Kamis, 19 Desember 2013

Filled Under:

Mehmed I dan Murad II

Mehmed I

Mehmed I Çelebi (Turki Utsmaniyah: چلبی محمد; Bursa, 1390 - Edirne, 26 Mei 1421) adalah Sultan Turki Utsmani (Rûm) antara tahun 1413-1421. Ia adalah salah satu puteranda Bayezid I dan Devlet Hatun.[1]

Pemerintahan

Dalam masa Interegnum Utsmaniyah, Mehmed muncul sebagai pemenang pada tahun 1413. Setelah itu, ia mengangkat diri sebagai sultan di Edirne. Ia memulihkan negara, memindahkan ibukota dari Bursa ke Edirne, dan menaklukkan sebagian Albania, Keamiran Candaroğlu, dan Armenia Kilikia dari Bani Mamluk. Mempertimbangkan sejumlah pencapaiannya, Mehmed banyak dijuluki sebagai "pendiri kedua" Kesultanan Utsmaniyah.

 Mehmed I

Mangkat

Pemerintahan Mehmed I sebagai sultan di negeri yang dipersatukan kembali hanya berlangsung selama 8 tahun. Namun, ia menjadi pangeran independen selama masa 11 tahun sebelumnya yang berlalu antara ditawannya ayahandanya di Angora (kini Ankara) dan kemenangan terakhirnya atas saudaranya Musa Çelebi di Chamurli.

Ia dimakamkan di sebuah mausoleum di Bursa yang didirikannya sendiri dekat masjid terkenal yang dibangunnya di sana, yang karena dekorasi porselen hijaunya, dikenal sebagai Masjid Hijau. Mehmed I juga menyelesaikan pembangunan masjid lain di Bursa, yang telah dibangun sejak masa kakendanya Murad I namun diabaikan selama pemerintahan Bayezid. Di lingkungan masjid dan mausoleumnya sendiri, Mehmed juga mendirikan 2 lembaga lain: 1 sekolah dan 1 tempat perjamuan bagi orang miskin. Kedua lembaga itu dibiayai oleh negara.

Permaisuri

  1. Şehzade Kumru Hatun: puterinda seorang pasha dari Amasya
  2. Valide Sultan Emine Hatun, puterinda Süleyman Bey, penguasa Dulkadiroğlu. Ia adalah pendamping ketiga yang berperan sebagai persekutuan antara Utsmaniyah dan negara penyangga itu. Dari Emine Hatun, Mehmed I memiliki seorang putera bernama Murad, yang kelak menggantikannya sebagai sultan.

Catatan

 1. Jangan dikelirukan dengan Despina Khātûn, puterinda Lazar Hrebeljanović, yang menikah dengan Bayezid I tepat setelah Pertempuran Kosovo pada tahun 1389.


 Mehmed I bersama orang-orang kepercayaannya. Lukisan miniatur Utsmaniyah, tersimpan di Universitas Istanbul.

 Tuğra Sultan Mehmed I.
 Mausoleum Mehmed I di Bursa.



___________________________________________________________________________________

Murad II

Murad II (Juni 1404, Amasya3 Februari 1451, Edirne) (bahasa Turki Utsmani: مراد ثانى Murād-ı sānī, bahasa Turki:II. Murat) adalah Sultan Turki Utsmani dari 1421 hingga 1451 (kecuali dari masa antara 1444 hingga 1446).

Pemerintahan Murad II ditandai dengan peperangan panjang melawan orang Kristen dari Balkan dan keemiran Turki di Anatolia, konflik yang berlangsung selama 25 tahun. Ia besar di Amasya, dan naik tahta setelah kematian ayahandanya.

 Murad II

 Biografi 

saat dipanggil dari kerajamudaannya di Asia Kecil untuk menjadi penguasa Kesultanan Ottoman, baru berusia 18. Dengan sungguh-sungguh ia diakui sebagai sultan, bersiap dengan pedang Osman di Bursa serta pasukan dan perwira negara yang menghormatinya sebagai penguasa.

Namun dengan cepat pemerintahannya berhadapan dengan rongrongan. Kaisar Bizantium, membebaskan sang penuntut Mustafa Çelebi (dikenal sebagai Düzmece Mustafa) dari penjara dan mengakuinya sebagai pewaris sah tahta Bayezid I (1389 - 1402). Kaisar Bizantium, Manuel II, pertama kali menjamin ketentuan, bahwa Mustafa harus, membalas budinya kelak dengan memberikan sejumlah kota penting jika berhasil merebut tahta. Penuntut itu didaratkan oleh perahu Bizantium di dominion sultan yang ada di Eropa dan selama beberapa waktu membuat kemajuan pesat. Banyak pasukan Turki bergabung dengannya, ia mengalahkan dan membunuh veteran jenderal Beyazid Pasha yang telah dikirim Murad untuk memeranginya. Mustafa mengalahkan pasukan Murad dan menyatakan diri sebagai Sultan Adrianopel (Edirne modern). Lalu ia menyeberangi Dardanella ke Asia dengan banyak pasukan; namun sultan yang muda itu menunjukkan dalam keadaan darurat ia masih memiliki nilai kemampuan militer dan politik dari nenek moyangnya. Mustafa diakali di tengah medan dan pasukannya, yang percaya padanya dan menyebabkannya kalah karena kekerasan dan ketakmampuannya, jauh lebih banyak daripada pasukan Murad II. Mustafa mengungsi ke kota Gallipoli namun sang sultan, yang dibantu oleh komandan asal Genoa bernama Adorno, mengepungnya di sana dan menggempur tempat itu. Mustafa dibawa dan dihukum mati oleh sultan yang saat itu memalingkan wajahnya terhadap kaisar Yunani dan mendeklarasikan resolusinya untuk menghukum Palaiologos atas kebencian mereka dengan pencaplokan Konstantinopel.

Murad II kemudian membentuk pasukan baru bernama Azeb pada 1421 dan berbaris melewati Kekaisaran Bizantium, mengepung ibukotanya Konstantinopel. Saat Murad mengepung kota itu, Bizantium, yang bersekutu dengan beberapa negara Anatolia Turki merdeka, membuat adinda sultan (Mustafa, yang baru berusia 13) untuk memberontak terhadap sultan dan mengepung Bursa. Murad harus meninggalkan pengepungan Konstantinopel untuk berurusan dengan pemberontakan adindanya. Ia menangkap Pangeran Mustafa dan menghukumnya mati. Negara-negara Anatolia yang telah berencana melawannya — Aydın, Germian, Menteshe dan Teke dianeksasi dan kemudian menjadi bagian Kalifah Usmaniyah.

Murad II kemudian menyatakan perang terhadap Venezia, keemiran Karamanoğlu, Serbia dan Hongaria. Karamanoğlu dikalahkan pada 1428 dan Venezia menarik diri pada 1432 menyusul kekalahan dalam Pengepungan Salonika ke-2 pada 1430. Pada 1430-an Murad membuka sebagian besar wilayah Balkan dan berhasil membuka Serbia pada 1439. Pada 1441 Kekaisaran Romawi Suci, Polandia dan Albania bergabung dalam koalisi Serbia-Hongaria. Murad II memenangkan Pertempuran Varna pada 1444 melawan János Hunyadi namun kalah dalam Pertempuran Jalowaz dan dipaksa turun tahta.

Pada 1446 ia mendapatkan komando kembali karena gangguan yenissari dan pada 1448 ia menjebol koalisi Kristen dan Pertempuran Kosovo II (yang pertama terjadi pada 1389). Saat front Balkan terjamin Murad II pergi ke timur untuk mengalahkan putra Timur Lenk, Shah Rokh, dan kemudian keamiran Karamanoglu dan Çorum-Amasya.

Pada 1450 Murad II melanjutkan pasukannya ke Albania dan meluncurkan pengepungan yang berhasil ke kastil Kruje untuk memadamkan pemberontakan yang dipimpin oleh Skanderbeg. Di musim dingin 14501451, Murad II sakit, dan meninggal di Edirne. Ia digantikan putranya Mehmed II (1451–81).
Ia menikahi Mara, putri George Brankovich dari Serbia [1]


Sumber


0 komentar:

Posting Komentar

Copyright @ 2013 PEJUANG ISLAM.