21. Pemberontakan Ionia
Bagian dari Perang Yunani-Persia
Letak Ionia di Asia Kecil
|
|||||||||
Pihak yang terlibat | |||||||||
---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|
Ionia, Aiolis, Doris, Karia Athena, Eretria, Siprus |
Persia | ||||||||
Komandan | |||||||||
Aristagoras, Kharopinos, Hermophantos, Eualkides†, Melanthius Dionysios dari Phokaia Histiaios |
Megabates, Artaphernes, Daurises†, Hyamees, Otanes, Datis |
Pemberontakan Ionia dan pemberontakan terkait di Aiolis, Doris, Siprus, dan Karia, adalah pemberontakan militer oleh beberapa daerah di Asia Kecil terhadap kekuasaan Persia, dan berlangsung dari tahun 499 SM sampai 493 SM. Penyebab pemberontakan ialah ketidakpuasan kota-kota Yunani di Asia Kecil terhadap para tiran yang ditunjuk oleh Persia untuk memimpin mereka, juga kemarahan terhadap tindakan individual oleh dua tiran Miletos, yaitu Histiaios dan Aristagoras. Kota-kota Ionia sendiri ditaklukkan oleh Persia sekitar tahun 540 SM, dan sejak itu diperintah oleh tiran, yang diusulkan oleh satrap Persia di Sardis. Pada tahun 499 SM, tiran Miletos, Aristagoras, melancarkan ekspedisi gabungan bersama satrap Persia, Artaphernes, untuk menaklukkan Naxos, dengan tujuan menaikkan posisinya. Misi tersebut gagal, dan merasa bahwa dia akan dipecat, Aristagoras memilih untuk menghasut seluruh Ionia untuk memberontak menentang kaisar Persia, Darius yang Agung.
Pada tahun 498 SM, dibantu oleh pasukan dari Athena dan Eretria, pasukan Ionia bergerak, menangkap, dan membakar kota Sardis. Namun dalam perjalanan pulangnya, mereka diikuti oleh pasukan Persia, dan secara telak dikalahkan pada Pertempuran Ephesos. Kampanye ini adalah satu-satunya tindakan ofensif dari pihak Ionia, yang untuk selanjutnya malah menjadi tindakan defensif. Persia menanggapi pada tahun 497 SM dengan serangan bercabang tiga yang diarahkan untuk menangkap daerah di sekitar wilayah para pemberontak, tapi menyebarnya pemberontakan ke Karia membuat pasukan terbesar Persia, dipimpin oleh Darius, harus dipindahkan ke sana. Walaupun pada walnya meraih keberhaslan di Karia, pasukan Persia dikalahkan dalam suatu penyergapan pada Pertempuan Pedasos. Ini berakibat pada kebuntuan untuk sisa tahun 496 dan 489 SM.
Pada tahun 494 SM, angkatan darat dan angkatan laut Persia berkumpul kembali, dan mereka menuju tepat ke pusat pemberontakan di Miletos. Angatan laut Ionia berusaha mempertahankan Miletos di laut, tapi secara telak dikalahkan pada Pertempuran Lade, setelah bangsa Samos berkhianat dan balik mendukung Persia. Miletos dikepung dan dikuasai oleh Persia. Peristiwa di Miletos membuat pemberontakan berhenti, dan orang-orang Karia pun menyerah kepada Persia. Persia menghabiskan tahun 493 SM untuk menumpas sisa-sisa pemberontakan di kota-kota lainnya, sebelum akhirnya menetapkan kesepakatan damai di Ionia.
Pemberontakan Ionia merupakan konflik besar pertama antara Yunani melawan Kekaisaran Persia, dan menjadi fase pertama dalam Perang Yunani-Persia. Meskipun Asia Kecil berhasil dikuasai kembali oleh Persia, namun Darius bersumpah untuk menghukum Athena dan Eretria atas tindakan mereka yang membantu para pemberontak. Selain itu, Darius juga melihat bahwa kota-kota di Yunani dapat mengancam kestabilan Kekaisarannya. Maka dari itu, Darius pun berniat melakukan invasi ke Yunani.
A. Sumber
Secara praktis, satu-satunya sumber primer untuk Pemberontakan Ionia adalah sejarawan Yunani Herodotos.[1] Herodotos, yang disebut sebagai 'Bapak Sejarah',[2] lahir pada tahun 484 SM di Halikarnassos, Asia Kecil (ketika itu dikuasai oleh Persia). Dia menulis karyanya yang berjudul Historia
sekitar tahun 440–430 SM, berusaha untuk melacak asal usul Perang
Yunani-Persia, yang ketika itu merupakan peristiwa yang belum terlalu
lama berlalu (perang itu berakhir pada tahun 450 SM).[3][4]
Pendekatan Herodotos sepenuhnya baru, dan setidaknya di masyarakat
Barat, dia tampaknya menciptakan 'sejarah' seperti yang kini diketahui.[4] Seperti dinyatakan oleh Holland:[4]
“ | Untuk pertama kalinya, seorang penulis kronik memutuskan untuk melacak asal usul suatu konflik bukan ke masa silam yang begitu jauh demi terlihat menjadi sangat menakjubkan, bukan juga kepada tingkah laku dan keinginan dewa tertentu, bukan kepada klaim orang demi mewujudkan takdir, namun lebih kepada penjelesan yang dapat dia verifikasi secara pribadi. | ” |
Pandangan negatif tentang Herodotos berlanjut hingga Eropa Renaisans, meskipun karyanya tetap banyak dibaca.[8] Akan tetapi, sejak abad ke-19 reputasinya secara dramatis mengalami perbaikan akibat masa demokrasi dan temuan-temuan arkeologis yang berulang kali menunjukkan bahwa catatan sejarahnya memang akurat.[9] Pandangan modern yang kini berlaku adalah bahwa Herodotos secara umum melakukan pekerjaan yang baik dalam karyanya Historia, namun beberapa rincian spesifiknya (terutama mengenai jumlah pasukan dan tanggal kejadian) harus dicermati dengan skeptisisme.[9] Meskipun demikian, masih ada beberapa sejarawan yang menganggap bahwa Herodotos memiliki kecenderungan anti-Persia dan bahwa banyak bagian dari kisahnya yang dibuat-buat demi tujuan dramatis[10]
B. Latar belakang
Pada Zaman Kegelapan Yunani yang berlangsung setelah runtuhnya peradaban Mykenai,[11] banyak orang Yunani yang beremigrasi ke Asia Kecil dan bermukim di sana. Para pemukim ini berasal dari tiga kelompok suku: suku Aiolia, Doria, dan Ionia.[12][13] Orang Ionia bermukim di pesisir Lydia dan Karia, mendirikan dua belas kota yang membentuk daerah Ionia.[13] Kota-kota ini antara lain Miletos, Myos dan Priene di Karia; Ephesos, Kolophon, Lebedos, Teos, Klazomenai, Phokaia dan Erythrai di Lydia; serta pulau Samos dan Khios.[14][15][16]
Peta periode akhir Kekaisaran Lydia di bawah Kroisos, abad ke-6 SM.
Ketika sedang berperang melawan Lydia, Koresh mengirim pesan kepada kota-kota Yunani di Ionia. Dia meminta mereka untuk memberontak terhadap kekuaaan Lydia. Permintaannya ditolak oleh orang-orang Ionia.[21] Setelah Koresh selesai menaklukkan Lydia, kota-kota Ionia kini menawarkan diri untuk berada di bawah kekuasaan Persia dengan kesepakatan yang sama seperti ketika dikuasai oleh Kroisos dari Lydia..[21] Koresh menolak dan mengungkit-ungkit keengganan bangsa Ionia ketika dulu mereka tidak mau membantunya. Bangsa Ionia dengan demikian bersiap-siap untuk mempertahankan diri, dan Koresh mengirim jenderal Media, Harpagos, untuk menaklukkan mereka.[24] Dia pertama-tama menyerang Phokaia; orang-orang Phokaia memutuskan untuk meninggalkan kota mereka dan berlayar menyelamatkan diri ke Sisilia, daripada harus tunduk di bawah kekuasaan Persia (meskipun kemudian banyak pula yang kembali).[25] Beberapa orang Teos juga memilih untuk bermigrasi ketika Harpagos menyerang kota mereka, tapi bangsa Ionia di kota-kota lainnya tetap bertahan, dan satu demi satu kota-kota Ionia ditaklukkan oleh Persia.[26]
Sekitar 40 tahun setelah penaklukan Persia atas Ionia, dan pada masa pemerintahan raja Persia keempat, Darius Agung, tiran Miletos saat itu, Aristagoras, mendapati dirinya berada dalam permasalahan seperti di atas.[28] Paman Aristagoras, Histiaios, pernah menemani Darius dalam kampanyenya pada tahun 415 SM, dan ketika ditawarkan imbalan, meminta bagian wilayah Thrakia yang telah ditaklukkan Persia. Meskipun permintaan itu dikabulkan, ambisi Histiaios membuat para penasehat Darius cemas, akibatnya Histaios kembali diberi "hadiah" lain, yaitu dijadikan "Kawan Semeja Raja" (kemungkinan sebagai penasehat) Darius, yang membuat Histaios harus terus berada di Susa, sehingga Persia tak perlu cemas lagi akan ambisinya. Jabatan tiran kemudian diwariskan kepada Aristagoras, yang harus menghadapi rasa ketidaksukaan rakyat Miletos kepada Persia.[28][29]
Pada tahun 500 SM, Aristagoras didekati oleh beberapa aristokrat yang terusir dari Naxos. Mereka meminta Aristagoras untuk membantu mereka kembali berkuasa di Naxos.[30] Melihat adanya kesempatan untuk memperkuat posisinya di Miletos dengan cara menaklukkan Naxos, Aristagoras pun mendatangi satrap Lydia, Artaphernes, dengan sebuah tawaran. Jika Artaphernes menyediakan pasukan, Aristagoras akan menaklukkan Naxos atas nama Dairus sehingga wilayah Persia akan bertambah luas, dan Artaphernes juga akan diberikan bagian dari rampasan perang untuk mengganti biaya pembentukan pasukan.[31] Artaphernes setuju dan meminta izin Darius untuk melancarkan ekspedisi. Darius memberi izin dan dibentuklah armada laut yang terdiri atas 200 trireme yang akan dikerahkan untuk menyerang Naxos setahun kemudian.[32]
(Bersambung)
0 komentar:
Posting Komentar