ratus tahun kemudian jarak waktu yang lebih
lama dari umur negara Amerika Serikat upacara Natal tidak pernah
dilakukan oleh umat Kristen. Baru setelah abad keempat, perayaan ini
mulai diselenggarakan oleh orang-orang Barat, Roma dan Gereja. Menjelang
abad kelima, Gereja Roma memerintahkan untuk merayakannya sebagai hari
raya umat Kristen yang resmi.
Yesus Tidak Lahir Pada 25 Desember
Sungguh amat mustahil jika Yesus
dilahirkan pada musim dingin! (Di wilayah Yudea, setiap bulan Desember
adalah musim salju dan hawanya sangat dingin) Sebab Injil Lukas 2:11
menceritakan suasana di saat kelahiran Yesus sebagai berikut:
“Di daerah itu ada gembala-gembala yang
tinggal di padang menjaga kawanan ternak mereka pada waktu malam.
Tiba-tiba berdirilah seorang malaikat Tuhan di dekat mereka dan
kemuliaan Tuhan bersinar meliputi mereka dan mereka sangat ketakutan..
Lalu kata malaikat itu kepada mereka: “Jangan takut, sebab sesungguhnya
aku memberitakan kepadamu kesukaan besar untuk seluruh bangsa: Hari ini
telah lahir bagimu Juruselamat, yaitu Kristus, di kota Daud.”
Tidak mungkin para penggembala ternak itu
berada di padang Yudea pada bulan Desember. Biasanya mereka melepas
ternak ke padang dan lereng-lereng gunung. Paling lambat tanggal 15
Oktober, ternak tersebut sudah dimasukkan ke kandangnya untuk
menghindari hujan dan hawa dingin yang menggigil. Bibel sendiri dalam
Perjanjian Lama, kita Kidung Agung 2: dan Ezra 10:9, 13 menjelaskan
bahwa bila musim dingin tiba, tidak mungkin pada gembala dan ternaknya
berada di padang terbuka di malam hari.
Adam Clarke mengatakan: “Adalah kebiasaan
lama bagi orang-orang Yahudi untuk menggiring domba-domba mereka ke
padang menjelang Paskah (yang jatuh awal musim semi), dan membawanya
pulang pada permulaan hujan pertama).” (Adam Clarke Commentary, Vol.5,
page 370, New York).
Adam Clarke melanjutkan: “Selama
domba-domba berada di luar, para penggembala mengawasinya siang dan
malam. Bila. hujan pertama mulai turun pada bulan Marchesvan, atau
antara bulan Oktober dan November, ternak-ternak itu mulai dimasukkan ke
kandangnya. Kita pun mengetahui bahwa domba-domba itu dilepas di padang
terbuka selama musim panas. Karena para penggembala belum membawa
pulang domba-dombanya, berarti bulan Oktober belum tiba. Dengan demikian
dapatlah diambil kesimpulan bahwa Yesus tidak lahir pada tanggal 25
Desember, ketika tidak ada domba-domba berkeliaran di padang terbuka di
malam hari. Juga tidak mungkin dia lahir setelah bulan September, karena
di bulan inilah domba-domba masih berada di padang waktu malam. Dari
berbagai bukti inilah, kemungkinan lahir di bulan Desember itu harus
disingkirkan. Memberi makan ternak di malam hari, adalah fakta sejarah.
sebagaimana yang diungkapkan oleh Talmud (kitab suci Yahudi) dalam bab
“Ringan Kaki”.
Di ensiklopedi mana pun atau juga di
kitab suci Kristen sendiri akan mengatakan kepada kita bahwa Yesus tidak
lahir pada tanggal 25 Desember. Catholic Encyclopedia sendiri secara
tegas dan terang-terangan mengakui fakta ini.
Proses Natal Masuk ke Gereja
New Schaff-Herzog Encyclopedia of
Religious Knowledge dalam artikelnya yang berjudul “Christmas”
menguraikan dengan jelas sebagai berikut:
“Sungguh banyak tanggal perayaan yang
terkait pada kepercayaan kafir Brumalia (25 Desember) sebagai
kelanjutan dari perayaan Saturnalia (17-24 Desember), dan perayaan
menjelang akhir tahun, serta festival menyambut kelahiran matahari baru.
Adat kepercayaan Pagan Brumalia dan Saturnalia yang sudah sangat
populer di masyarakat itu diambil Kristen. Perayaan ini dilestarikan
oleh Kristen dengan sedikit mengubah jiwa dan tata caranya. Para pendeta
Kristen di Barat dan di Timur Dekat menentang perayaan kelahiran Yesus
Kristus yang meniru agama berhala ini. Di samping itu Kristen
Mesopatamia menuding Kristen Barat telah mengadopsi model penyembahan
kepada dewa Matahari.”
Perlu diingat! Menjelang abad pertama
sampai pada abad keempat Masehi, dunia dikuasai oleh imperium Romawi
yang paganis politeisme. Sejak agama Kristen masih kecil sampai
berkembang pesat, para pemeluknya dikejar-kejar dan disiksa oleh
penguasa Romawi. Setelah Konstantin naik tahta menjadi kaisar, kemudian
memeluk agama Kristen pada abad ke-4 M. dan menempatkan agama sejajar
dengan agama kafir Roma, banyak rakyat yang berbondong-bondong memeluk
agama Kristen.
Tetapi karena mereka sudah terbiasa
merayakan hari kelahiran dewa-dewanya pada tanggal 25 Desember,
mengakibatkan adat tersebut sulit dihilangkan. Perayaan ini adalah
pesta-pora dengan penuh kemeriahan, dan sangat disenangi oleh rakyat.
Mereka tidak ingin kehilangan hari kegembiraan seperti itu. Oleh karena
itu, meskipun sudah memeluk agama Kristen, mereka tetap melestarikan
upacara adat itu. Di dalam artikel yang sama, New Schaff-Herzog
Encyclopedia of Religious nowledge menjelaskan bagaimana kaisar
Konstantin tetap merayakan hari “Sunday” sebagai hari kelahiran Dewa
Matahari. (Sun = Matahari, Day = Hari – dalam bahasa Indonesia disebut
hari Minggu — pen.) Dan bagaimana pengaruh kepercayaan kafir
Manichaeisme yang menyamakan Anak Tuhan (Yesus) identik dengan Matahari,
yang kemudian pada abad ke-4 Masehi kepercayaan itu masuk dalam agama
Kristen. Sehingga perayaan hari kelahiran Sun-god (Dewa Matahari) yang
jatuh pada tanggal 25 Desember, diresmikan menjadi hari kelahiran Son of
God (Anak Tuhan – Yesus).
Demikianlah asal usul “Christmas – Natal”
yang dilestarikan oleh dunia Barat sampai sekarang. Walaupun namanya
diubah menjadi selain Sun-day, Son of God, Christmas dan Natal, pada
hakikatnya sama dengan merayakan hari kelahiran dewa Matahari. Sebagai
contoh, kita bisa saja menamakan kelinci itu dengan nama singa, tetapi
bagaimanapun juga fisiknya tetap kelinci.
Natal dan Paganisme Dunia?
Kita mewarisi Natal berasal dari Gereja Katolik Roma, dan gereja itu mendapatkannya dari kepercayaan pagan (kafir) Politeisme, lalu dari manakah agama kafir itu mendapatkan ajaran itu? Dimana, kapan, dan bagaimana bentuk asli ajaran itu?
Bila kita telusuri mulai dari ayat-ayat
Bible (Alkitab) sampai pada sejarah kepercayaan bangsa Babilonia kuno,
niscaya akan ditemukan bahwa ajaran itu berasal dari kepercayaan berhala
yang dianut oleh masyarakat Babilonia di bawah raja Nimrod (Namrud – di
masa inilah nabi Ibrahim lahir). Jelasnya, akar kepercayaan ini tumbuh
setelah terjadi banjir besar di masa nabi Nuh.
Nimrod, cucu Ham, anak nabi Nuh, adalah
pendiri sistem kehidupan masyarakat Babilonia. Sejak itulah terdapat
dasar-dasar pemerintahan dan negara, dan sistem ekonomi dengan cara
bersaing untuk meraih keuntungan. Nimrod inilah mendirikan menara Babel,
membangun kota Babilonia, Nineweh dan kota-kota lainnya. Dia pula yang
pertama membangun kerajan di dunia. Nama “Nimrod” dalam bahasa
Hebrew(Ibrani) berasal dari kata “Marad” yang artinya “dia membangkang
atau murtad” (Karena bahasa Ibrani serumpun dengan bahasa Arab, silahkan
anda membandingkan kata “Marad” dengan kata Arab “Ridda” atau “murtad”.
Pen)
Dari catatan-catatan kuno, kita
mengetahui perjalanan Nimrod ini, yang mengawali pemurtadan terhadap
Tuhan dan menjadi biang manusia pembangkang di dunia sampai saat ini.
Jumlah kejahatannya amat banyak, diantaranya, dia mengawini ibu
kandungnya sendiri yang bernama Semiramis. Setelah Nimrod meninggal
dunia, ibu yang merangkap sebagai istri tersebut menyebarkan ajaran
bahwa Roh Nimrod tetap hidup selamanya, walaupun jasadnya telah mati.
Dia membuktikan ajarannya dengan adanya pohon Evergreen yang tumbuh dari
sebatang kayu yang mati, yang ditafsirkan oleh Semiramis sebagai bukti
kehidupan baru bagi Nimrod yang sudah mati. Untuk mengenang hari
kelahirannya, Nimrod selalu hadir di pohon evergreen ini dan
meninggalkan bingkisan yang digantungkan di ranting-ranting pohon itu.
25 Desember itulah hari kelahiran Nimrod. Dan inilah asal usul pohon
Natal.
Melalui pengaruh dan pemujaannya kepada Nimrod,
Semiramis dianggap sebagai “Ratu Langit” oleh rakyat Babilonia. Dengan
berbagai julukan, akhirnya Nimrod dipuja sebagai “Anak Suci dari Sorga”.
Melalui perjalanan sejarah dan pergantian generasi dari masa ke masa,
dari satu bangsa ke bangsa lainnya, penyembahan berhala versi Babilonia
ini berubah menjadi Mesiah Palsu yang berupa dewa Baal, anak dewa
Matahari. Dalam sistem kepercayaan Babilonia ini, “Ibu dan anak”
(Semiramis dan Nimrod yang lahir kembali) menjadi obyek penyembahan.
Ajaran penyembahan kepada ibu dan anak ini menyebar luas sampai di luar
Babilonia dengan bentuk dan nama yang berbeda-beda, sesuai dengan bahasa
negara-negara yang ditempatinya. Di Mesir dewa-dewi itu bernama Isis
dan Osiris. Di Asia bernama Cybele dan Deoius. Dalam agama Pagan Roma
disebut Fortuna dan Yupiter. Bahkan di Yunani, China, Jepang, Tibet bisa
ditemukan adat pemujaan terhadap dewi Madonna, jauh sebelum Yesus
lahir!
Sampai pada abad ke-4 dan ke-5 Masehi,
ketika dunia pagan (penyembah banyak dewa) Romawi menerima agama baru
yang disebut “Kristen,” dengan membawa adat dan kepercayaan pagan mereka
yang lama. Akibatnya kepercayaan kepada Dewi Madonna, Ibu dan Anak juga
menjadi populer, terutama di waktu hari Natal. Di setiap musim Natal
kita selalu mendengar lagu-lagu atau hymne: “Silent Night” atau “Holy
Night” yang sangat akrab dengan tema pemujaan terhadap Ibu dan Anak.
Kita yang sejak lahir diwarnai oleh alam
budaya Babilonia, telah diajarkan untuk mengagungkan dan memuliakan
semua tradisi yang berasal dari jaman jahiliyah kuno itu. Kita tidak
pernah bertanya untuk mengetahui dari manakah asal usul adat seperti itu
– Apakah ia berasal dari ajaran Bible (Alkitab), ataukah ia berasal
dari kepercayaan penyembah berhala yang sesat?
Kita terperangah seakan-akan tidak mau
menerima kebenaran ini, karena seluruh dunia terlanjur telah
melakukannya. Lebih aneh lagi, sebagian besar meremehkan dan mencemooh
kebenaran ini. Namun Tuhan telah berfirman kepada para utusannya yang
setia:
“Katakan dengan lantang, dan jangan
menghiraukan penghinaan mereka! Kumandangkan suaramu seperti terompet!
Dan tunjukkan di depan umatKu tentang kesesatan mereka!” Memang
kenyataan ini sungguh sangat mengejutkan bagi mereka, meskipun ini
adalah fakta sejarah dan berdasarkan kebenaran dari Bibel (Alkitab).
Natal adalah acara ritual yang berasal
dari masa Babilonia kuno yang belum mengenal agama yang benar. Tradisi
ini diwariskan puluhan abad yang lampau sampai kepada kita.
Di Mesir, ia dipercayai bahwa Dewi Isis
(Dewi Langit) melahirkan anaknya yang tunggal pada tanggal 25 Desember.
Hampir semua orang-orang penyembah berhala (paganis) di dunia waktu itu,
merayakan ulang tahun (Natal) anak dewi Isis ini jauh sebelum kelahiran
Yesus.
Dengan demikian, sudah jelas bagi kita
bahwa 25 Desember itu bukanlah hari kelahiran Yesus Kristus. Para murid
Yesus dan orang-orang Kristen abad pertama tidak pernah menyelenggarakan
Natal, meskipun hanya sekali. Tidak ada ajaran atau pun perintah
perayaan Natal di dalam Bibel. Sekali lagi, perayaan Natal atau
Christmas itu adalah ulang tahun anak dewa yang dianut oleh para
paganis, dan bukan dari ajaran Kristen. Percaya atau tidak, terserah
anda!
Tentang Herbert W. Armstrong (1892-1986)
Herbert W. Amstrong yang sangat dihormati
di kalangan pejabat, pebisnis, industriawan dan ilmuwan di seluruh
dunia ini adalah seorang Pastur Worldwide Church of God yang
berkedudukan di Amerika Serikat. Dia juga sebagai kepala editor majalah
Kristen “Plain Truth” yang bertiras sekitar 8 juta eksemplar tiap bulan.
Majalah ini didirikan pada tahun 1934,
dan beredar ke seluruh dunia. Pada tahun 1947, Amstrong mendirikan
Ambassador College yang sekarang memiliki dua kampus besar di Pasadena
California dan di Big Sandy Texas. Juga mendirikan dan sebagai kepala
Ambassador International Cultural Foundation, yang bergerak di bidang
kebudayaan, bantuan pada masyarakat miskin, dan gerakan kemanusiaan.Sumber
0 komentar:
Posting Komentar