Kamis, 19 Desember 2013

Filled Under:

Murad III, Mehmed III, dan Ahmed I

Murad III

Murad III (bahasa Turki Ottoman: مراد ثالث Murād-i sālis, bahasa Turki:III.Murat) (4 Juli 154615 Januari 1595) adalah Sultan Turki Utsmani dari 1574 hingga kematiannya.

Murad III adalah putera sulung sultan Selim II (1566–74) dan valide sultan Nur-Banu (lahir Cecilia Venier-Baffo) dan menggantikan ayahandanya pada 1574.

Murad naik tahta setelah ayahnya wafat. Otoritasnya dipengaruhi oleh kalangan harem, terutama ibunya dan kemudian istri tercintanya Safiye Sultan. Sedangkan pemerintahan Usmaniyah dikendalikan oleh wazirnya yang jenius Mehmed Sokollu yang memerintah sejak masa Salim II hingga terbu-nuhnya pada Oktober 1579.

Dia memberikan pensiunan tentara sebanyak 110.000 uang mas lira. Kebija-kannya ini mampu membendung gejolak yang sering terjadi apabila uang itu terlam-bat dibagikan. Ia juga memerintahkan pelarangan miras. Namun hal ini ditentang pasukan Jenisari sehingga memaksa agar larangan tersebut dicabut. Ini adalah awal kemunduran Usmaniyah karena Sultan tidak mampu memberlakukan Syariat Islam dan terjadinya penyimpangan pada rakyatnya.

Di awal pemerintahannya (1574), Raja Polska, Henry De Palo melarikan diri ke Perancis. Maka Sultan mengarahkan tokoh-tokoh Polska agar memilih Raja dari Transylvania, sehingga Polska berada dibawah pemerintahan Usmani pada tahun 1575. Dan hal ini diakui Austria pada tahun 1576. Ketika pasukan Tartar pada tahun 1576 menyerang Polska, Sultan Usmaniyah menyatakan perlindungannya. Sultan juga memperbaharui hak-hak Perancis dan Hungaria. Duta perancis mendapatkan posisi yang penting. Banyak Dubes menemui sultan untuk melakukan kesepakatan bisnis yang kelak menjadi sarana ampuh pihak asing melakukan intervensi atas masalah dalam negeri. Tahun 1577 akibat krisis pada di Persia karena wafatnya Shah Tahmasab, Pemerintah Usmaniyah mengirimkan ekspedisi ke Kaukasia dan berhasil menaklukkan Taples dan Karjistan. Setelah itu tahun 1585 memasuki Kota Tabriz. Lalu menguasai Azerbaijan, Georgia, Syairawan dan Luzastan. Tatkala Syah Abbas men-jadi penguasa Persia, ia berusaha melakukan negoisisasi damai dengan Usmaniyah. Dalam perjanjian itu, ia akan menyerahkan semua wilayah yang kini berada ditangan Usmaniyah menjadi wilayah kekuasaan mereka. Ia juga berjanji tidak akan mencela Abu bakar, Umar dan Usman diwilayah yang menjadi kekuasaannya.

Sementara itu pasukan Jenisari melakukan pembangkangan setelah pepe-rangan terhenti sehingga ketika Sultan Murad menugasi mereka memerangi Hu-ngaria, mereka kalah di depan pasukan Austria yang membantu Hungaria. Mereka mampu menduduki beberapa benteng yang setelah itu berhasil direbut kembali Sinan Pasya. Namun penguasa Valechie, Baghdan dan Transylvania memberontak dan bergabung dengan Austria. Usaha Sinan Pasya pada tahun 1594 untuk menaklukannya gagal dan harus kehilangan beberapa kota. Sementara Migrasi orang Yahudi yang dipimpin oleh Abraham dan keluarganya yang bermukim di Thur terpaksa diusir keluar karena mereka bersikap kasar terhadap pendeta Dirsan Caterin dan juga bersikap kejam yang menyebabkan orang-orang kristen mengadu kepada Sultan. Tercatat Ratu Elizabeth I dari Inggris dan Sultan Murad III saling berkirim surat dan utusan. Dalam satu korespodensi, Murad tertarik dengan gagasan bahwa Islam dan Protestan telah "jauh lebih banyak kesamaan daripada dengan Gereja Katolik Roma, karena keduanya menolak penyembahan berhala", dan ini dijadikan alasan persekutuan antara Inggris dan Kesultanan Usmaniyah. Oleh karena itu Inggris mengekspor timah dan peluru meriam dan amunisi untuk Kesultanan Usmaniyah, dan Elizabeth serius membahas operasi militer bersama dengan Murad III selama pecahnya perang dengan Spanyol pada 1585, ketika Francis Walsingham melobi sultan agar melibatkan militer Utsmani untuk melawan Spanyol sebagai musuh bersama.
Sultan Murad wafat pada tanggal 16 Januari 1595.

Sumber
---------------------------------------------------------------------------------------------------------

Mehmed III


Mehmed III (bahasa Turki Ottoman: محمد ثالث Meḥmed-i sālis, bahasa Turki:III.Mehmet) (26 Mei 156622 Desember 1603) adalah sultan Kekhalifahan Turki Utsmani dari 1595 hingga kematiannya.

Mehmed III terkenal di sejarah Ottoman karena memerintahkan pencekikan 16 saudaranya saat naik tahta. Mehmed III adalah penguasa pemalas, meninggalkan pemerintahkan ke tangan ibundanya Safiye Sultan, valide sultan. Peristiwa utama masa pemerintahannya adalah Perang Austria-Ottoman di Hongaria (15961605).

Pasukan Mehmed III menaklukkan Erlau (1596) dan mengalahkan angkatan Habsburg dan Transylvania pada Pertempuran Mezőkeresztes.

Masa pemerintahan Mehmed III tak menyaksikan kemunduran utama Kekholifahan Turki Utsmani.


-----------------------------------------------------------------------------------------------------------
 Pertempuran Keresztes




Tanggal 24 Oktober-26 Oktober 1596
Lokasi Mezőkeresztes, Hungaria Utara
Hasil Kemenangan Utsmaniyah
Pihak yang terlibat
Kekaisaran Utsmaniyah [1] Habsburg Austria
Kekaisaran Suci Romawi
Transylvania
Kerajaan Hungaria
Komandan
Mehmed III
Damat İbrahim Pasha
Maximilian III
Sigismund Báthory
Kekuatan
~150.000
43 meriam
~50.000
termasuk ~5.000 kavaleri
97 meriam
Korban
~20.000 ~12.000[2]


Pertempuran Keresztes atau Pertempuran Mezokeresztes (Mezőkeresztes) adalah pertempuran yang terjadi pada tanggal 24 Oktober-26 Oktober 1596, antara pasukan gabungan Habsburg-Transylvania melawan kesultanan Utsmaniyah, dekat desa di Mezőkeresztes di Hungaria utara. Pertempuran ini berakhir dengan kemenangan Utsmaniyah yang tak terduga.

Referensi

  1. ^ The Historians' History of the World By Henry Smith Williams - Page 439
  2. ^ Ágnes Várkonyi: Age of Reform's, 2004. (Megújulások kora), 27. page.
Sumber
--------------------------------------------------------------------------------------------------------------

Ahmed I

Ahmed I (bahasa Turki Utsmani: احمد اول Aḥmed-i evvel, bahasa Turki:I.Ahmet) (18 April 159022 November 1617) adalah Sultan Turki Usmani dari 1603 hingga kematiannya.

Ahmed I menggantikan ayahandanya Mehmed III (1595–1603) pada 1603 dan menjadi sultan pertama Ottoman yang naik tahta sebelum dewasa. Ia penyayang dan peramah, yang ditunjukkannya dengan menolak menghukum mati saudaranya Mustafa (kemudian Mustafa I), yang akhirnya menggantikannya pada 1617. Ia dikenal karena kecakapannya main anggar, balap kuda, dan kefasihan dalam sejumlah bahasa.

Di bagian awal masa pemerintahannya Ahmed I terlihat tegas dan giat, yang diingkari oleh kelakuannya yang kemudian. Perang yang menyertai kenaikannya di Hongaria dan di Persia berakhir tak menguntungkan untuk kesultanan itu, dan gengsinya mencapai tanda dalam Perjanjian Zsitvatorok, ditandangani pada 1606, di mana upeti tahunan yang dibayar oleh Austria dihapuskan. Georgia dan Azerbaijan diserahkan ke Persia.
Ahmed I berhenti bersenang-senang selama akhir masa pemerintahannya, yang berakhir pada 1617, dan demoralisasi dan korupsi menjadi umum di seluruh layanan umum seperti indisipliner di tingkat pasukan. Konon pemakaian tembakau telah diperkenalkan di negara itu selama masa pemerintahannya. Ahmed I mangkat akibat tifus pada 1617.

Kini Ahmed I terutama diingat untuk pembangunan Masjid Sultan Ahmed (juga dikenal sebagai Masjid Biru), salah satu karya besar arsitektur Islam. Daerah di Istanbul sekeliling mesjid itu kini disebut Sultanahmet. Ia dimakamkan di sebuah masoleum di kanan luar dinding mesjid terkenal itu.




Sumber


0 komentar:

Posting Komentar

Copyright @ 2013 PEJUANG ISLAM.