Kamis, 19 Desember 2013

Filled Under:

Alp Arslan

Alp Arslan (ألب أرسلان) dilahirkan pada tahun 421 H (1029 M) dilahirkan dengan nama Muhammad bin Daud Chagir. Nama 'Alp Arslan' berarti “Singa yang Gagah Berani”.

Alp Arslan adalah Sultan kedua dari Dinasti Seljuk yang membentang dari Persia sampai Turki (pada tahun-tahun berikutnya daerah Seljuq melebar sampai Asia Tengah). Dia mewarisi daerah kekuasaan di Khurasan dari ayahnya, Daud pada tahun 1059 sementara daerah Oran diwariskan kepadanya dari pamannya pada tahun 1063, dan menjadi penguasa tunggal Persia dari sungai Oxus sampai Tigris. Dalam menjalankan pemerintahannya ia dibantu oleh Nizam al-Mulk, seorang negarawan yang paling cakap pada masa awal pemerintahan Alp Arslan. Pemerintahannya berlangsung dengan baik dan ia berhasil menundukkan kelompok-kelompok yang saling bersaing sehingga ia dapat menciptakan kedamaian dan keamanan dalam wilayah kekuasaannya.

Ekspedisi pertamanya diawali dari keinginannya untuk menguasai kekayaan besar yang dipegang oleh Gereja St. Basil yang berada di Caesaria yang bertempat di ibukota Cappadocia, kemudian setelah sukses menundukkan kota tersebut ia menyeberang sungai Eufrat dan menuju ke Goergia dan Armenia yang pada tahun 1064 berhasil ia tundukkan. Pada tahun 1068 ia menyerang Romawi Byzantium. Kaisar Romawi pada saat itu Romanos IV Diogenes dengan memimpin secara langsung pasukannya berhadapan dengan pasukan Seljuq di Cihcia. Dalam 3 ekspedisi yang berat (dua di antaranya dipimpin oleh Kaisar Romanus dan satu lagi dipimpin oleh Manuel Comnemnus) pasukan Seljuq berhasil dihalau dan dipaksa mundur sampai ke seberang sungai Eufrat. Setelah kekalahan tersebut terjadilah Pertempuran Manzikert.

 Alp Arslan


Sumber

Pertempuran Manzikert

Pertempuran Manzikert, atau Malazgirt adalah pertempuran yang terjadi antara Kekaisaran Bizantium atau Kekaisaran Romawi Timur dan pasukan Seljuk yang dipimpin oleh Alp Arslan pada tanggal 26 Agustus 1071 di dekat Manzikert, Armenia (Malazgirt, Turki modern) di Basprakania [5] thema (provinsi) dari kekaisaran. Kekaisaran Bizantium dapat dikalahkan dalam pertempuran ini dan Kaisar Romanos IV Diogenes ditangkap. Pertempuran Manzikert memainkan peran penting dalam kehancuran Bizantium dan membuka jalan bagi orang Turki di Anatolia. Dalam jangka waktu sepuluh tahun setelah pertempuran ini, kaum Turki Seljuk telah merebut kota Nicaea. Kota tersebut berada di tepi Selat Bosporus, di seberang Konstantinopel, Ibu kota Kekaisaran Bizantium. [6]

Awal Pertempuran

Alp Arslan memimpin pasukannya dari sebelah utara Danau Van menuju Manzikert, yang kemudian ia serbu dan kuasai. Kemudian ia menuju Edessa, akan tetapi ia gagal menguasainya. Setelah itu Kaisar Romanus menuju ke daerah tersebut dan mulai mengumpulkan pasukannya. Jumlah pastinya tidak diketahui pastinya. Menurut sejarawan Muslim kontemporer jumlahnya mencapai 200.000 sampai 400.000, akan tetapi jumlah ini menurut sejarawan lainnya terlampau banyak. Itu mungkin jumlah “yang diperkirakan” menurut J. F. C. Fuller, dan memang jumlah pasukan Romawi lebih banyak dari yang dibawa oleh pihak Seljuq, setidaknya pada awal pertempuran. Namun, ketika pertempuran berlangsung, jumlah mereka kurang lebih seimbang. Inti masalah dari sebuah pasukan bukanlah jumlahnya, melainkan kedisiplinannya, dan kesetiaannya. Romanus sendiri kesulitan untuk mendapatkan kesetiaan dari pasukan bayaran Jerman yang terlibat dalam penjarahan kota walaupun telah diperintahkan untuk tidak melakukannya. Lebih buruk lagi, perwira utamanya mendukung konspirasi untuk melawannya yang digalang oleh istri kaisar dan anak kaisar sendiri, Michael VII.

Romanus berhenti di Theodosiopolis (Erzerum) untuk menyelesaikan persiapannya. Dia yakin bahwa Alp Arselan sedang ada di Persia, maka ia berencana untuk menguasai Manzikert dan merebut Khilat, sekitar 30 mil ke selatan untuk mendirikan markas untuk menyerang Persia. Ia memimpin pasukan ke Manzikert, sementara penyerangan Khilat diserahkan kepada pasukan Frank di bawah pimpinan Roussel de Bailleul. Karena pertahanan di kedua kota ini tidaklah begitu kuat, penyerbuan seharusnya berjalan lancar.
Akan tetapi berbeda dengan perkiraan Romanus bahwa Alp Arslan sedang berada di Persia, ternyata Alp Arslan sedang berada di Syria, tempat ia bersiap-siap untuk menyerang kerajaan Fatimiyah (yang beraqidah Syi’ah). Ketika ia menyadari kemajuan pasukan Romawi, ia berangkat dengan pasukan yang tersedia dan ketika di Mosul ia menambah lagi 14.000 pasukan, kemudian menuju ke Khoi di mana ia menerima bantuan pasukan dari Azerbaijan.

Romanus dengan mudah menundukkan Manzikert, dan kemudian melemahkan pasukannya sendiri dengan mengirim bantuan pasukan kepada Bailleul untuk menyerang Khilat. Seberapa banyak pasukan yang diserahkan kepada Bailleul tidak diketahui jumlah pastinya. Akan tetapi, ketika Alp Arslan seperti muncul entah dari mana, Bailleul mundur tetapi tidak mundur kepada kaisar Romanus, melainkan pergi menjauhi kedua pasukan . Khilat tentu saja jatuh ke tangan tentara Seljuq, dan segera menuju Manzikert.[7]

Pertempuran Utama

Ketika Advanced Guard Kaisar Romanus pergi untuk berhadapan dengan pasukan Alp Arslan, ia mengirim pesan kepada Bailleau untuk kembali, sebuah usaha yang sia-sia. Pun begitu, sang Kaisar tidak kekurangan percaya diri. Ia bersandar pada taktik klasik yang telah terbukti selama berabad-abad: pasukan Byzantium yang bersenjata lebih berat dan berlapis baju zirah seringnya lebih unggul dalam menghadapi pasukan kavaleri nomaden yang bersenjata lebih ringan. Bahkan, ketika Arslan mengirim duta perdamaian, ia menolaknya mentah-mentah dan meminta kesediaan Arslan untuk menyerah dan berjanji untuk tidak menyerang daerah Romawi lagi. Tanpa kesepakatan dari kedua belah pihak, pertempuran tidak terhindarkan lagi, dan mereka segera bersiap-siap untuk bertempur.


 Pada tanggal 26 Agustus 1071, betepatan dengan 27 Dzul-Qa’idah, kedua belah pasukan akhirnya saling berhadapan. Kaisar Romanus memutuskan untuk menggunakan taktik standar yang dipakai pasukan Romawi untuk menghadapi kavaleri Turki yaitu mempertahankan barisan dengan infantri dan kavaleri berat mereka dan memojokkan lawan ke sebuah medan alami di mana kecepatan dan menuver lawan tidak bisa digunakan (metode andalan kavaleri Turki dan nomaden lainnya seperti Mongol). Pada awal pertempuran, taktik pasukan Turki dengan meluncurkan anak panah dari jarak jauh menghasilkan hasil yang cukup memuaskan dengan melukai kuda dan menebar ketakutan di antara pasukan bayaran dari suku Kipchak dan Petcheneg sehingga mereka meninggalkan medan tempur. Karena pasukan kavaleri berkurang karena kerja para pemanah Alp Arslan, Kaisar Romanus memerintahkan pasukannya untuk maju. Hasilnya cukup baik bila Romanus hanya ingin mereka mundur dan meninggalkan kemah mereka, namun area tersebut sangat terbuka bagi pasukan Alp Arslan untuk mundur ke mana pun mereka inginkan dan mereka terus menghindar dari pasukan Romawi selama pertempuran pada hari itu (menjalankan taktik hit and run).

Ketika kegelapan mulai menyelimuti, Romanus menghadapi dilema. Untuk maju terus ke depan, tidak akan memberi hasil yang berarti, dan untuk mundur kembali ke kemah tanpa hambatan adalah mustahil. Dengan sedikitnya pilihan yang tersedia, ia memerintahkan pasukannya untuk kembali ke kemah. Pasukan Seljuk dengan tangkas mengejar pasukan Romawi, dan ketika pasukan Seljuq sudah mendekati pasukan Romawi, Kaisar Romanus segera memerintahkan pasukannya untuk berbalik dan menghadapi mereka. Namun hanya pasukan yang ada di dekatnya yang menanggapi perintah tersebut, sementara pasukan garis belakang tidak menanggapinya. Romanus tertinggal menghadapi pasukan Seljuq dengan pasukan yang lebih sedikit. Pasukan Romanus melawan dengan keras, namun kesempatan baik tidak ada pada mereka, dan ketika kegelapan telah sirna, kemenangan sudah di tangan Alp Arslan dan pasukan Seljuq.

Akhir dari Pertempuran

Ketika sang kaisar Romawi yang terluka dan berdebu dibawa ke hadapan sang Sultan Seljuq, ia menolak untuk mempercayai bahwa orang yang dibawa ke hadapannya itu adalah seorang kaisar, setelah memeriksa identitas sang Kaisar, Sultan Seljuq itu menginjak leher sang kaisar dan memaksanya untuk mencium tanah, dan berkata[8] A famous conversation is also reported to have taken place[9]:
Alp Arslan:Andai diriku ini yang dibawa ke hadapanmu, apa yang akan kau lakukan terhadapku?”
Romanos:Mungkin aku akan membunuhmu, atau memamerkanmu di jalan di Konstantinopel.
Alp Arslan:Hukuman dariku terhadapmu lebih berat dari itu. Aku mengampunimu dan membebaskanmu.
Setelah itu sang Sultan memperlakukan sang Kaisar dengan baik, dan sekali lagi menawarkan perjanjian damai yang sudah ia usahakan sebelum pertempuran.

Kaisar Romanos tetap berada dalam tahanan sang sultan selam seminggu, dan selama waktu-waktu tersebut ia diperbolehkan untuk makan bersama Sultan sementara perjanjian disetujui. Isi perjanjian tersebut adalah:Antioch, Edessa, Hierapolis, dan Manzikert diserahkan kepada kesultanan Seljuq. Sang Kaisar dibebaskan dengan tebusan 1.5 juta keping emas sebagai pembayaran awal ditambah 360.000 keping emas sebagai upeti per tahun. Ditambah lagi, diadakannya pernikahan politik antara anak laki-laki Alp Arslan dengan putri dari Romanus. Sang Sultan kemudian memberikan banyak hadiah dan mengutus dua emir dan pasukan mameluke sebagai pangawal Kaisar selama perjalanannya kembali ke Konstantinopel.

Tidak lama setelah kembali ke tampuk kekuasaan, Romanus mendapati dirinya dalam masalah besar. Walaupun ia berhasil untuk mendirikan pasukan yang loyal, ia dikalahkan tiga kali dalam peperangan melawan keluarga Ducas. Romanus akhirnya digulingkan dari takhta, kedua matanya dibutakan, dan diasingkan di pulau Proti. Tidak lama kemudian ia mengalami infeksi akibat luka dari pembutaan matanya dan kemudian meninggal. Ketika badannya dibawa ke kota Anatolia yang telah ia pertahankan dengan mati-matian, bukan arak-arakan yang megah yang diberikan, melainkan arak-arakan yang memalukan di atas keledai dengan muka yang telah membusuk.

Catatan kaki

  1. ^ a b Haldon 2001, hlm. 173
  2. ^ Norwich 1991, p. 238.
  3. ^ a b Markham, Paul. "Battle of Manzikert: Military Disaster or Political Failure?"
  4. ^ a b Haldon 2001, hlm. 180.
  5. ^ Hewsen, Robert H. (2001). Armenia: a historical atlas. The University of Chicago Press. hlm. p. 126. ISBN 0-226-33228-4.
  6. ^ Peter Malcolm Holt, Ann Katharine Swynford Lambton, Bernard Lewis The Cambridge History of Islam, 1977, p.231,232 [1]
  7. ^ "Alp Arslan dan Pertempuran Manzikert". 16 Juni 2012.
  8. ^ Kesalahan pengutipan: Tag <ref> tidak sah; tidak ditemukan teks untuk ref bernama Norwich240
  9. ^ Peoples, R. Scott Crusade of Kings Wildside Press LLC, 2008. p. 13. ISBN 0-8095-7221-4, ISBN 978-0-8095-7221-2 

Sumber

0 komentar:

Posting Komentar

Copyright @ 2013 PEJUANG ISLAM.