Benteng Indra Patra dibangun oleh Kerajaan Lamuri, kerajaan Hindu
pertama di Aceh (Indra Patra) pada masa sebelum kedatangan Islam di
Aceh, yaitu pada abad ke tujuh masehi. Benteng ini dibangun dalam posisi
yang cukup strategis karena berhadapan langsung dengan Selat Malaka,
sehingga berfungsi sebagai benteng pertahanan dari serangan armada
Portugis. Pada masa Sultan Iskandar Muda, dengan armada lautnya yang
kuat dibawah pimpinan Laksamana Malahayati, sebagai laksamana wanita
pertama di dunia, benteng ini digunakan sebagai pertahanan kerajaan Aceh
Darussalam.
Benteng Indra Patra terletak di dekat pantai Ujong Batee, Desa Ladong,
Kecamatan Masjid Raya, Kabupaten Aceh Besar sekitar 19 km dari Banda
Aceh. Benteng ini berukuran besar dan berkonstruksi kokoh. Hingga saat
ini hanya tertinggal dua benteng yang masih berdiri kokoh. Benteng
utamanya berukuran 70 x 70m, ketinggiannya mencapai 4 meter, serta
ketebalan dinding sampai 2 meter. Benteng indapatra memiliki arsitektur
yang unik, terbuat dari beton kapur ( susunan berasal dari batu gunug,
sebagai perekat berasal dari campuran kapur, tanah liat, dan alusan
kulit kerang, serta alat perekat lainnya.
Dalam benteng utama terdapat dua buah �stupa� atau bangunan yang
menyerupai kubah dimana di dalamnya terdapat sumur sebagai tempat air
bersih yang digunakan oleh umat hindu untuk penyucian diri dalam rangka
peribadahan. Di samping itu, di dalam benteng juga terdapat bunker
sebagai tempat penyimpanan meriam, peluru, dan senjata.
Di setiap sisi dinding benteng terdapat 11 lubang yang digunakan sebagai
tempat pengintai musuh. Sebagai masyarakat yang menghargai sejarah
sudah selayaknya benteng Indra Patra dirawat dan dilestarikan. Serta
agendakan benteng Indapatra sebagai wisata sejarah anda. Karena
sejatinya beragam sejarah terdapat di Aceh.
Sumber
Rabu, 29 Januari 2014
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar