Kamis, 19 Desember 2013

Filled Under:

Mahmud I, Osman III, Mustafa III, Abdul Hamid I, dan Selim III

Mahmud I 


Mahmud I (bahasa Arab محمودالأول) (2 Agustus 169613 Desember 1754) adalah Sultan Kesultanan Usmaniyah dari 1730 hingga 1754. Ia adalah putera Mustafa II (1695–1703) dan kakanda dari Osman III (1754–57).

Mahmud I diakui sebagai sultan oleh pemberontak begitupun pejabat pengadilan namun beberapa minggu setelah penobatannya negara berada di tangan pemberontak. Ketua mereka, Patrona Halil, berpacu dengan sultan baru ke Masjid Eyub di mana upacara Mahmud I yang segera mulai dengan pedang Othman dilaksanakan; banyak perwira kepala yang didepak dan pengganti mereka yang diangkat atas perintah pemberontak yang pemberani yang telah bertugas di tingkat Yennisari dan yang muncul sebelum sultan bertelanjang kaki dan di seragam lamanya sebagai prajurit biasa. Seorang jagal Yunani yang bernama Yanaki telah menghargai Patrona dan meminjaminya uang selama 3 hari kekacauan. Patrona menunjukkan terima kasihnya dengan memaksa Divan mengangkat Yanaki sebagai Hospodar Moldova. Keangkaraan kepala pemberontak membuatnya tak lama didukung. Khan Krimea, yang diancam mundur, berada di Istambul dan dengan asistennya Wazir Agung, Mufti dan Aga Yeniceri berhasil membebaskan pemerintahan dari perbudakan. Patrona dibunuh dalam kehadiran sultan setelah sebuah Divan yang ia meminta perang mesti dideklarasikan terhadap Rusia. Istri Yunaninya, Yanaki, dan 7.000 orang yang mendukungnya juga dihukum mati. Kecemburuan yang dirasakan perwira Yenisari terhadap Patrona, dan kesiapan mereka untuk membantu pengancurannya, banyak membantu pengerahan tenaga pendukung Mahmud I dalam mengakhiri pemerintahan pemberontak setelah berlangsung hampir 2 bulan.

Masa-masa akhir pemerintahan Mahmud I didominasi perang dengan Persia dan Rusia.
Mahmud I mempercayakan pemerintahan kepada wazirnya dan menghabiskan sebagian besar waktunya menyusun puisi.

Sumber
---------------------------------------------------------------------------------------------------------

Osman III


Osman III (bahasa Turki Ottoman: عثمان ثالث ‘Osmān-i sālis) (2 Januari 169930 Oktober 1757) adalah Sultan Turki Utsmani dari 1754 hingga 1757.

Adinda dari Mahmud I (1730–54) dan putra Mustafa II (1695–1703), Osman III sebenarnya pangeran tiada arti. Masa jabatannya yang pendek dicatat sebagai masa di mana intoleransi di antara nonmuslim (Orang Kristen dan Yahudi diminta mengenakan pakaian atau lencana khusus) bertambah dan kebakaran di Istanbul.

Osman III menghabiskan sebagian besar hidupnya di tahanan, dan saat menjadi Sultan ia menunjukkan keanehan tingkah laku. Tak seperti sultan sebelumnya, ia benci musik, dan mengusir semua musikus keluar istana. Juga tinggal di "kafes", istana tahanan di "harem" yang berisi para budak rumah tangga wanita ia tak menyukai persahabatan dengan wanita, sehingga ia mengenakan sepatu besi agar tak melalui jalanan dengan wanita manapun. Dengan mengenakan sepatu itu mereka akan mendengarnya mendekat lalu menjauh.

Sumber
-------------------------------------------------------------------------------------------------------------

Mustafa III


Mustafa III (bahasa Arab: مصطفى الثالث) (lahir 28 Januari 1717, meninggal 21 Januari 1774) adalah sultan Kesultanan Usmaniyah. Seorang penguasa yang bersemangat dan cerdik, Mustafa III mencoba memodernkan pasukan dan mesin dalam negeri untuk membawa negerinya sama dengan Kuasa Eropa. Ia melindungi layanan jenderal asing untuk mengawali reformasi infantri dan artileri. Sultan juga memerintahkan pendirian Akademi Matematika, Navigasi, dan Sains.

Sayangnya negara Ottoman telah menurun begitu jauh. Sadar akan lemahnya militer negerinya, Mustafa III menghindari perang dan tak sanggup mencegah aneksasi Krimea oleh Katarina II dari Rusia (1762–96). Namun, aksi ini, bersama dengan agresi Rusia lebih lanjut di Polandia memaksa Mustafa III menyatakan perang di St. Petersburg segera sebelum kematiannya.

Dalam serangkaian korespondensi antara pemikir Prancis terkemuka Voltaire dan Katarina yang Agung, Mustafa III selalu menjadi bahan ejekan, dan Voltaire menyebutnya "gemuk dan bodoh". [1]
Mustafa memiliki 2 putera yang bernama Selim dan Mohammed. Ia juga memiliki 5 puteri.

Sumber
-------------------------------------------------------------------------------------------------------------

Abdul Hamid I

Abd-ul-Hamid I (20 Maret 1725 - 7 April 1789) adalah sultan Turki Ottoman dari 1774 hingga kematiannya.

Abd-ul-Hamid I adalah seorang penguasa yang lemah. Perang diumumkan terhadap Kekaisaran Rusia dan kurang dari setahun ia naik tahta, pasukannya kalah dalam Pertempuran Kozluja yang membuat Turki Usmani terpaksa menandatangani Perjanjian Küçük Kaynarca pada tanggal 21 Juli 1774. Meskipun banyak kelemahan, ia dipandang sebagai sultan paling berhasil di negaranya karena ia membentuk pasukan pemadam kebakaran, menjalankan kebijakan reformasi, perbaikan militer, naiknya standar pendidikan, dll.
Abd-ul-Hamid I kemudian berhasil meredam sejumlah pemberontakan di sejumlah provinsi, namun ia kehilangan Krimea setelah berperang melawan Rusia, 2 tahun sebelum kematiannya.

Sumber
------------------------------------------------------------------------------------------------------------

Selim III


Sultan Selim III (lahir di Istanbul, 24 Desember 1761 – meninggal di Istanbul, 28 Juli 1808 pada umur 46 tahun) adalah Sultan Turki Usmani, ananda dari Mustafa III dan menggantikan pamandanya Abd-ul-Hamid I. Ia memerintah antara 7 April 1789 hingga 29 Mei 1807. Seorang pecinta musik, Sultan Selim III juga seorang komponis dan pemain sandiwara yang bagus.

Pasukan Yennisari menggulingkan Sultan Selim III dan ia digantikan oleh keponakannya Mustafa IV. Selim III sendiri meninggal akibat dibunuh.


Sumber




0 komentar:

Posting Komentar

Copyright @ 2013 PEJUANG ISLAM.