Dekrit Sultan Agung berlaku di seluruh wilayah kerajaan Mataram II: seluruh pulau Jawa dan Madura kecuali Banten, Batavia dan Banyuwangi (=Balambangan). Ketiga daerah terakhir ini tidak termasuk wilayah kekuasaan Sultan Agung. Pulau Bali dan Palembang yang mendapatkan pengaruh budaya Jawa, juga tidak ikut mengambil alih kalender karangan Sultan Agung ini.
Daftar bulan Jawa Islam
Di bawah ini disajikan nama-nama bulan Jawa Islam. Sebagian nama bulan diambil dari Kalender Hijriyah, dengan nama-nama Arab, namun beberapa di antaranya menggunakan nama dalam bahasa Sanskerta seperti Pasa, Sela dan kemungkinan juga Sura. Sedangkan nama Apit dan Besar berasal dari bahasa Jawa dan bahasa Melayu. Nama-nama ini adalah nama bulan kamariah atau candra (lunar). Penamaan bulan sebagian berkaitan dengan hari-hari besar yang ada dalam bulan hijriah, misalnya Pasa berkaitan dengan puasa Ramadhan, Mulud berkaitan dengan Maulid Nabi pada bulan Rabi'ul Awal, dan Ruwah berkaitan dengan Nisfu Sya'ban dimana dianggap amalan dari ruh selama setahun dicatat.No | Penanggalan Jawa | Lama Hari |
---|---|---|
1 | Sura | 30 |
2 | Sapar | 29 |
3 | Mulud | 30 |
4 | Bakda Mulud | 29 |
5 | Jumadilawal | 30 |
6 | Jumadilakir | 29 |
7 | Rejeb | 30 |
8 | Ruwah (Arwah, Saban) | 29 |
9 | Pasa (Puwasa, Siyam, Ramelan) | 30 |
10 | Sawal | 29 |
11 | Sela (Dulkangidah, Apit) * | 30 |
12 | Besar (Dulkahijjah) | 29 |
Total | 354 |
- Warana • Sura, artinya rijal
- Wadana • Sapar, artinya wiwit
- Wijangga • Mulud, artinya kanda
- Wiyana • Bakda Mulud, artinya ambuka
- Widada •Jumadi Awal, artinya wiwara
- Widarpa • Jumadi Akhir, artinya rahsa
- Wilapa • Rejep, artiya purwa
- Wahana • Ruwah, artinya dumadi
- Wanana • Pasa, artinya madya
- Wurana • Sawal, artinya wujud
- Wujana • Sela, artinya wusana
- Wujala • Besar, artinya kosong
Keterangan
- Nama alternatif bulan Dulkangidah adalah Sela atau Apit. Nama-nama ini merupakan peninggalan nama-nama Jawa Kuno untuk nama musim ke-11 yang disebut sebagai Hapit Lemah. Sela berarti batu yang berhubungan dengan lemah yang artinya adalah “tanah”. Lihat juga di bawah ini.
Daftar bulan Jawa matahari
Pada tahun 2011 Masehi, karena penanggalan kamariah dianggap tidak memadai sebagai patokan para petani yang bercocok tanam, maka bulan-bulan musim atau bulan-bulan surya yang disebut sebagai pranata mangsa, dikodifikasikan oleh Sunan Pakubuwana VII[1] atau penggunaannya ditetapkan secara resmi. Sebenarnya pranata mangsa ini adalah pembagian bulan yang asli Jawa dan sudah digunakan pada zaman pra-Islam. Lalu oleh beliau tanggalnya disesuaikan dengan penanggalan tarikh kalender Gregorian yang juga merupakan kalender surya. Tetapi lama setiap mangsa berbeda-beda.No | Penanggalan Jawa | Awal | Akhir |
---|---|---|---|
1 | Kasa | 23 Juni | 2 Agustus |
2 | Karo | 3 Agustus | 25 Agustus |
3 | Katiga (Katelu) | 26 Agustus | 18 September |
4 | Kapat | 19 September | 13 Oktober |
5 | Kalima | 14 Oktober | 9 November |
6 | Kanem | 10 November | 22 Desember |
7 | Kapitu | 23 Desember | 3 Februari |
8 | Kawolu | 4 Februari | 1 Maret |
9 | Kasanga | 2 Maret | 26 Maret |
10 | Kadasa | 27 Maret | 19 April |
11 | Dhesta* | 20 April | 12 Mei |
12 | Sadha* | 13 Mei | 22 Juni |
Keterangan
- Dalam bahasa Jawa Kuna mangsa kesebelas disebut hapit lemah sedangkan mangsa keduabelas disebut sebagai hapit kayu. Lalu nama dhesta diambil dari nama bulan ke-11 penanggalan Hindu dari bahasa Sanskerta jyes.t.ha dan nama sadha diambil dari kata âs.âd.ha yang merupakan bulan keduabelas.
Siklus windu
Oleh orang Jawa tahun-tahun digabung menjadi satu, yang terdiri dari delapan tahun Jawa. Setiap satuan ini terdiri atas 8 tahun Jawa dan disebut windu. Windu sendiri bergulir empat putaran (32 tahun Jawa) : Adi, Kuntara, Sangara, dan Sancaya. Di bawah disajikan nama-nama tahun dalam satu windu:# | Nama | Nama suro | Hari |
---|---|---|---|
1 | Alip | Selasa Pon | 354 |
2 | Ehe | Sabtu Pahing | 355 |
3 | Jimawal | Kamis Pahing | 354 |
4 | Je | Senin Legi | 354 |
5 | Dal | Jumat Kliwon | 355 |
6 | Be | Rabu Kliwon | 354 |
7 | Wawu | Ahad Wage | 354 |
8 | Jimakir | Kamis Pon | 355 |
Total | 2835 |
Nama-nama tahun tersebut adalah sebagai berikut :
- Purwana • Alip, artinya ada-ada (mulai berniat)
- Karyana • Ehe, artinya tumandang (melakukan)
- Anama • Jemawal, artinya gawe (pekerjaan)
- Lalana • Je, artinya lelakon (proses, nasib)
- Ngawana • Dal, artinya urip (hidup)
- Pawaka • Be, artinya bola-bali (selalu kembali)
- Wasana • Wawu, artinya marang (kearah)
- Swasana • Jimakir, artinya suwung (kosong)
Pembagian pekan
Orang Jawa pada masa pra Islam mengenal pekan yang lamanya tidak hanya tujuh hari saja, namun dari 2 sampai 10 hari. Pekan-pekan ini disebut dengan nama-nama dwiwara, triwara, caturwara, pañcawara (pancawara), sadwara, saptawara, astawara dan sangawara. Zaman sekarang hanya pekan yang terdiri atas lima hari dan tujuh hari saja yang dipakai, namun di pulau Bali dan di Tengger, pekan-pekan yang lain ini masih dipakai.Pekan yang terdiri atas tujuh hari dihubungkan dengan sistem bulan-bumi. Gerakan (solah) dari bulan terhadap bumi berikut adalah nama dari ke tujuh nama hari tersebut :
- Radite • Minggu, melambangkan meneng (diam)
- Soma • Senen, melambangkan maju
- Hanggara • Selasa, melambangkan mundur
- Budha • Rabu, melambangkan mangiwa (bergerak ke kiri)
- Respati • Kamis, melambangkan manengen (bergerak ke kanan)
- Sukra • Jumat, melambangkan munggah (naik ke atas)
- Tumpak • Sabtu, melambangkan temurun (bergerak turun)
Hari-hari pasaran merupakan posisi sikap (patrap) dari bulan sebagai berikut :
- Kliwon • Asih, melambangkan jumeneng (berdiri)
- Legi • Manis, melambangkan mungkur (berbalik arah kebelakang)
- Pahing • Pahit, melambangkan madep (menghadap)
- Pon • Petak, melambangkan sare (tidur)
- Wage • Cemeng, melambangkan lenggah (duduk)
Penampakan bulan dalam penanggalan jawa :
- Tanggal 1 bulan Jawa, bulan kelihatan sangat kecil-hanya seperti garis, ini dimaknakan dengan seorang bayi yang baru lahir, yang lama-kelamaan menjadi lebih besar dan lebih terang.
- Tanggal 14 bulan Jawa dinamakan purnama sidhi, bulan penuh melambangkan dewasa yang telah bersuami istri.
- Tanggal 15 bulan Jawa dinamakan purnama, bulan masih penuh tapi sudah ada tanda ukuran dan cahayanya sedikit berkurang.
- Tanggal 20 bulan Jawa dinamakan panglong, orang sudah mulai kehilangan daya ingatannya.
- Tanggal 25 bulan Jawa dinamakan sumurup, orang sudah mulai diurus hidupnya oleh orang lain kembali seperti bayi layaknya.
- Tanggal 26 bulan Jawa dinamakan manjing, dimana hidup manusia kembali ketempat asalnya menjadi rijal lagi.
- Sisa hari sebanyak empat atau lima hari melambangkan saat dimana rijal akan mulai dilahirkan kembali kekehidupan dunia yang baru.
Referensi
- ^ Tanojo R. 1962. Primbon Djawa (Sabda Pandita Ratu). TB Pelajar. Surakarta. pp 36–45
Sumber
0 komentar:
Posting Komentar