Rabu, 01 Januari 2014

Filled Under:

Persia (4)

4. Koresh yang Agung

Rajadiraja Persia, Raja Āryāvarta,[1][2] Raja Anshan, Raja Media, Raja Babel, Raja Sumeria dan Akkadia, "King of the Four Corners of the World"[3]

Masa kekuasaan 559 SM – 530 SM (30 tahun)
Lahir 600 SM or 576 SM
Tempat lahir Anshan, Persia
Wafat 4 Desember 530 SM[4]
Tempat wafat Along the Syr Darya
Pemakaman Pasargadae
Pendahulu Cambyses I
Pengganti Cambyses II
Pasangan Cassandane
Anak Cambyses II
Bardiya
Artystone
Atossa
Roxane[5]
Wangsa Akhemeniyah
Ayah Cambyses I
Ibu Mandane of Media

Koresh Agung (atau Koresy Agung; bahasa Inggris: Cyrus the Great) adalah pendiri Kekaisaran Persia. Ia memulai kariernya selaku pejabat rendahan di bagian barat daya Iran, dia mendapat banyak kemenangan lewat pertempuran dan menguasai tiga kerajaan besar yaitu; Media, Lydia dan Babilonia. Ia juga menyatukan hampir seluruh daerah Timur Tengah lama menjadi satu negara yang membentang mulai India hingga Laut Tengah. Raja ini disebut namanya dalam Alkitab Ibrani atau Perjanjian Lama di Alkitab Kristen karena titahnya untuk mengembalikan orang-orang buangan, termasuk bangsa Yahudi, kembali ke tanah air masing-masing, serta mengijinkan orang-orang Yahudi membangun kembali Bait Suci di Yerusalem (Yesaya 45:13; 2 Tawarikh 36:22-23; Ezra 1:1-8). Titah itu ditulis antara lain dalam Silinder Koresh, yang ditulis tahun 539 SM dan saat ini disimpan di British Museum, London.

Latar belakang

Koresh (atau Kurush nama Persianya, dalam bahasa Inggris Cyrus) dilahirkan sekitar tahun 576 SM di provinsi Persis (kini Fars), di barat daya Iran. Daerah ini saat itu merupakan provinsi kerajaan Media. Koresh berasal dari keturunan penguasa lokal yang merupakan bawahan Raja Media.

Kudeta Kerajaan Media oleh Koresh

Meskipun ayahnya, Cambyses I, mati tahun 551 SM, Koresh sudah memerintah sejak tahun 559 SM sebagai raja muda. Bersama panglima kerajaan Media yang membelot, Harpagus, Koresh memberontak terhadap raja Astyages mulai musim panas tahun 553 SM, dengan peperangan pertama pada awal tahun 552 SM. Harpagus dan Koresh merebut ibukota Media, Ekbatana, tahun 549 SM, dan menjadi raja atas seluruh tanah Media dan Persia.[6] Raja Asyages diberi ampun dan dijadikan gubernur salah satu propinsi. Pada tahun 546 SM, Koresh resmi memakai gelar "Raja Persia". Pamannya, Arsames, yang menjadi raja kota Persepolis (Parsa) di bawah kerajaan Media, nampaknya dengan damai menyerahkan kekuasaannya kepada Koresh dan menjabat sebagai gubernur Parsa di bawah kekuasaan Koresh.[7] Putra Arsames, Hystaspes (ayah dari Darius I), yang juga sepupu Koresh, dijadikan wakil raja (satrap) dari Parthia dan Phrygia. Jadi Koresh menyatukan kerajaan kembar Akhemeniyah yaitu Parsa dan Anshan menjadi Kekaisaran Persia. Arsames masih hidup saat cucunya Darius I menjadi raja Persia, setelah matinya kedua anak Koresh.[8]

Penyerangan ke Kerajaan Lydia

Saudara ipar Astyages, raja Kroesus dari Lydia, pertama-tama menyerang kota Pteria (sekarang di Turki), rupanya sebagai balas dendam atas kekalahan Astyages. Koresh membawa tentara untuk menyerang Pteria tahun 546 SM. Kroesus mundur ke Sardis, ibukotanya pada keesokan harinya.[9] Koresh kemudian mengepung kota Sardis. Harpagus menasehatkan Koresh untuk menempatkan onta-ontanya di depan tentaranya. Kuda-kuda Lydia tidak terbiasa membau onta, menjadi takut, sehingga Koresh dapat mengalahkan tentara Lydia dengan mudah. Koresh menangkap Kroesus dan menguasai kota Sardis. Menurut penulis sejarah Yunani, Herodotus, Koresh mengampuni Kroesus dan menjadikannya penasehat, namun menurut Tawarikh Nabonidus, raja Lydia dibunuh oleh Koresh.[10]

Croesus on the pyre. Attic red-figure amphora, 500–490 BC, Louvre (G 197)

Penyerangan ke Kerajaan Babilonia

Tahun 540 SM, Koresh merebut Elam (Susiana) dan ibukotanya, Susan.[11] Tawarikh Nabonidus mencatat bahwa sebelum perang itu, Nabonidus memindahkan patung-patung dewa ke dalam ibukota Babilon, sehingga diperkirakan perang dimulai pada musim dingin 540 SM.[12] Harran Stelae H2 - A, dan Tawarikh Nabonidus (tahun ke-17) menunjukkan Nabonidus merayakan tahun baru Akitu pada tanggal 1 Nissanu (4 April 539 SM) di Babilon. Di awal Oktober 539 SM, Koresh mengalahkan tentara Babel dalam Perang Opis, dengan sungai Tigris, di utara Babilon. Tanggal 10 Oktober, kota Sippar jatuh tanpa perlawanan berarti.[13] Tanggal 15 Oktober, Gubaru, panglima Koresh, memasuki ibukota Babilon, tanpa perlawanan berarti dari tentara Babel.[14] Herodotus menjelaskan bahwa tentara Persia menggunakan danau yang dibuat oleh ratu Babel, Nitokris, tadinya untuk melindungi Babilon dari serangan kerajaan Media, untuk membelokkan aliran sungai Efrat ke dalam kanal sehingga tinggi air tinggal selutut. Ini memudahkan tentara Persia untuk masuk kota melalui sungai pada waktu malam.[15] Hal ini tidak berbeda dengan catatan dalam Kitab Daniel, bahwa raja Belsyazar dibunuh oleh tentara Persia pada waktu malam tanpa peperangan besar (Daniel 5:28). Pada tanggal 29 Oktober, Koresh masuk kota Babilon.[16]

Diproyeksikan ke batas modern, kerajaan Achaemenid di bawah Koresh membentang dari Turki, Israel, Georgia dan Arabia di barat sampai ke Kazakhstan, Kyrgyzstan, Sungai Indus (Pakistan) dan Oman di timur. Persia menjadi kerajaan terbesar di dunia.

Politik dan pemerintahan

Koresh adalah seorang pemimpin yang punya kebolehan bidang militer. Tetapi itu cuma satu sisi dari seorang manusia. Yang lebih menonjol, mungkin, adalah kebijakan cara memerintahnya. Dia terkenal amat toleran terhadap agama-agama setempat dan juga adat-istiadat mereka. Dan dia senantiasa menjauhkan diri dari sikap kejam dan ganas seperti lazimnya para penakluk. Orang-orang Babilonia, misalnya, bahkan lebih kentara lagi orang Assyria, telah membunuh beribu-ribu manusia dan mengusir semua penduduk yang dikuatirkan bakal berontak. Misalnya, ketika Babilonia menaklukkan Yudea tahun 586 SM, mereka memboyong orang Yudea ke Babilonia. Tetapi lima puluh tahun kemudian, sesudah Koresh menaklukkan Babilonia, dia beri ijin orang-orang Yahudi kembali ke kampung halamannya. Kalau tidak karena Koresh, rasanya orang-orang Yahudi itu akan musnah sebagai kelompok yang terasing di abad ke-5 SM[17].

Akhir hayat

Tulisan kuneiform dari Babilon memberi bukti bahwa Koresh mati sekitar Desember 530 SM, yaitu dari tulisan terakhir mengenai pemerintahannya, (lempengan dari Borsippa tertanggal 12 Agustus 530 SM) dan referensi pertama mengenai pemerintahan putranya, Cambyses II (lempengan dari Babilon tertanggal 31 Agustus 530 SM)[18] yang menggantikannya sebagai raja.

Makam

Makamnya terletak di ibukota Pasargadae (dibangun sekitar 530 SM) yang masih ada sampai sekarang. Penulis sejarah, Strabo dan Arrian mencatat gambaran yang hampir sama tentang makam ini berdasarkan laporan Aristobulus dari Cassandreia, yang atas perintah Iskandar Agung (Alexander the Great) mengunjungi makam ini 2 kali.[19] Menurut Plutarch, batu nisannya bertuliskan,
O insan, siapapun engkau dan darimanapun engkau datang, karena aku tahu engkau akan datang, akulah Koresh yang memenangkan kerajaan untuk orang-orang Persia. Karenanya janganlah berkeberatan terhadapku akan sedikit tanah ini untuk menutupi tulang-tulangku.[20]
Makam Koresh di Pasargadae, Iran, sebuah tempat pelestarian dunia (World Heritage Site) oleh UNESCO (2006).

Daerah kekuasaan pada puncak kejayaannya

  1. Kerajaan Media (wilayah Iran sekarang ini) dan provinsi Persis di barat daya Iran
  2. Kerajaan Babilonia di Mesopotamia (wilayah Irak sekarang ini)
  3. Suriah dan Palestina
  4. Mesir
  5. beberapa daerah di timur laut dari kerajaan Media (Asia Tengah), didapatnya dari menaklukkan Massage Tae, suku nomad yang hidup di Asia Tengah sebelah timur laut Kaspia
  6. Kerajaan Lidia di Asia Kecil (wilayah Turki sekarang ini)
  7. sebagian negara Pakistan dan Afganistan sekarang ini
  8. Sedikit daerah India

Referensi

  1. ^ Untuk Āryāvarta, lihat: Vesta Sarkhosh Curtis, Sarah Stewart (2005). Birth of the Persian Empire. I. B. Tauris. ISBN 978-1-84511-062-8.
  2. ^ Thomas J. Hopkins (1971). The Hindu religious tradition. Dickenson Pub. Co. hlm. 52. ISBN 978-0-8221-0022-5.
  3. ^ Ghasemi, Shapour. "The Cyrus the Great Cylinder". Iran Chamber Society. Diakses 2009-02-22.
  4. ^ http://www.iranicaonline.org/articles/cyrus-iiI
  5. ^ Dandamayev,Muhammad A.,CYRUS iii. Cyrus II The Great, Encyclopædia Iranica
  6. ^ P. Briant, From Cyrus to Alexander, pp. 31–33.
  7. ^ Jack Martin Balcer (1984). Sparda by the bitter sea: imperial interaction in western Anatolia. Scholars Press. hlm. 137.
  8. ^ A. Sh. Sahbazi, "Arsama", in Eancyclopaedia Iranica.
  9. ^ Herodotus, The Histories, Book I, 440 BC. Translated by George Rawlinson.
  10. ^ Croesus: Fifth and last king of the Mermnad dynasty.
  11. ^ Tavernier, Jan. "Some Thoughts in Neo-Elamite Chronology". hlm. 27.
  12. ^ Kuhrt, Amélie. "Babylonia from Cyrus to Xerxes", in The Cambridge Ancient History: Vol IV — Persia, Greece and the Western Mediterranean, pp. 112–138. Ed. John Boardman. Cambridge University Press, 1982. ISBN 0-521-22804-2
  13. ^ Tawarikh Nabonidus, 14.
  14. ^ Tawarikh Nabonidus, 15-16.
  15. ^ Potts, Daniel (1996). Mesopotamian civilization: the material foundations. Cornell University Press. hlm. 22–23. ISBN 978-0-8014-3339-9.
  16. ^ Tawarikh Nabonidus, 18.
  17. ^ Media.isnet.org/iptek/100/Cyrus.html
  18. ^ R.A. Parker and W.H. Dubberstein, Babylonian Chronology 626 B.C. - A.D. 75, 1971.
  19. ^ Strabo, Geographica 15.3.7; Arrian, Anabasis Alexandri 6.29
  20. ^ Life of Alexander, 69, in Plutarch: The Age of Alexander, translated by Ian Scott-Kilvert (Penguin Classics, 1973), p.326.; similar inscriptions give Arrian and Strabo.


Sumber

0 komentar:

Posting Komentar

Copyright @ 2013 PEJUANG ISLAM.