Sumber asing menyebut nama kerajaan yang mendahului Aceh yaitu "Lamuri", "Ramni", "Lambri", "Lan-li", "Lan-wu-li". Penulis Tionghoa Zhao Rugua (1225) misalnya mengatakan bahwa "Lan-wu-li" setiap tahun mengirim upeti ke "San-fo-chi" (Sriwijaya). Nagarakertagama (1365) menyebut "Lamuri" di antara daerah yang oleh Majapahit diaku sebagai bawahannya. Dalam Suma Oriental-nya, penulis Portugis Tomé Pires mencatat bahwa Lamuri tunduk kepada raja Aceh.
Raja-raja
Dari lebih kurang 84 batu nisan yang tersebar di 17 komplek pemakaman, terdapat 28 batu nisan yang memiliki inskripsi. Dari ke-28 batu nisan tersebut diperoleh sebanyak 10 raja yang memerintah Lamuri, 8 orang bergelar malik dan 2 orang bergelar sultan.[1]
- Malik Syamsuddin (wafat 822 H)
- Malik 'Alawuddin (wafat 822 H)
- [Malik?] Muzhhiruddin (wafat 832 H)
- Sultan Muhammad bin 'Alawuddin (wafat 834 H)
- Malik Nizar bin Zaid (wafat 837 H)
- Malik Zaid (bin Nizar?) (wafat 840 H)
- Malik Jawwaduddin (wafat 842 H)
- Malik Zainal 'Abidin (wafat 845 H?)
- Malik Muhammad Syah (wafat 848 H)
- Sultan Muhammad Syah (wafat 908 H?)[2]
Situs
Situs Kerajaan Lamuri di kampung Lam Reh kecamatan Mesjid Raya saat ini terancam musnah dikarenakan adanya rencana pembangunan lapangan golf oleh investor.[5]Galeri
Nisan berangka tahun 398 H/1007 M. Pemilik makam yang tidak diketahui
ini wafat pada hari Jumat, 22 Safar 398 H/5 November 1007 M.
Batu nisan tipe plak pling yang merupakan ciri khas nisan dari Kerajaan Lam Reh
Batu nisan jenis plak pling bertaburan tidak terpelihara di situs Kerajaan Lamuri
Jenis lain dari nisan Lamuri di Lam Reh
Benteng Kuta Lubôk, salah satu benteng dari Kerajaan Lamuri
Berbagai jenis tembikar yang didapati di situs Kerajaan Lamuri
Sumber
0 komentar:
Posting Komentar