5. Astyages
Masa kekuasaan | 585 SM- 550 SM(menurut Herodotus) | ||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|
Tempat lahir | Ecbatana | ||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
Pendahulu | Cyaxares Agung | ||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
Pengganti | Koresh Agung | ||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
Ratu | Aryenis dari Lydia | ||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
Dinasti | Kerajaan Media | ||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
Agama | Zoroastrianisme |
Astyages (oleh Herodotus dieja sebagai Ἀστυάγης - Astyages; oleh Ctesias sebagai Astyigas; oleh Diodorus sebagai Aspadas; bahasa Akkadia: Ištumegu) adalah raja kerajaan Media terakhir (memerintah tahun 585 SM-550 SM). Ayahnya bernama Cyaxares. Ia digulingkan dari tahta pada tahun 550 SM oleh raja Koresh Agung. Ini dicatat dalam Silinder Nabonidus.
Namanya diturunkan dari bahasa Iran kuno Rishti Vaiga, artinya "melayangkan tombak"[1]
Kerajaan Media pada zaman pemerintahan Cyaxares Agung, dan Astyages.
Reign
Astyages meneruskan tahta ayahnya pada tahun 585 SM, setelah Perang Halys, yang mengakhiri perselisihan 5 tahun antara orang Lydian dan Media. Ia mewarisi kerajaan yang luas, memerintah dengan sekutunya yaitu 2 orang saudara ipar laki-lakinya, Croesus dari Lydia (saudara istrinya, Aryenis), dan Nebukadnezar dari Babel, di mana istrinya, Amytis, saudara perempuan Astyages, adalah ratu yang dibuatkan "Taman Gantung" oleh Nebukadnezar.
Perkawinan Astyages dengan Aryenis, saudara perempuan Croesus, raja Lydia, membuat hubungan yang erat antara kedua kerajaan pada saat Astyages naik tahta setelah kematian ayahnya pada tahun yang sama beberapa waktu kemudian. Putri mereka, Amytis (namanya sama dengan Amytis yang menikah dengan Nebukadnezar) menikah dengan Koresh Agung.
Pemerintahan Astyages ditandai dengan kestabilan dan pertumbuhan agama Zoroastrianisme di seluruh wilayah kekuasaannya, bersamaan dengan Croesus yang memiliki filsuf-filsuf barat yang tersohor (Thales, Solon, Aesop, dan lain-lain), serta Nebukadnezar yang sibuk menjadikan ibukotanya, Babylon, menjadi kota metropolitan terbesar yang pernah ada di dunia saat itu.
Setelah 32 tahun memerintah dengan stabil, Astyages kehilangan dukungan para bangsawannya dalam perang melawan cucunya, Koresh, seperti yang dicatat panjang dalam buku Cyropaedia karya Xenophon, dan akibatnya muncul Kekaisaran Akhaemeniyah, yang dianggap penerus wangsa Media.
Koresh dan Astyages dalam catatan Herodotus
Sejarawan Yunani, Herodotus, mengisahkan impian Astyages bahwa putrinya, Mandane, melahirkan seorang putra yang akan menghancurkan kerajaannya. Karena takut akan mimpi ini, Astyages menikahkan putrinya dengan Cambyses I dari Anšan, Persia, yang mempunyai reputasi sebagai "pangeran pendiam dan bijak" yang diyakini oleh Astyages tidak akan menjadi ancaman baginya.[2] Ketika bermimpi kedua kalinya mengenai bahaya dari keturunan Mandane, Astyages mengirim jenderalnya, Harpagus, untuk membunuh anak kecil itu, yaitu Koresh.[3] Harpagus tidak mau menumpahkan darah keturunan raja, karena itu ia memberikan bayi itu kepada seorang gembala, Mitridates, yang istrinya baru melahirkan anak yang mati dalam kandungan.[4] Koresh dibesarkan oleh Mitridates sebagai anaknya sendiri, sedangkan Harpagus menunjukkan bayi yang mati dalam kandungan kepada Astyages sebagai Koresh yang mati. Ketika Koresh ditemukan hidup pada usia 10 tahun, Astyages tidak membunuhnya karena nasehat seorang majus (bijak), melainkan mengembalikannya ke orangtuanya di Anshan. Namun, Harpagus, tidak lepas dari hukuman, yaitu diberi makan daging mayat putranya sendiri dalam suatu pesta oleh Astyages. Koresh meneruskan tahta ayahnya tahun 559 SM, dan pada tahun 553 SM, atas nasehat Harpagus, yang ingin membalas dendam kematian anaknya, Koresh memberontak terhadap Astyages. Setelah 3 tahun bertempur, tentara Astyages membelot pada perang Pasargadae, sehingga Koresh dapat menguasai kerajaan Media. Astyages diampuni nyawanya oleh Koresh, dan meskipun diejek-ejek oleh Harpagus, Herodotus mengatakan Astyages diperlakukan dengan baik dan tetap tinggal di istana Koresh sampai matinya.
Tidak mengikuti mitos populer bahwa Koresh disusui oleh seekor anjing,[5] Herodotus menjelaskan bahwa gembala Mitridates tinggal dengan budak perempuan Astyages, 'Spaco,' yang dalam bahasa Media artinya "anjing."[6] Setelah Astyages digulingkan, Croesus menyerang Koresh untuk membalaskan dendam Astyages. Koresh, dibantu oleh Harpagus, mengalahkan Croesus dan menguasai Lydia pada tahun 547 SM.
Impian Astyages (Perancis, abad ke-15 M).
Referensi
- ^ Astyages, Encyclopaedia Iranica
- ^ Herodotus mencatat dengan tepat nama kedua orangtua Koresh, meskipun ia tidak tahu bahwa Cambyses adalah raja, menurut: How, W. W., & Wells, J. (1991). A commentary on Herodotus with introduction and appendixes. Oxford [Oxfordshire]: Oxford University Press. i.107
- ^ Pakar modern umumnya menolak pendapat Herodotus bahwa Koresh adalah cucu Astyages, menurut: How and Wells i.107
- ^ Mitridates, atau Mithridates, dihubungkan dengan Mithra, yaitu Faustulus, yang menemukan Romulus and Remus, dan hubungannya dengan Faunus.
- ^ Anjing dianggap suci oleh orang Persia. bandingkan juga legenda Sargon, atau legenda Romulus dan Remus yang disusui oleh serigala betina. (bahasa Latin: Lupa)
- ^ Herodotus i.110, Justin (i.4) mencatat baik legenda maupun penjelasan Herodotus, menurut: How and Well, i.110
Sumber
6. Lydia
Lydia (Assyria: Luddu; Yunani: Λυδία) adalah region historik di Asia Kecil barat, kongruen dengan provinsi modern Izmir dan Manisa di Turki. Ibukota tradisionalnya adalah kota Sardis. Namun, pada puncak kekuasaannya, kerajaan Lydia meliputi seluruh Anatolia barat. Lydia nantinya menjadi nama provinsi di Kekaisaran Romawi. Koin ditemukan di Lybia pada sekitar tahun 660 SM.
Peta Lydia Croesus' Lydia pada abad ke-6 SM.
Referensi
R.S.P. Beekes. The Origin of the Etruscans.
Sumber
0 komentar:
Posting Komentar