Kamis, 19 Desember 2013

Filled Under:

Mustafa I, Osman II, Murad IV, dan Ibrahim I

Mustafa I


Mustafa I (159220 Januari 1639) (bahasa Arab: مصطفى الأول) adalah Sultan Turki Utsmani dari 1617 hingga 1618 dan dari 1622 hingga 1623.

Saudara Ahmed I (1603–17), Mustafa I dilaporkan menderita retardasi mental atau setidaknya mengidap penyakit saraf dan tak pernah lebih dari seprangkat klik pengadilan di Istana Topkapı. Semasa pemerintahan saudaranya, ia dikurung di ruangannya dalam penjara sesungguhnya selaam 14 tahun.

Pada 1618 ia dijatuhkan untuk kepentingan keponakannya Osman II (1618–22), namun setelah pembunuhan Osman II pada 1622 ia naik tahta kembali dan menjabatnya hingga dijatuhkan dan dipenjara oleh saudara Osman II, Murad IV (1623–40). Mustafa I meninggal 16 tahun kemudian.

Sumber
-----------------------------------------------------------------------------------------------------------

Osman II


Osman II (juga Genç Osman – arti Osman Muda – bahasa Turki) (bahasa Turki Usmani عثمان ثانى ‘Osmān-i sānī) (3 November 160420 Mei 1622) adalah Sultan Turki Usmani dari 1618 hingga kematiannya pada tanggal 20 Mei 1622.

Osman II adalah putra Sultan Ahmet I (1603–17) dan permaisurinya Sultan Mâhfirûze yang berdarah Yunani [1]. Di usia muda, ibundanya memperhatikan pendidikannya, sebagai akibatnya Osman II menjadi penyair terkenal dan menguasai banyak bahasa, termasuk bahasa Arab, Persia, Yunani, Latin dan Italia. Ia naik tahta pada usia 14 sebagai akibat kudeta terhadap pamandanya Mustafa I (1617–18, 1622–23). Walaupun muda, Osman II sefera mencoba menampakkan diri sebagai penguasa, dan setelah mengamankan perbatasan timur khilafah dengan menandatangani perjanjian damai dengan Safavid, secara pribadi ia memimpin serangan atas Polandia selama Peperangan Jago-jago Moldova. Dipaksa menandatangani perjanjian damain dengan Polandia setelah Pertempuran Chotin (Chocim) (yang nyatanya, pengepungan Chotin yang dipertahankan oleh Jan Chodkiewicz) antara September-Oktober 1621, Osman II kembali ke Istanbul dengan rasa malu, menyalahkan pasukan Yeniceri dan ketidakcukupan para negarawannya atas penghinaannya.

Barangkali sultan pertama yang mengenali Yenisari sebagai lembaga yang lebih banyak membahayakan, Osman II menutup toko kopi mereka (tempat bertemu untuk merencanakan konspirasi terhadap pemerintahan) dan mulai merencanakan pasukan etnis Turki yang baru dan setia, terdiri atas orang Turki Anatolia, Suriah, dan Mesir beserta orang Turkmen. Hal ini mengakibatkan pemberontakan Yenissari, yang mencoba memenjarakan sultan yang masih muda itu. Saat seorang algojo dikirim untuk mencekiknya, Osman II menolak menyerah dan mulai bergulat dengan lelaki itu dan bisa diatasi saat ia dihantam di punggung dengan kapak oleh salah satu tahanan. Setelah itu ia dicekik. Kemungkinan lain, pelancong Turki Evliya Çelebi mencatat bahwa setelah putting up a desperate struggle, Osman II dihukum mati dengan tali atas perintah Wazir Agung Kara Davut Pasha setelah dibuat tidak berdaya oleh prajurit kavaleri dengan 'mengompres zakarnya'.

Osman II adalah sultan yang amat progresif, namun kurangnya calon profesional dan berkemauan keras menyebabkan reformasi yang dilaksanakannya menyebabkan kejatuhannya. Sebagai penguasa ia cerdik dan energik. Tak seperti kebanyakan pendahulunya ia tampil lebih baik. Kekurangan terburuknya sebagai politikus kemungkinan ia terlalu banyak mencoba terlalu awal.

Sumber
------------------------------------------------------------------------------------------------------------

Murad IV


Murad oğlu Ahmed atau Murad IV (16 Juni 16129 Februari 1640) adalah Sultan Turki Utsmani antara 10 September 1623-9 Februari 1640, terkenal karena perbaikan otoritas negara dan kebrutalan metodenya. Ia adalah anak dari Sultan Ahmed I dan Sultan Kosem yang berdarah Yunani.

Naik tahta melalui sebuah konspirasi pada tanggal 10 September 1623, ia menggantikan pamandanya Mustafa I pada usia 11. Di masa yang panjang Murad IV berada dalam kendali kerabat-kerabatnya, dan selama tahun-tahun pertama pemerintahannya sebagai sultan, ibundanya (Valide Sultane), Kösem, memegang kekuasaan. Negaranya jatuh dalam keadaan anarki : serangan Safavid terhadap khilafah yang begitu cepat, pergolakan di Turki Utara dan serbuan Yeniçeri ke istana pada tahun 1631 yang membunuh wazir agung. Murad IV takut akan nasib kakandanya Osman II, memutuskan untuk menuntut kekuasaanya. Ia mengeluarkan perintah untuk membunuh saudaranya Beyazid pada tahun 1635, diikuti oleh eksekusi terhadap 2 saudaranya setahun kemudian.

Ia mencoba memberantas korupsi yang telah berkembang semasa pemerintahan sultan terdahulu. Terhadap hal ini ia mengubah sejumlah kebijakan, seperti membatasi pengeluaran tak berguna. Ia juga melarang alkohol, kopi, dan tembakau. Ia memerintahkan hukuman mati bagi mereka yang melanggar aturan ini. Ia akan meronda di jalanan dan kedai seluruh Istanbul dengan berpakaian seperti rakyat biasa di malam hari, menyaksikan penegakan hukum ini. Jika saat meronda di dalam ia menyaksikan prajurit merokoq atau mabuk-mabukan, ia akan membunuhnya di tempat. Konon, ia sendiri seorang peminum alkohol, walaupun ia melarangnya.

Secara militer, pemerintahan Murad IV terkenal akan perang terhadap Persia di mana pasukan Turki menaklukkan Azerbaijan dan Tabriz. Bagdad takluk pada tahun 1638, setelah mengepungnya. Perjanjian perdamaian ditandatangani pada tahun 1639 (perjanjian Kasr-i Shirin) sebelum kematiannya.
Murad IV sendiri memerintahkan serbuan terhadap Mesopotamia dan terbukti menjadi panglima tertinggi handal. Selama gerakannya ke sana, ia meredam semua pemberontakan di Anatolia. Sebagai akibatnya, banyak nama tempat sekitar yang dinamai menurut namanya.

Ia mangkat pada usia 27 tahun akibat sirosis hepatis pada tahun 1640. Sebelum mangkat, ia memerintahkan hukuman mati terhadao adindanya Ibrahim, yang berarti akan memangkas garis keturunan Turki Usmani (Ibrahim sendiri adalah satu-satunya lelaki di keluarga kesultanan bila Murad IV meninggal), namun perintah itu tidak dilaksanakan.

Sumber
-----------------------------------------------------------------------------------------------------------

Ibrahim I


Ibrahim (5 November 1615Istanbul, 12/18 Agustus 1648) adalah Sultan Turki Usmani dari 1640 hingga 1648. Secara tidak resmi ia sering disebut sebagai Ibrahim yang Gila (bahasa Turki: Deli Ibrahim) karena keadaan jiwanya.

Salah satu Sultan Ottoman yang terkenal, ia dibebaskan dari Kafes dan menggantikan kakandanya Murad IV (1623–40) pada tahun 1640, meskipun bertentangan dengan harapan Murad IV, yang telah memerintahkannya dibunuh. (Murad IV sendiri menggantikan kakandanya Osman II pada tahun 1622). Mewarisi semua kekejaman namun tidak kemampuan kakandanya, Ibrahim membawa negaranya hampir jatuh di jangka waktu yang singkat — barangkali sama dengan kekuasaan Phocas (602–610) dari Kekaisaran Bizantium. Mungkin karena menderita kelabilan mental, ia disebut-sebut menderita neurasthenia, dan juga tertekan setelah kematian saudaranya. Pemerintahannya terjadi karena ibundanya yang berdarah Yunani [1], Sultan Kösem, yang tak lama dicegah mengendalikan negara seperti harapannya.

Ia dikenal tergoda dengan wanita gemuk, menitahkan orang-orangnya menemukan wanita paling gemuk. Seorang calon dibawa dari Georgia atau Armenia dan Ibrahim begitu senang dengannya sehingga ia memberinya dana pemerintah dan (kemungkinan) jabatan gubernur. Ia terlihat memberi makan ikan yang hidup di kolam istana dengan koin sehingga ia sering dijuluki Gila.

Awalnya Ibrahim meninggalkan politik, namun akhirnya ia mengadakan peningkatan dan hukuman mati sejumlah wazir. Perang dengan Venesia dikumabdangkan, dan meski La Serenissima turun, kapal-kapal Venesia menang perang sepanjang Aegea, merebut Tenedos (1646),pintu gerbang Laut Dardanella. Pemerintahan Ibrahim berkembang lebih pesat dari yang diperkirakan. Akhirnya, ia dijatuhkan di sebuah kudeta yang dipimpin oleh Mufti Agung. Ada cerita meragukan bahwa Mufti Agung berbuat demikian karena keputusan Ibrahim menenggelamkan 280 orang-orang harem.


Sumber

0 komentar:

Posting Komentar

Copyright @ 2013 PEJUANG ISLAM.