Misteri penemuan dua jenis koin emas (dalam jumlah kepingan yang
banyak) di Gampong Pande, Kecamatan Kutaraja, Banda Aceh mulai terkuak.
Ternyata benda bersejarah tersebut berasal dari Dinasti Ottoman Turki
dan Sultan Aceh.
Peneliti sejarah kebudayaan Islam, Taqiyuddin Muhammad yang melakukan
penelitian terhadap dirham tersebut mengungkapkan, dirham pertama
berukuran sebesar uang logam seribu rupiah ternyata dicetak pada masa
pemerintahan Sultan Sulaiman bin Salim dari Dinasti Utsmaniyyah
(Ottoman) di Turki. Hal ini diketahui dari tulisan sebelah muka dirham
tersebut berbunyi:
Sultan Sulaiman bin Sultan Salim Syah `uzza nashruhu
dhuriba fi Mishr sanah 927 (6?).
Kalimat itu bermakna: Sultan Sulaiman
bin Sultan Salim Syah--semoga dikuatkan kemenangannya--dicetak di Mesir
pada tahun 927/6? (Hijriah).
"Sultan Sulaiman atau juga yang lebih dikenal dengan Al-Qanuniy adalah
penguasa ke-10 dari Dinasti Utsmaniyyah di Turki dan telah memerintah
dalam masa yang lama sejak kemangkatan ayahnya Sultan Salim pada 926
H/1520 M sampai dengan wafatnya pada 974 H/1566 M," kata Taqiyuddin
kepada Serambi, Selasa (19/11).
Sementara itu satu jenis dirham lainnya seukuran kancing baju yang
ditemukan di tempat yang sama setelah diteliti tercetak nama seorang
sultan besar dalam sejarah Aceh. Pada bagian mukanya tertulis, "Alauddin bin `Ali Malik Azh-Zhahir". Sedangkan sebelah belakang
tertulis "As-Sulthan Al-Adil".
Menurut Taqiyuddin, Sultan Alawuddin adalah putra Sultan Ali Mughayat
Syah yang dianggap merupakan pelopor kebangkitan Aceh Darussalam di awal
abad ke-16 M. Sesuai data inskripsi (kata-kata yang diukirkan pada batu
atau dicap pada uang logam) yang berhasil diungkap dari nisan makam
Sultan Alawuddin yang berada di kompleks makam Kandang XII, Banda Aceh,
menunjukkan ia adalah seorang sultan agung di kawasan Asia Tenggara
dalam abad tersebut.
"Adalah takdir Yang Maha Kuasa semata, dunia Islam pada waktu itu
dikuatkan oleh kehadiran kedua pemimpin umat ini, Al-Qanuniy di Barat
dan Ri'ayah Syah di Timur," kata Taqiyuddin.
Penemuan dirham Sultan Sulaiman Al-Qanuniy bersamaan dengan dirham
bertuliskan 'Alauddin Ri'ayah Syah Malik Azh-Zhahir di Gampong Pande
baru-baru ini menjadi bukti kongkret adanya hubungan yang sangat kuat
antara kedua penguasa dunia Islam ini.
"Keduanya diibaratkan dua bersaudara yang telah menyumbangkan banyak kebaikan bagi umat Islam dalam abad ke-16 itu," ujarnya.
Menurutnya masa pemerintahan Al-Qanuniy merupakan masa puncak
kegemilangan Dinasti Utsmaniyyah. Angkatan lautnya di bawah komando
Khairuddin Barbaros (Hayreddin Barbarossa) telah berhasil melakukan
banyak gerakan penaklukan yang penting dalam sejarah dinasti ini.
Dalam masa pemerintahan Sultan Sulaiman Al-Qanuniy di Turki, Aceh berada
dalam pemerintahan Sultan 'Alauddin Ri'ayah Syah yang menjadi sultan
setelah ayahnya, Sultan 'Ali Mughayat Syah, mangkat pada 936 H/1530 M.
Sebagaimana Al-Qanuniy, Ri'ayah Syah merupakan sultan yang memerintah
dalam masa yang lama pula, yaitu sampai dengan wafatnya pada 979 H/1572
M, dan masanya juga merupakan masa kegemilangan Aceh Darussalam.
Sumber
Rabu, 29 Januari 2014
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar