Rabu, 29 Januari 2014

Filled Under:

Peucut Kerkhof, Bukti Perjuangan Rakyat Aceh Melawan Penjajah

Kerhof berasal dari bahasa Belanda yang artinya kuburan. Sedangkan Peucut berasal dari kata Pocut (Putra Kesayangan) Sultan Iskandar Muda yang dihukum oleh ayahnya sendiri karena melakukan kesalahan fatal dan dimakamkan ditengah-tengah perkuburan ini. Sehingga penggabungan nama Peucut Kerkhof dikenal sebagai situs sejarah peninggalan Belanda di areal seluas 3,25 hektar. Pada relief dinding gerbang tertulis nama-nama serdadu Belanda yang tewas dalam pertempuran melawan masyarakat Aceh. Sekitar 2200 tentara dan 4 jenderal Belanda dikuburkan di tempat ini sejak 1883 hinga tahun 1940.
Makam Kerkhoff atau sering disebut Peucut Kerkhof adalah kuburan militer Belanda yang tidak terletak di Belanda, melainkan di Banda Aceh, Aceh . Kuburan tentara ini adalah salah satu yang yang terluas di dunia dan yang paling luas di luar Negeri Belanda. Sekitar 2.200 tentara termasuk empat orang jenderal dimakamkan di sini, di tanah tempat para pejuang Aceh yang sangat gigih melawan kolonialisme Belanda.
Peucut Kerkhof merupakan gambaran nyata bagi masyarakat Aceh. Setiap kuburan memiliki kisahnya sendiri. Ini bukti kedahsyatan perang Aceh melawan Belanda tidak membuat situs sejarah ini terbengkalai. Karena masyarakat Aceh tidak membawa dendam sampai mati.
Sebelum kita memasuki halaman kuburan Peucut Kerkhof, terdapat kalimat bertuliskan ''2200 Prajurit dikuburkan di sini. Angkatan Perang Kerajaan Hindia Belanda Timur (KNIL) membayar mahal atas kehadirannya di Aceh.''
Sementara itu perawatan Peucut Kerkhof dibiayai oleh Stichting Peucut Fonds atau Yayasan Dana Peucut. Yayasan tersebut pada dasarnya bermaksud untuk menyelamatkan kuburan militer Belanda agar dapat disaksikan oleh generasi mendatang. Dewan pengurus yayasan khususnya mengumpulkan dana untuk perbaikan dan pemeliharaan semua aktivitas ini sesuai dengan MOU antara Pemrintah Aceh dengen Belanda. Yayasan Dana Peucut sendiri berdiri sejak 29 Januari 1976, ketua yayasan pertama bernama Letnan Jendral F. van der Veen seorang perwira di Korp Marchaussee yang pernah bertugas di Aceh, karena memang korps itu didirikan di Aceh.
Salah satu catatan penting pada Perang Aceh adalah tewasnya empat jenderal Belanda, yaitu Mayor Jenderal J.H.R Kohler, Mayor Jenderal J.L.J.H. Pel, Demmeni dan Jenderal J.J.K. De Moulin.
Tewasnya empat jenderal Belanda merupakan peristiwa satu-satunya yang pernah dialami Belanda dalam sejarah perjalanan kerajaan tersebut dalam menyerang wilayah lainnya. Di atas prasasti itu juga tertulis tahun dan nama tempat dimana ribuan serdadu Belanda itu tewas.
Mayor Jenderal J.H.R Kohler tewas hanya berselang seminggu setelah kedatangannya, Kohler tewas tertembus peluru seorang pemuda pejuang dan penembak jitu Aceh pada 14 April 1873 di halaman Mesjid Raya. Kemudian oleh pasukannya dilarikan ke laut dan dibawa. Sehingga ekspedisi Belanda pertama itu gagal. Balik ke Jakarta dan dimakamkan di Tanah Abang, di Jakarta. Atas inisiatif Gubernur Aceh waktu itu Muzakir Walad,K�hler akhirnya dimakamkan kembali dengan upacara militer pada 19 Mei 1978 di Kerkoff Peucut dengan makam berbentuk monumen yang sama persis dengan makamnya di Kebon Jahe Kober: hanya tinggi dan ukurannya lebih kecil. Dengan posisi berdiri di tengah pintu masuk, bisa dikatakan monumen Kohler adalah masterpiece yang ada di Kerkhoff Peucut.
Setelah pemugaran makam Kohler, kuburan Duta Besar Aceh yang ada di Belandapun direnovasi. Sehingga Gubernur Aceh Muzakir Walad datang ke Belanda di Middelburg. Tengku Syeh Abdul Hamid yang diutus oleh Sultan Syaidil Kamil pada tahun 1601 sebagai Duta Besar Aceh di Negeri Belanda meninggal dunia di Belanda karena sakit. Peristiwa ini menjadi bagian bukti-bukti sejarah dan menjadi bukti indentitas suatu bangsa.
Perang Aceh berlangsung pada 1873-1904, sebuah perang dimana dalam sejarah Belanda, inilah perang yang paling pahit melebihi pahitnya pengalaman mereka dalam Perang Napoleon.
Belanda menyerang Kesultanan Aceh pada 8 April 1873 melalui laut sambil menembakkan meriam dari kapal perang Citadel Van Antwerpen. Saat itu tentara Belanda jumlahnya mencapai 3.198 orang, termasuk tentara dari etnis Jawa, Ambon, Batak, dan tentara etnis Indonesia lainnya yang tergabung dalam Angkatan Bersenjata Hindia-Belanda.
Pada masa pendudukan Hindia Belanda, Masjid Agung Baiturrahman dikuasai tentara Belanda. Namun, pada periode pertama perang tersebut (1873-1874), masyarakat Aceh berhasil menahan dan memukul mundur serangan Belanda. Menyebabkan Johan Harmen Rodolf Kohler yang merupakan jenderal Belanda yang memimpin Perang Aceh kemudian terbunuh.
Bagian paling meletihkan selama perang tersebut adalah perjuangan merebut kembali Masjid Agung Baiturrahman. Perang terus berkecamuk hingga empat periode dari 1873 sampai 1904. Meski secara resmi Perang aceh telah berakhir, namun perjuangan dengan metode perang gerilya masih terus terjadi di beberapa wilayah. Dan akhirnya pejuang Aceh membuat Belanda menyerah dan meninggalkan Tanah Rencong.
Ada yang unik di tengah-tengah kuburan tentara Belanda itu, terdapat sebuah kuburan yang terpisah dari yang lainnya, yaitu kuburan Meurah Pupok, satu-satunya putera dan kesayangan Sultan Iskandar Muda. Meurah Pupok dihukum rajam di depan umum oleh ayahnya sendiri Sultan Iskandar Muda karena berbuat zina dengan istri seorang perwira muda kerajaan.
Makam Kerkhoff tidak saja bukti nyata kepahlawanan rakyat Aceh melawan penjajah tetapi juga merupakan bukti nyata keadilan Sultan Iskandar Muda dalam menjunjung tinggi hukum dimasa pemerintahannya.




Sumber

0 komentar:

Posting Komentar

Copyright @ 2013 PEJUANG ISLAM.