Rabu, 01 Januari 2014

Filled Under:

Persia (15)

F. Serangan balasan Persia

Uraian herodotos setelah Pertempuran Ephesos ambigu dalam kronologi pastinya; para sejarawan pada umumnya menempatkan peristiwa di Sardis dan Ephesos pada tahun 498 SM.[44][59] Herodotos selanjutnya menjabarkan penyebaran pemberontakan, dengan demikian pada tahun 490 SM juga, namun dia mengatakan bahwa bangsa Siprus mengalami satu tahun kemerdekaan, yang dengan demikian menaruh tindakan Siprus pada tahun 497 SM.[60] Dia kemudian menyebutkan:"[60]

Daurises, Hymaies, dan Otanes, kesemuanya adalah jenderal Persia dan menikah dengan anak perempuan Darius, mengejar orang Ionia yang telah berarak ke Sardis, dan mendesak mereka hingga ke kapal-kapal mereka. Setelah kemenangan ini mereka saling membagi-bagi kota-kota dan menjarah kota-kota itu.

Kutipan tersebut menyiratkan bahwa para jenderal Persia ini melancarkan serangan balasan dengan segera seusai Pertempuran Ephesos. Akan tetapi, kota-kota yang oleh Herodotos disebutkan dikepung oleh Daurises berada di Hellespontos,[61] yang, berdasarkan perhitungan Herodotos sendiri, tidak terlibat dalam pemberontakan hingga setelah peristiwa di Ephesos. Maka cara paling mudah untuk merukunkan pertentangan ini adalah dengan berasumsi bahwa Daurises, Hymaies, dan Otanes menunggu hingga musim kampanye berikutnya, yaitu tahun 497 SM, sebelum melancarkan serangan balasan. Tindakan Persia yang disebutkan oleh Herodotos di Hellespontos dan Karia tampaknya berlangsung pada tahun yang sama, dan sebagian besar sejarawan menempatkannya pada tahun 497 SM.[59]

1). Siprus

Di Siprus, semua kerajaannya memebrontak kecuali kerajaan Amathos. Pemimpin pemberontakan Siprus adalah Onesilos, saudara raja Salamis-di-Siprus, Gorgos. Gorgos sendiri tidak ingin memberontak, jadi Onesilos mengusir saudaranya itu dari kota dan mengangkat dirinya sendiri menjadi raja. Gorgos selanjutnya mendatangi pihak Persia, sementara Onesilos menghasut kerajaan-kerajaan Siprus lainnya, kecuali Amathos, untuk memberontak. Setelah itu dia mengepung Amathos.[58]

Setahun kemudian, yaitu tahun 497 SM, Onesilos, yang masih mengepung Amathos, mendengar bahwa pasukan Persia yang dipimpin Artybios telah dikerahkan ke Siprus. Onesilos pun mengirim utusan ke Ionia, meminta bantuan mereka. Orang Ionia setuju dan mengirimkan "pasukan besar" ke Siprus.[62] Pasukan Persia akhirnya tiba di Siprus, dibantu oleh armada Fenisia. Pasukan Ionia memutuskan untuk bertempur di laut dan berhasil mengalahkan armada Fenisia itu.[63] Dalam pertempuran darat yang terjadi setelanya, pasukan Siprus memperoleh keuntungan awal dan mampu membunuh Artybios. Akan tetapi, dua kontingen mereka membelot dan berpihak kepada Persia. Akibatnya pasukan Siprus dan Ionia dikalahkan, dan Onesilos terbunuh. Pemberontakan di Siprus akhirnya berakhir, sedangkan pasukan Ionia berlayar pulang.[64]

2). Hellespontos dan Propontis

Pasukan Persia di Asia Kecil tampaknya dikumpulkan kembali pada tahun 497 SM, dengan tiga menantu Darius, yaitu Daurises, Hymaies, dan Otanes, memimpin tiga pasukan.[59] Herodotos berpendapat bahwa ketiga jenderal ini membagi wilayah pemberontakan menjadi tiga dan masing-masing jenderal melancarkan serangan ke tiga wilayah itu.[60]

Daurises, yang tampaknya memiliki pasukan terbesar, awalnya membawa pasukannya ke Hellespontos.[59] Di sana, dia secara sistematis mengepung dan merebut kota Dardanos, Abydos, Perkote, Lampsakos dan Paisos, masing-masing kota direbut dalam waktu satu hari menurut Herodotos.[61] Akan tetapi, ketika dia mengetahui bahwa Karia ikut memberontak, dia segera menggerakkan pasukannya ke selatan untuk menghentikan pemberontakan baru itu.[61] Ini membuat pemberontakan Karia diperkirakan terjadi pada awal tahun 497 SM.[59]

Hymaies pergi ke Propontis dan merebut kota Kios. Setelah Daurises memindahkan pasukan ke Karia, Hymaies berarak menuju Hellespontos dan menaklukkan banyak kota Aiolia serta beberapa kota di Troad. Namun, dia kemudian jatuh sakit dan meninggal, mengakhiri kampanyenya.[65] Sementara itu, Otanes, bersama dengan Artaphernes, melakukan kampanye di Ionia.[66]

3). Karia

a. Pertempuran Marsyas

Di Karia, pasukan pemberontak berkumpul di "Tiang Putih", di Sungai Marsyas (Çine modern), anak sungai Maiandros.[67] Pixodoros, seorang kerabat raja Sisilia, berpendapat bahwa pasukan Karia harus menyeberangi sungai dan bertempur dengan sungai di belakangnya, dengan tujuan mencegah para tentara Karia melarikan diri dan supaya mereka dapat bertempur dengan lebih berani. Gagasan ini ditolak dan pasukan Karia menunggu pasukan Persia yang menyeberangi sungai.[67] Pertempuran yang terjadi kemudian, menurut Herodotos, berlangsung lama, dengan pasukan Karia bertempur dengan tangguh namun pada akhirnya harus kalah akibat pasukan Persia yang lebih banyak. Herodotos menyebutkan bahwa 10.000 orang Karia dan 2.000 tentara Persia meninggal dalam pertempuran itu.[68]

b. Pertempuran Labraunda

Orang-orang Karia yang selamat dari Pertempuran Marsyas melarikan diri ke hutan suci Zeus di Labraunda. Mereka berpikir apakah harus menyerah kepada Persia atau bersama-sama pergi dari Asia Kecil.[68] Kerika sedang membicarakan pilihan-pilihan itu, mereka didatangi oleh pasukan Miletos, dan dengan tambahan tentara ini mereka memutuskan untuk terus bertempur. Pasukan Persia menyerang mereka di Labraunda, dan mengalahkan mereka dengan memberikan kerugian yang bahkan lebih besar, dengan pasukan Miletos khususnya menderita kerugian yang buruk.[69]

Kuil Zeus di Labraunda

c. Pertempuran Pedasos

Setelah kemenangan ganda atas orang Karia, Daurises mulai menyerbu benteng-benteng Karia. Orang Karia masih terus melakukan perlawanan, dan memutuskan untuk menyergap Dariuses di jalan menuju Pedasos.[70] Herodotos menyiratkan bahwa ini kurang lebih terjadi tidak lama setelah Pertempuran Labraunda, namun diduga pula bahwa peristiwa di Pedasos terjadi setahun setelahnya, yaitu pada tahun 496 SM, sehingga memberi cukup waktu bagi orang Karia untuk berkumpul kembali.[59] Pasukan Persia tiba di Pedasos pada malam hari, dan penyergapan pun terjadi, yang berakhir dengan kemenangan besar bagi pasukan Karia. Pasukan Persia menderita kerugian besar akibat penyergapan itu, seluruh pasukan dibantai, sedangkan Daurises, beserta para komandan Persia lainnya, dibunuh.[70] Pembantaian di Pedasos namapknya menciptakan kebuntuan dalam kampanye di Karia, dan hanya ada sedikit kampanye lebih jauh pada tahun 496 SM dan 495 SM.[59]

4). Ionia

Pasukan Persia ketiga, di bawah komando Otanes dan Artaphernes, menyerang Ionia dan Aiolia.[66] Mereka merebut kembali Klazomenai dan Kyme, barangkali pada tahun 497 SM, tapi tampaknya menjadi kurang aktif pada tahun 485 SM dan 495 SM, kemungkinan akibat bencana di Karia.[59]

Pada puncak serangan balasan Persia, Aristagoras, yang merasakan bahwa posisinya tidak aman, memutuskan untuk mengabaikan tanggung jawabnya sebagai pemimpin Miletos dan pemimpin pemberontakan. Dia meninggalkan Miletos bersama semua anggota faksinya yang mau menemaninya, dan pergi ke wilayah Thrakia yang diberikan oleh Darius kepada Histiaios setelah kampanye tahun 513 SM.[71]

Herodotos, yang jelas memiliki pandangan buruk terhadap Aristagoras, menuturkan bahwa dia kehilangan keberanian dan melarikan diri. Beberapa sejarawan modern berpendapat bahwa dia pergi ke Thrakia untuk memanfaatkan sumber daya alam yang besar di sana, untuk digunakan demi mendukung pemberontakan.[1] Beberapa lainnya berpendapat bahwa dia mendapati dirinya berada di tengah konflik internal di Miletos dan memilih pergi daripada memperuncing keadaan.[59]

Di Thrakia, dia menguasai kota yang didirikan oleh Histiaios, yaitu Myrkinos (tempat yang kelak menjadi Amphipholis), dan memulai kampanye melawan penduduk Thrakia lokal.[71] Namun, dalam satu kampanye, kemungkinan pada tahun 497 SM atau 496 SM, dia dibunuh oleh orang Thrakia.[72] Aristagoras merupakan satu orang yang mungkin dapat memberikan tujuan kepada pemberontakan, dan dengan kematiannya pemberontakan pun menjadi tanpa pemimpin.[44][59]

Tidak lama setelah itu, Histiaios dibebaskan dai tugasnya di Susa oleh Darius dan dikirim ke Ionia. Dia berhasil membujuk Darius untuk mengizinkannya pergi ke Ionia dengan cara berjanji akan membuat orang Ionia mengakhiri pemberontakan mereka. Akan tetapi Herodotos berpendapat bahwa tujuan aslinya adalah supaya dapat pergi dan kekangan di Persia.[73] Ketika dia tiba di Sardis, Artaphernes secara langsung menuduhnya berkomplot dengan Aristagoras dalam menggerakan pemberontakan. Artaphernes berkata, "Akan aku ceritakan kepada engkau, wahai Histiaios, kebenaran dalam urusan ini, Adalah dirimu yang merancang segalanya, dan Aristagoras yang melaksanakannya."[74] Histiaios pergi malam itu juga ke Khios dan pada akhirnya berangkat menuju Miletos.[75] Namun, Miletos baru saja bebas dari tiran sehingga tak mau menerima Histiaios lagi sebagai penguasa. Maka dari itu Histiaios pun pergi ke Mytilene di Lesbos dan membujuk rakyat Lesbos untuk memberinya delapan trireme. Dia lalu berlayar ke Byzantion bersama semua orang yang bersedia mengikutinya. Di sana dia mendirikan kekuasaannya, mermpas semua kapal yang berusaha berlayar melalui Bosporus, kecuali jika mereka mau mengabdi kepadanya[75]
(Bersambung)

0 komentar:

Posting Komentar

Copyright @ 2013 PEJUANG ISLAM.