Kamis, 19 Desember 2013

Filled Under:

Mehmed IV, Suleiman II, Ahmed II, Mustafa II, dan Ahmed III

Mehmed IV

Mehmed IV juga dikenal sebagai Mohammed IV (bahasa Arab محمد الرابع) (lahir 2 Januari 1642, mangkat 1693) adalah sultan Turki Ottoman dari 1648 hingga 1687. Ia adalah putra Sultan İbrahim I dan permaisurinya Turhan Hadice.

--------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

Suleiman II


Suleiman II (15 April 16421691) (bahasa Turki Utsmani: سليمان ثانى Süleymān-i sānī) adalah Sultan Turki Utsmani dari 1620 hingga 1666. Adinda Mehmed IV (1648–87), Suleiman II menghabiskan sebagian besar hidupnya di kafes (sangkar), sejenis tahanan mewah buat pangeran di Istana Topkapı (diancang untuk memastikan takkan ada pemberontakan).

Saat didekati naik tahta setelah terdepaknya kakandanya pada 1687, Suleiman II mengira bahwa delegasi itu akan datang membunuhnya dan satu-satunya cara memengaruhi adalah ia bisa digoda keluar istananya untuk bersiap dianugerahi pedang khalifah secara seremonial.
 
Sulit mengendalikan diri, Suleiman II membuat pilihan cerdas dengan mengangkat Ahmed Faizil Köprülü sebagai Raja Muda. Di bawah kepemimpinan Köprülü Turki menghambat gerak maju Austria ke Serbia dan membasmi pemberontakan di Bulgaria. Selama gerakan mengambil kembali Hongaria timur, Köprülü dikalahkan dan syahid di tangan Ludwig Wilhelm dari Baden dalam Szlankamen pada 1690. Suleiman II sendiri mangkat setahun kemudian.

Sumber
---------------------------------------------------------------------------------------------------------------

Ahmed II

 Ahmed II (bahasa Turki Ottoman: احمد ثانى Aḥmed-i sānī) (25 Februari 16431695) adalah Sultan Turki Ottoman dari 1691 hingga 1695. Ahmed II adalah putra Sultan Ibrahim I (1640–48) dan menggantikan saudaranya Suleiman II (1687–91) pada 1691.

Tindakan Ahmed II yang banyak diingat adalah pengangkatan Mustafa Köprülü sebagai raja muda. Hanya beberapa minggu setelah kenaikannya Kesultanan Ottoman mendapat kekalahan besar dalam Pertempuran Slankamen dari Austria di bawah Ludwig Wilhelm dari Baden dan dipukul ke Hongaria. Selama 4 tahun masa pemerintahannya bencana demi bencana terus melanda negerinya, dan pada 1695 Ahmed II meninggal, lelah akibat penyakit dan kedukaan.

Sumber
----------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

Mustafa II

Mustafa II (bahasa Turki Utsmani: مصطفى ثانى Muṣṭafā-yi sānī; lahir 6 Februari 1664 – meninggal 28 Desember 1703 pada umur 39 tahun) adalah Sultan Turki Utsmani dari 1695 hingga 1703. Ia adalah putra sultan Mehmet IV (1648–87) dan turun tahta demi kepentingan saudaranya Ahmed III (1703–30) pada 1703.

Di akhir kekuasaannya, Mustafa II mencoba memperbaiki kekuasaan, yang hanya menjadi jabatan simbolis sejak pertengahan 1600-an, saat Mehmed IV memberikan kekuasaannya pada Raja Muda. Strategi Mustafa II adalah menciptakan dasar alternatif baginya membuat kedudukan timar, anggota kavaleri Kesultanan Ottoman, setia padanya. Namun, timar-timar itu, pada titik ini bertambah menjadi bagian usang mesin militer Turki Utsmani.

Strategi itu (disebut "kejadian Edirne" oleh sejarawan) gagal, dan Mustafa II didepak pada tahun yang sama, 1703.

Sumber
-------------------------------------------------------------------------------------------------------------

Ahmed III


Ahmed III (30 Desember 1673 – 1 Juli 1736) adalah khalifah Turki Usmani dan putra Sultan Mehmed IV. Naik tahta berkat Bâb-ı Âli pada tahun 1703 setelah mundurnya saudaranya Mustafa II.

Ahmed membangun hubungan baik dengan Inggris, mengingat ancaman Rusia. Negaranya memberikan perlindungan pada Raja Karl XII dari Swedia yang kalah perang dalam Pertempuran Poltava pada tahun 1709 di zaman Tsar Pyotr Agung. Karena harapannya untuk berperang mewanan Rusia, sultan ini mengumumkan perang terhadap saingannya di utara, di bawah pimpinan Wazir Agung Baltaji Mahommed Paşa pasukan Turki berhasil memaksa Rusia bertekuk lutut di Sungai Prut tahun 1711.

Perang itu diakhiri dengan perjanjian yang menuntut pengembalian Azov kepada Turki, penghancuran sejumlah benteng yang dibangun untuk Rusia, sedangkan Tsar berjanji untuk berhenti ikut campur dalam urusan Persemakmuran Polandia-Lituania. Harapan Sultan untuk berjalan menerobos Moskow hampir saja berhasil kalau saja tidak ada serangan Safavid ke negaranya.

Serangan Persia menimbulkan kekacauan di dalam negeri, menimbulkan pemberontakan Yennisari, yang menyebabkannya turun tahta pada bulan September 1730. Ia mangkat dalam tahanan 5 tahun kemudian.
Pemerintahan Ahmed III, yang berlangsung selama 27 tahun, meski ditandai dengan bencana Perang Turki Besar, tidak berhasil karena daerah Balkan terpaksa hilang ke tangan Monarki Habsburg. Di masanya, keuangan Turki berjalan baik, diperoleh tanpa pajak berlebihan maupun PungLi. Di masa pemerintahannya pula, terjadi perubahan penting di Kepangeranan Donau.


Sumber


 

0 komentar:

Posting Komentar

Copyright @ 2013 PEJUANG ISLAM.