Senin, 20 Januari 2014

Filled Under:

SEJARAH KERAJAAN PAGATAN 1

Oleh: Drs. H. Faisal Batennie, M.Pd.

A. PENDAHULUAN

Masuknya perdaban Bugis di Kalimantan diperkirakan sekitar abad ke XVII, ukuran waktu tersebut berdasarkan masa penulusuran sejarah kehadiran para saudagar-saudagar Bugis di Pisesisr Kalimantan Selatan seperti di Pasir Kalimantan Timur dan di Pagatan Kalimantan Selatan. Sebagaimana diketahui bahwa Orang Bugis sejak dulu kala dikenal sebagai pelaut ulung yang telah mampu mengarungi dan menjelajah perairan samudera diseluruh wilayah nusantara dari Timur Perairan Uastralia sampai ke Barat Perairan Madagaskar. Oleh karena itu kemudian hampir diseluruh wilayah pesisir kepulauan nusantara ini terdapat perkampungan komonitas suku Bugis, seperi suku Bugis Johor di Malaysia dan suku Bugis Pagatan di Kalimantan.
Daerah-daerah pesisir yang akan disinggahi para saudagar bugis, apabila memiliki nilai ekonomi strategis maka kemudian akan dijadikan perkampungan yang merupakan cikal balakal berkembangan peradabaan suku bugis diluar Sulawesi Selatan. Hal tersebut dapat ditelusuri sebagai salah satu kajian sejarah suku Bugis Pagatan yang ada di Wilayah Banua Orang Banjar Kalimantan Selatan. Keberadaan suku Bugis Pagatan di Kalimantan Selatan selanjutnya dapat menambah keunikan peradaban didaerah ini yang menjadi khasana Budaya yang hermonis dengan peradapan Budaya Orang Banua.
Keberadaan Kerajaan Pagatan di Banua orang Banjar dalam sejarah tidak pernah dipersoalkan oleh Kesultanan Kerajaan Banjar, bahkan mendapat restu untuk mengatur pemerintahan sendiri terhadap daerah yang telah dibangun oleh suklu Bugis. Oleh karena itu berdirinya kerajaan pagatan hanya merupakan kerajaan kecil yang berdaulat pada Kerajaan Banjar yang merupakan salah satu kerajaan Islam terbesar di wilayah Nusantara. Keberadaan kerajaan Pagatan justeru membantu Kerajaan banjar dalam mempercepat pembangunan diwilayah pesisir dan penyebaranan Agama Islam di Kalimantan Selatan.
Berkembangannya peradaban suku Bugis Pagatan diwilayah pesisir Kalimantan Selatan dikarenakan adanya restu oleh Penguasa Kerajaan Banjar, didasrkankan pada adanya persamaan keyakinan dengan menempatkan agama Islam sebagai agama yang dijadikan untuk membina kerukunan dan mengatur pemerintahan. Oleh karena itu kemudian terjadilah hubungan yang baik antara kedua suku bangsa ini, terutama pada penguasa kerajaan dan tokoh agama yang turut serta menyebarkan agama Islam di Wilayah pesisir Kalimantan. Bahkan selanjutnya kedua etnis ini bahu-membahu menentang kolonial yang ingin berkuasa didaerah Kalimantan, dilanjutnya dengan perjuangan pergerakan mempertahan kemerdekaan RI dibawah Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).


B. LAGENDA DARI PAGATAN

Sebelum peradaan Bugis Pagatan berkembang di Pesisir Kalimantan Bagian Tenggara ini, dulunya hanya merupakan hutan rotan belantara, akan tetapi wilyah ini memiliki potensi alam yang cukup besar yang ditunjang dengan letak wilayah yang strategis, yaitu diapit oleh laut dan sungai serta terdapat selat yang dijadikan para pelaut sebagai tempat perlindungan apabila terjadi badai di laut jawa. Disekitar Muara Pagatan terdapat sungai yang membelah wilayah Pagatan menjadi dua wilayah yaitu wilayah pesisir menghadap Laut Jawa dan wilayah Daratan. Kemudian alur sungai ini megngalir dari kaki gunung meratus samapi mengalir ke Selat Pulau Laut sungai ini dulunya dkenal dengan nama sungai Kukusan sekarang sungai Kusan yang terdapat di Pagatan.
Lagenda Muara Sungai kukusan sekarang Muara Pagatan telah menjadi perhatiansejak dulu kala, tersebut salah seorang Datu yang sakti mandra guna telah melakukan pertapaan di Muara Pagatan, yaitu Bernama Datu Mabrur.

1. Datu Mabrur.
Dalam catatan sejarah Istilah Datu dikenal dalam tingkatan sosial dalam masyarakat Melayu seperti di Sumatera, Malaysia, dan Kalimantan (Banjar). Konon masyarakat Banjar memberikan gelar Datu kepada orang yang Alim dan Saleh, Kepala Adat, Orang yang dituakan, serta Pahlawan yang memiliki kesaktian yang mandraguna. (Idwar Saleh: 1978)

Diwilayah Tanah Bumbu dan Pulau Laut juga ada bebera ceritera rakyat tentang keberadaan Datu yang memilik kesaktian mandra guna, diantaranya adalah Datu Mabrur. Datu Mabrur mempunyai tiga saudara dan ketiga saudaranya telah berkeluarga. Diantara saudaranya ada yang kawin dengan Putri Jawa, Puteri Bali, dan adapula dengan orang Sumatera. Sementara Datau Mabrur belum berkeluarga maka memutruskan untuk melakukan pengembaraan, hingga membawanya samapi di Muara Pagatan di Wilayah Tanah Bumbu. Di Muara Pagatan tepatnya Muara Sungai Kukukusan Datu Mabrur memtuskan untuk melakukan pertapaan.

Setelah dalam pertapaan Datu Mabrur berhasil memunculkan Pulau lengkap dengan gunung yang elok dan cantik kemudian dikenal dengan Sabak Halimun ada juga menyebutnya Pulau Halimun sebab dikatakan demikian sebab Pulau Halimun sebab bisa hilang dan bisa muncul. Kemudian Datu Mabrur berniat untuk berkeluarga dan berhasil mempersunting seorang putri dari Pulau Dewata (Bali), dari hasil perkawinan tersebut melahirkan keturunan 7 orang anak terdiri dari 6 anak laki-laki dan 1 orang anak perempuan. Yang masing-masing keturunannya tersebut bernama,
1. Datu Belang Ilat.
2. Datu Karang Kabunan.
3. Datu Karang Baingsang.
4. Datu Karang Kintang.
5. Datu Karang Jangkar.
6. Datu Ning Kurung, (perempuan) dan
7. Data.

Seperti hal itu juga seorang pertapa yang sakti mandra guna bernama Datu Mabrur setalah berhasil membangun pemukiman dan berkeluarga. Kemudian Datu Mabrur membangun peradaban yang berlandaskan Idiologi Agama Hindu sesuai agama yang diyakini. Diawali dengan pengaturan pemerintahan di Pulau Halimun dengan memberdayakan anak-anaknya terlibat dalam pemerintahan Pulau Halimun. Konon pemerintahan di Pulau Halimun Datu-datu yang memegang kekuasaan berada dalam alam gaib tak nampak oleh manusia biasa.
1. Datu Belang Ilat diangkat menjadi Tumenggung.
2. Datu Karang Kabunan diberi tugas untuk mengurus perkebunan dan segala macam tanam-tanaman supaya menjadi subur.
3. Datu Karang Baingsan dipercayakan untuk mengurusi segala hasil laut seperti ikan dan sejenisnya.
4. Datu Karang Jangkar ditugaskan mengurusi pelayaran.

Pernah suatu saat penguasaa Kerajaan Banjar berkunjung Pulau Halimun, karena adanya laporan perjalanan pelayaran pelaut dari Negeri India yang sedang melewati suatu tempat kemudian kapalnya kandas ditengah laut. Tapi yang mengheran nakhoda ditempat kandas seperti ada pulau yang ramai dan kedengaran orang melakukan kegiatan ritual dan aktivitas lainnya, sementara secara kasat tidak ada pulau dan manusia yang kelihatan, setalah kapal terlepas dari kandas kemudian melanjutkan perjalanan ke Bandarmasih dan hal ini disampaikan kepada penguasaan kerajaan.

Raja Banjar diantara Nakhodal India berhasil sampai ke Pulau Halimun tempat dimana kapal India tersebut kandas, tetapi semapai ditempat tersebut Pulau yang dimaksud juga tidak tampak. Kemudian Raja Banjar melaksanakan sholat meminta pertolongan Allah SWT, doanya dikabulkan dan Pulau Halimun muncul dengan eloknya namun, kemudian Raja dan pengikutNya berjalan-jalan mengelilingi Pulau halimun sudah sekian lama berjalan ternyata tidak melihat seorang manusiapun dipulau tersebut. Kemudia Raja sholat dan berdoa lagi alhasil kelihatanlah penduduk dipulau itu yang sedang melakukan berbagai aktivitas. Kemudia Raja bertanya pada salah seorang penduduk tentang siapa penguasa di Pulau ini, orang tersebut kemudian menjawab bahwa kami disini tidak mempunyai Raja hanya memeliki Tumenggung yang berkuasa didaerah ini. Raja Banjar minta diantarkan untuk bertemu dengan Tumenggung. Selanjutnya kedua pimpinan saling berkenalan satu dengan yang lain bahkan memperkenalkan agama yang masing-masing dianutnya.

Raja Banjar bahkan sempat menawarkan kepada tumenggeng dan masyarakat Pulau Halimun agar masuk dalam agama Islam. Tumenggungpun menerima dengan baik usulan Raja Banjar, namun sebelum itu Tumenggung meminta para Pendeta dan petinggi agama di Pulau Halimun untuk membahas usulan Raja Banjar. Sehingga menghasilkan kesepakan bahwa sebahagian masyarakat Halimun memelik Islam dan sebahagian lagi bertahan pada agama yang telah diyakini terutama para pendeta. Kemedian Tumenggung bertanya kepada pendeta yang bertahan pada keyakinan agamanya sebelumnya. Salah seorang Pendeta mengatakan bahwa kalau kami semuanya masuk dalam agama yang ditawarkan oleh Raja Banjar, maka Pulau Halimun tidak dapat dipertahankan lagi sebagai pulau yang gaib, keputusan ini dipahami dan dihormati Temunggung dengan baik. Tapi Tumenggung dan keluarganya menyatakan diri memeluk agama Islam, kemudian diadakanlah perjanjian dengan Raja Banjar. Temuenggung meminta kepada Raja Banjar agar dapat mengatur sistem pemerintahan di Pulau Halimun sebab selema ini Tumenggung mengaturnya hanya sistem kekeluargaan, hal ini disetujui oleh Raja Banjar.

Inilah latar belakang kemudian menjadikan lahirnya Negara Dibalik Sumpah di mana terbagai wilayah kekuasaan di Pulau Halimun menjadi dua wilayah kekekuasaan wilayah gaib dinyatakan sebagai Pulau Halimun dan wilayah yang tampak kemudian dinamakan Pulau Laut.

Fahrurraji: (2002) Dilain riwayat juga diceritakan ketika Sultan Suriansyah memerintahkan Datu Pujung untuk mencari Kayu Ulin empat batang untuk tiang guru Mesjid yang akan didirikan di Kuin Kerajaan Banjar. Setelah Datu Pujung menerima titah Penembahan kemudian segara berangkat ke Timur , sampailah Datu di Muara Sungai Kukusan Pagatan akan tetapi setelah menulusuri hutan belantara tidak menemukan kayu yang dimaksud, hingga akhirnya Datu Pujung bertemu dengan seorang pertaba di Muara Sungai Kukusan yang bernama Datu Mabrur. Datu Pujung tinggal beberapa saat dengan Datu Mabrur di Muara Sungai Kukusan. Kemudian terjalinlah persahabatan yang baik antara kedua datu, hingga suatu hari Datu mabrur minta bantuan kepada Datu Pujung sahabatnya yang sakti mandra guna untuk mencarikan sebuah gunung yang indah di Pulau Jawa yang kelak akan diletakan di sekitar Sungai Kukusan. Tanpa banyak pikir Datu Pujungpun berangkat ke Pulau Jawa, karena menggunakan ilmu lari cepat sebantar saja sampai ketempat yang dituju, kemudian diambilnya sebuah gunung lalu diikatkannya diatas punggungnya dengan tali kemudian dengan cepat pula gunung itu dibawah ke Datu Mabrur, sesampai sekitar Muara Sungai Kukusan tali pengikat gunung putus dan gunung tersebut terjatuh di laut sekarang gunung tersebut dikenal dengan gunung Jambangan yang ada di Pulau Laut.

2. Sungai Kukusan dan Pulau Halimun
Sungai Kukusan adalah sebuah sungai yang alurnya dipadalam berasal dari kaki gunung meratus kemudian mengalir kehilir samapai dengan Selat Pulau Laut dan Laut Jawa. Sungai Kukusan telah membagi dua wilayah Pagatan wilayah dataran dengan potensi pertanian dan perkebunan dan wilayah pantai dengan potensi perekinan laut. Kemudian diapit alur laut jawa dan selat Pulau yang sangat strategis untuk jalur pelayaran yang sampai sekarang ramai dikunjungi baik belayaran samudera, lokal, dan pelayaran rakyat.

Sebagai mana telah diuraikan sebelumnya bahwa keberadaan Pulau Halimun buah hasil pertapaan Datu Mabrur kemudian dapat memculkan Pulau yang elok dan cantik. Kemudian asal mula keberadaan Datu Mabrur tidak diketahui dari mana asalnya, yang jelas bahawa beliau seorang pengembara membawanya samapai di Muara Sungai Kukusan (Sekarang Sungai Kusan terletak di Pagatan Tanah Bumbu).

Keberadaan Pulau Halimun tidak terlepas dengan buah hasil pertapaan seorang Datu Saklti Mandra Guna bernama Datu Mabrur, sebagaiaman persi cerita berikut ini :

Menurut catatan portopolio Sulaiman Najam: Keberadaan Pulau Halimun ini atas jasa Datu Mabrur dan 3 saudaranya, semula Datu Mabrur bermukim di Muara Sungai Kukusan salah satu wilayah di Pagatan. Hingga pada suatu hari Datu Mabrur duduk bertapa diatas batu besar muara sungai Kukusan yang kemudian batu besar tersebut mengantarkan datu Mabrur ketengah laut, bertahun-tahun Datu Mabrur terombang ambing diatas batu namun tidak mengurangi kekhusuan pertapaanya sehingga atas upaya pertapaan tersebut batu tempat pertapaanya tadi menjadi sebuah Pulau yang kemudian diberi nama dengan Pulau Halimun. Ketika kemunculan Pulau Halimun Datu Mabrur kemudian menjadikan sebagai tempat pemukiman bagi keluarganya. Pada suatu hari Datu Mabrur mendapat kunjungan dari sahabatnya yaitu Datu Pujung, dalam pertemuan istimewa ini Datu Mabrur kemudian meminta tolong kepada Datu Pujung agar mencarikan gunung di Pulau Jawa, agar nantinya Pulau Haliman menjadi Pulau yang indah dan elok. Datu Pujung dengan senang hati pula memenuhi keinginan sahabatnya kemudian didatangkannya sebuah gunung yang kemudian dikenal dengan gunung Jambangan.

Bambang (1981) Oleh karena merasa bosan tinggal sendirian di Kampun, Datu Mabrur meninggalkan kampun halaman dengan seorang diri dan akhirnya pada suatu tempat kemudian diketahui bernama Muhara Pagatan. Datu Mabrur duduk termenung kemudian melihat sebuah batu besar yang menarik perhatiannya. Kemudian batu besar tersebut diangkatnya diatas pundaknya yang kekar dan kuat menunuju ketengah laut, sesa,painya dilaut dalam kemudian melatekan batu tersebut. Selanjutnya Daru Mabrur naik diatas duduk bersemedi melakukan pertapaan. Setelah bertahun-tahun lamanya keadaan batu tersebut telah mengalami perubahan. Batu tersebut menjadi besar bentuknya karena telah ditumbuhi pasir dan segala benda-benda yang menyangkut dibatu tersebut yang menjadikan kemudian batu itu menjadi sebuah Pulau. Pada mulanya pulau itu bernama Sabak Halimun (penuh diliputi oleh awan) oleh sebab itu pulau tersebut tidak kelihatan.

Pulau Laut dipandang dari Muara Sungai Kukusan

Pada suatu hari di Sabak Halimun Datu Mabrur di Kunjungi oleh seorang Datu yang sakti mandraguna berasal dari Kerajaan Banjar bernama Datu Pujung. Kemudian kedua datu yang sakti ini menjalin persahabatan, sehingga pada suatu saat Datu Mabrur minta pertolongan Datu Pujung yang memiliki kesaktian dapat memikul beban seberat apapun dapat dipikul dengan cara berlari cepat. Untuk dapat mengambil mengambilkan sebuah gunung yang tinggi di pulau jawa yang akan diletakan sesuai dengan keinginan Datu Mabrur. Kemudian Datu Pujung Tampa berpikir secepat kilat membawakan gunung Datu Mabrur, belum sampai ketujuan yang dimaksudkan Datu Mabrur tiba-tiba gungung tersebut terjatuh dari pikulan Datu Pujung. Namun walaupun tempat jatuhnya tidak sesuai dengan kehendak Datru Mabrur ternyata kemudian Datu Mabrur meyakini bahwa tempat jatuhnya gunung tersebut posisinya lebih baik daripada dimaksudkan rencana sebelumnya. Gunung inil;ah kemudian dinamakan dengan Gunug Jambangan yang menjadi simbol Kotabaru yang terletak diselat Pulau Laut berhadapan dengan Muhara Pagatan.


3. Kerajaan Pagatan di Serang Pasukan Bone
Hal ini pernah diceritakan ketika pasukan kerajaan Bone ingin menyerang Kerajaan Pagatan menjelang sebuh sebelum tiba di Pantai Pagatan ditengah perjalanan tiba-tiba pasukuan kerajaan bone dikejutkan dengan adanya suara ayam yang berbunyi pada hal ia tidak melihat adanya pulau tempat ayam berkokok. Sehingga atas kejadian tersebut pasukan Bone membantalkan untuk menyerang di Kerajaan Pagatan. Setiba di Kerajaan Pagatan yang ia tanyakan kenapa ada ayam berbunyi ditengah laut pada Arung (Raja) Pagatan. Kemudian Arung Pagatan secara diplomasi pula memberikan penjelasan, bahwa untuk memunculkan sebuah Pulau ditengah laut adalah hal yang muda bagi kami, yang terpenting adalah pasukan kerajaan Bone dipersilahkan dulu naik Kesoraja (Istana Raja) menikmati hidangan yang telah kami persiapkan untuk menjami Puang-Puang (Tuan-tuan). Setelah Arung Pagatan merasa sudah siang dan matahri bersinar tinggi kemudian pasukan kerajaan Bone di Persilahkan Pantai Pagatan untuk melihat Pulau yang telah dimunculkan Arung Pagatan. Atas diplomasi Arung Pagatan inilah kemudian pasukan Kerajaan Bone membantalkan niatnya menyerang Kerajaan Pagatan. Selanjutnya mengakui Kerajaan Pagatan sebagai kerjaan yang berdaulat sendiri yang tidak mempunyai hubungan pemerintahan dan hanya mempunyai hubungan kekerabatan dengan Kerajaan Bone.

Sebenarnya Pulau Halimun kalau malam hari menjelang subuh selalu diselimuti dengan awan mega yang putih bersih yang menyelimuti dan membungkus Pulau Halimun, sehingga yang tampat hanya awan mega yang terapun diatas laut. Menjelang siang dan mata hari bersinar secara berlahan-lahan selimut awan mega menguap memunculkan Pulau Halimun yang indah, cantik dan elok.

Pulau HalimunTerapung Ditengah Laut

4. Puanna Dekke.
Pagatan dulunya merupan hutan rotan belantara, kemudian dibuka dan dibangun oleh seorang saudagar bangsawan dari Wajo bernama Puanna Dekke. Sebelum sampai dimuara sungai Kukusan rombongan Puanna Dekke yang berlayar penyisir Pulau Kalimantan sebanarnya terdiri tiga perahu masing dipimpin oleh tiga bersaudara yaitu Puanna Dekke, Pua Janggo, dan La Paggala. Perahu Pua Janggo, La Paggala serta pengikutnya masing mampir di Muara Sungai Samaranda dan Mara Sungai Pasir. Selanjutnya Puanna Dekke melanjutkan pelayarannya sampai di Selaut Pulau Laut.
Ketika mau menuju laut Jawa Puanna Dekke terhalangan dengan badai kemudian perahunya mampir di Muara Sungai Kukusan. Tertarik dengan Sungai Kukusan perahu Puanna Dekke masuk menyelusuri sungai tersebut dimana dalam perjalannya ia tidak menemukan perkampungan yang terlihat hanya hutan belantyara. Tiba pada suatu tempat melihat sekelompok orang yang sedang melakukan aktivitas ditebing sungai, kemudian iapun mampir menemui sekelompok orang tersebut dan mananyakan nama daerah yang disinggahinya. Dari jawaban sekolompok orang memberitahukan bahwa disini jauh perkampungan dan tempat kita sekarang ini adalah biasanya dinamai sebagai tempat pemagatan, yaitu tempat orang disekitar sini memgambil rotan. Merasa tidak ada penghuninya kemudian Punna Dekke membangun dan membuka pemukiman ditempat itu sebagai tempat pemukiman komunitas Puanna Dekke, selanjutnya setelah menjadi pemukiman yang layak untuk dihuni Puanna dekke memberikan nama pemukiman barunya itu dengan nama Kampung Pagatang.

5. La Penggewa Kapitan Laut Polu.
La Penggewa adalah Raja Pagatan yang pertama yang dikenal sebagai seorang yang gagah berani, Ketika suatu saat La Pengewa diutus oleh Kakeknya Paunna Dekke. Untuk membantu Kerajaan banjar mengusir para perompak yang menggangu stabilitas keamanan perairan di Muara Sungai berita. Niat baik Puanna Dekke disambut dengan baik Panembahan sehingga La Penggewa diberikan kepercayaan memimpin pasukan untuk mengusir perompak. Atas kepercayaan penembahan La penggewa berhasil mengusir para perompak sehingga perompak tersebut lari masuk kepedalaman sungai sampai didaerah Biajuo. Atas keberhasilan ini kemudian Penambahan menganugerahkan kepada La penggewa suatu gelar kehormatan yaitu Kapitan Laut Pulau, oleh karena itu raja Pagatan ini dinamakan dengan La Penggewa Kapitan Laut Pulau.

La Penggewa Kapitan Laut Pulo juga pernah membantu Pengeran Amir yang disingkirkan oleh iparnya Pengeran Nata Mangkubumi dari Kerajaan Banjar. Oleh karena itu kemudian ketika Sultan Sulaeman berkuasa di Kerajaan Banjar, keberadaan La Penggewa Kapitan Laut Pulu yang memimpin Kerajaan Pagatan mendapatkan pengakuan sebagai Raja Pagatan yang berdaulat kepada kerajaan Banjar.

(Bersambung)

0 komentar:

Posting Komentar

Copyright @ 2013 PEJUANG ISLAM.