12. Ahasyweros I
Khshayathiya Khshayathiyanam
"Raja segala raja"
"Raja segala raja"
"Xerxes, King of Persia" lukisan Guillaume Rouille (1553 M)
Masa kekuasaan | 486 - 465 SM |
---|---|
Dinobatkan | Oktober 485 SM |
Lahir | 519 BC |
Tempat lahir | Persia |
Wafat | 465 BC (aged 54) |
Tempat wafat | Persia |
Pemakaman | Persia |
Pendahulu | Darius I |
Pengganti | Artahsasta I dari Persia |
Pasangan | Amestris |
Wangsa | Akhemeniyah |
Ayah | Darius I |
Ibu | Atossa |
Agama | Zoroastrianism |
Ahasyweros I dari Persia, (bahasa Persia: خشایارشا Ḫšayāršā, Templat:IPA-ira, bahasa Ibrani: אֲחַשְׁוֵרוֹשׁ, Standar Aẖashverosh Tiberias ʼĂḥašwērôš, bahasa Inggris: Xerxes I of Persia bahasa Inggris: [ˈzɜrksiːz]), juga disebut sebagai Ahasyweros yang Agung adalah raja keempat (berkuasa dari tahun 485–465 SM) dari dinasti Akhemeniyah di Kekaisaran Persia. Xerxes adalah putra dari Darius yang Agung dan Atossa, putri Koresh yang Agung. Dia mencapai kemenangan pertamanya sebagai pemimpin militer dengan menekan pemberontakan di Mesir.
A. Perang Pertama dengan Yunani
Dimulai di 483 SM Xerxes merencanakan kampanye darat dan laut untuk merebut Yunani. Pasukannya menggali kanal di semenanjung timur Yunani di dekat Gunung Athos, yang dibangun depot persediaan untuk baris berbaris, dan dibangun dua jembatan perahu di Hellespont (Dardanella). Pada 480 SM Xerxes meluncurkan serangan. Sejarawan Yunani Herodotus menyatakan bahwa Xerxes membawa hampir 2.000.000 pasukan tempur, termasuk unit unta dan 1.200 kapal angkatan laut. Sejarawan modern memperkirakan tentara yang dibawa berjumlah 250.000 dan armada kapal yang dibawa serta adalah 1.000 buah kapal, termasuk 600 kapal perang triremes (kapal perang dengan tiga bagian dari dayung). Dalam perang yang pertama itu ia mengalami kekalahan dan pulang ke negaranya. Menurut catatan Kitab Ester di Alkitab Ibrani atau Perjanjian Lama di Alkitab Kristen, Xerxes bersemayam di atas takhta kerajaannya di dalam benteng Susan.[1]. Di sana ia mengadakan pesta agung selama 180 hari untuk merayakan kebesarannya. Pesta itu juga untuk menggalang sekutu dan tentara guna melakukan penyerangan lagi ke Yunani. Di akhir pesta itu, ia membuang ratu Wasti, karena tidak mau datang memenuhi panggilannya. Setelah itu Xerxes pergi memimpin tentara Persia menyerang Yunani (482-479 SM)B. Perang Kedua dengan Yunani
Tentara Persia mengalahkan orang-orang Yunani dalam Pertempuran Thermopylae dan menguasai Athena (480 SM). Penaklukan Yunani tampak dekat. Tapi, di bawah arahan Themistocles, angkatan laut Yunani memukul mundur armada Persia pada pertempuran Salamis sementara Xerxes mengawasi dari ketinggian tepi laut. Karena angkatan lautnya hancur, Xerxes mengundurkan diri ke Persia. Bala tentaranya pergi ke Yunani dan dikalahkan di Plataea pada tahun 479 SM. Sejarah Yunani mencatat bahwa setelah kekalahan ini, Xerxes mencari hiburan dengan tinggal bersama gundik-gundiknya. Dalam Kitab Ester dicatat bahwa pada tahun ke-7 pemerintahannya (479 SM), Xerxes memilih ratu pengganti Wasti dari antara anak-anak dara yang sudah dipersiapkan beberapa bulan lamanya. Setiap gadis itu masuk menghadap raja dari balai perempuan ke dalam istana raja. Pada waktu petang ia masuk dan pada waktu pagi ia kembali, tetapi sekali ini ke dalam balai perempuan yang kedua. Ia tidak diperkenankan masuk lagi menghadap raja, kecuali jikalau raja berkenan kepadanya dan ia dipanggil dengan disebutkan namanya.[2] Ester anak Abihail mendapat giliran untuk masuk menghadap raja Xerxes pada bulan yang ke-10 (Tebet) 479 SM. Ester dikasihi oleh baginda lebih dari pada semua perempuan lain, dan ia beroleh sayang dan kasih baginda lebih dari pada semua anak dara lain, sehingga baginda mengenakan mahkota kerajaan ke atas kepalanya dan mengangkat dia menjadi ratu ganti Wasti. Kemudian diadakanlah oleh baginda suatu perjamuan bagi semua pembesar dan pegawainya, yakni perjamuan karena Ester, dan baginda menitahkan kebebasan pajak bagi daerah-daerah serta mengaruniakan anugerah, sebagaimana layak bagi raja.[3]C. Purim
Selanjutnya menurut Kitab Ester, Xerxes mengangkat Haman bin Hamedata, orang Agag, di atas semua pembesar yang ada di hadapan baginda.[4] Karena dendam pribadi terhadap Mordekhai, seorang Yahudi, Haman menghasut raja Xerxes untuk mengeluarkan perintah membasmi semua orang Yahudi dalam wilayah kekuasaannya, tanpa Xerxes mengetahui jelas mengenai suku ini. Perintah itu dikeluarkan tanggal 13 bulan ke-1 (Nisan) dalam tahun yang ke-12 (474 SM) pemerintahan Xerxes. Tanggal pembasmian ditentukan dengan membuang undi (bahasa Ibrani:pur) dan jatuh pada tanggal 13 bulan ke-12 (Adar).[5] Namun berkat campur tangan ratu Ester, rencana Haman terbongkar di depan raja Xerxes, dan Haman dihukum mati dengan digantung kemungkinan pada tanggal 17 bulan ke-1 (Nisan) 474 SM. Selanjutnya, Mordekhai diangkat menjadi perdana menteri menggantikan Haman. Pada tanggal 23 bulan yang ke-3 (bulan Siwan), Mordekhai menulis surat atas nama raja Xerxes dan dimeterai dengan cincin meterai raja, kepada orang Yahudi, dan kepada para wakil pemerintah, para bupati dan para pembesar daerah, dari India sampai ke Etiopia, 127 daerah, isinya: raja mengizinkan orang Yahudi di tiap-tiap kota untuk berkumpul dan mempertahankan nyawanya serta memunahkan, membunuh atau membinasakan segala tentara, bahkan anak-anak dan perempuan-perempuan, dari bangsa dan daerah yang hendak menyerang mereka, dan untuk merampas harta miliknya, pada hari yang sama di segala daerah raja Xerxes, pada tanggal 13 bulan ke-12 (Adar).[6] Pada tanggal 13-14 bulan ke-12 (Adar) 474 SM, orang-orang Yahudi mengalahkan musuh-musuh mereka, dan tanggal 14-15 Adar (~Maret) diperingati sebagai hari raya Purim sesuai ketetapan dari Mordekhai dan ratu Ester anak Abihail.D. Pembangunan
Setelah kegagalan serangan ke Yunani dan kembali ke Persia, Xerxes menyelesaikan pembangunan yang dimulai oleh ayahnya di Susan dan Persepolis. Ia membangun "Gerbang Segala Bangsa" ("Gate of all Nations") dan "Balai Bertiang Seratus" ("Hall of a Hundred Columns") di Persepolis, yang merupakan bangunan terbesar dan termegah di istana. Ia merampungkan Apadana, istana raja Darius dan gudang harta yang dimulai oleh raja Darius, dan juga istananya sendiri yang dua kali lebih besar dari istana ayahnya. Seleranya dalam arsitektur mirip dengan raja Darius, meskipun dalam ukuran lebih besar.[7] Ia juga memelihara "Jalan Raya Kerajaan" ("Royal Road") yang dibangun ayahnya dan juga melengkapi gerbang Susan dan membuat istana di Susan.[8]
Inskripsi raja Ahasyweros Agung dekat Benteng Van (sekarang di wilayah Turki).
E. Akhir hayat
Pada bulan Agustus tahun ke-21 pemerintahannya (465 SM), Xerxes dibunuh oleh kapten pengawalnya, Artabanus, yang merupakan orang terkuat di istana sebagai komandan pasukan seribu (Hazarapat atau "commander of thousand"). Ia menjadi berkuasa karena popularitasnya di kalangan keagamaan istana dan berkat kasak-kusuk di kalangan istri-istri/harem raja. Ia menempatkan 7 putranya di posisi-posisi kunci serta berencana untuk menggulingkan wangsa Akhameniyah dari tahta.[9] Artabanus membunuh Xerxes dengan bantuan seorang sida-sida, Aspamitres. Sejarawan Yunani memberi catatan yang berlainan mengenai peristiwa ini. Menurut Ctesias (dalam Persica 20), Artabanus kemudian menuduh Putra Mahkota Darius, putra sulung Xerxes, membunuh ayahnya dan mendesak putra Xerxes yang lain, Artaxerxes atau Artahsasta, untuk membalas dendam kematian ayahnya dengan menghukum mati Darius. Sebaliknya, Aristoteles (dalam Politics 5.1311b) menulis bahwa Artabanus membunuh Darius terlebih dahulu dan kemudian Xerxes. Setelah Artaxerxes mengetahui pembunuhan itu, ia membunuh Artabanus dan putra-putranya.[10] Turut terlibat dalam kerusuhan itu adalah jenderal Megabyzus, yang beralih haluan mendukung wangsa Akhameniyah dan menyelamatkan kelanggengan tahta Persia bagi wangsa itu. Tahta Ahasyweros diteruskan oleh putranya, Artahsasta I. [11]
Makam yang digali dari batu karang di Naqsh-e Rustam sebelah utara Persepolis, meniru makam Darius Agung, dianggap milik Ahasweros
F. Keturunan
1). Dari ratu Amestris
- putri Amytis, istri Megabyzus putra Zopyres
- Artahsasta I, raja pengganti Ahasyweros
- Darius, putra sulung, dibunuh oleh Artabanus.
- Hystaspes, dibunuh oleh Artahsasta I.
- Achaemenes, dibunuh oleh orang Mesir
- putri Rhodogune
2). Dari istri-istri yang tidak disebut namanya
- Artarius, satrap Babilon.
- Tithraustes
- Arsames atau Arsamenes atau Arxanes atau Sarsamas, satrap Mesir.
- putri Parysatis[12]
- putri Ratashah[13]
Referensi
- ^ Ester 1:2
- ^ Ester 2:12-14
- ^ Ester 2:16-18
- ^ Ester 3:1
- ^ Ester 3:7
- ^ Ester 8:9-14
- ^ Ghirshman, Iran, p.172
- ^ Herodotus VII.11
- ^ Iran-e-Bastan/Pirnia book 1 p 873
- ^ Dandamayev
- ^ History of Persian Empire-Olmstead p 289/90
- ^ Ctesias
- ^ M. Brosius, Women in ancient Persia.
Sumber
0 komentar:
Posting Komentar