Ajaran Katolik
Gereja Katolik Roma pada umumnya menganut aliran pemikiran Amilenial, yang dikemukakan oleh Augustinus dari Hippo dalam karyanya "Kota Allah". Augustinus mengklaim sebuah penggenapan nubuat yang tidak harafiah. Umat Katolik dapat pula merujuk kepada Injil Matius 24:36; di sini Kristus dilaporkan mengatakan:"Tetapi tentang hari dan saat itu tidak seorang pun yang tahu, malaikat-malaikat di sorga tidak, dan Anak pun tidak, hanya Bapa sendiri."Sementara sebagian yang percaya akan penafsiran harafiah terhadap Alkitab menegaskan bahwa ramalan tentang tanggal-tanggal atau waktu itu sia-sia, dan sebagian penulis lainnya percaya bahwa Yesus meramalkan tanda-tanda yang akan menunjukkan bahwa “akhir zaman” sudah dekat. Sebagian dari tanda-tanda ini adalah gempa bumi, bencana alam, masalah-masalah di masyarakat, 'peperangan dan kabar burung tentang perang', dan bencana-bencana lain. Namun tentang kapan persisnya semua itu akan terjadi, ia akan datang “seperti pencuri di malam hari”.
Menurut Katekismus Gereja Katolik, iman Katolik mengenai "akhir zaman" dibahas dalam Pengakuan Iman.[5]
Gereja-gereja Protestan
Kaum Milenialis memusatkan perhatian pada apakah orang-orang yang percaya sejati akan menyaksikan penderitaan atau disingkirkan dari padanya dalam apa yang disebut sebagai Pengangkatan Pra-Penderitaan, suatu persoalan yang terus-menerus menghasilkan perpecahan di kalangan kaum evangelikal. Kaum Amilenialis percaya bahwa akhir zaman mencakup waktu dari kenaikan Kristus ke surga hingga Hari Kiamat dan menegaskan bahwa sebutan “seribu tahun” dalam Kitab Wahyu dimaksudkan untuk ditafsirkan secara metaforis (artinya, tidak secara harafiah, atau ‘secara rohani’).Keyakinan-keyakinan tentang akhir zaman di kalangan Kekristenan Protestan sangat berbeda-beda. Kaum Kristen pra-milenialis yang percaya bahwa akhir zaman sedang terjadi saat ini, biasanya spesifik tentang garis waktu yang berpuncak pada hancurnya dunia. Bagi sebagian orang, Israel, Uni Eropa, atau Perserikatan Bangsa-Bangsa dipandang sebagai pemain-pemain utama yang peranannya telah diramalkan dalam Kitab Suci. Di antara para penulis pra-milenial dispensasional, ada orang-orang yang percaya bahwa orang Kristen secara adikodrati akan dikumpulkan ke surga oleh Yesus dalam suatu peristiwa yang disebut Pengangkatan, yang terjadi sebelum “Penderitaan Besar” yang dinubuatkan dalam Matius 24-25; Markus 13 dan Lukas 21. Penderitaan Besar ini juga disebutkan dalam kitab terakhir dalam Alkitab - Kitab Wahyu.
'Akhir zaman' dapat pula merujuk semata-mata pada beralihnya suatu zaman atau masa yang panjang tertentu dalam hubungan antara manusia dengan Allah. Para penganut pandangan ini kadang-kadang mengutip Surat 2 Timotius, dan menarik analogi dengan akhir abad ke-20/awal abad ke-21.
Kitab-kitab nubuatan Ibrani pasca-pembuangan seperti misalnya Kitab Daniel dan Kitab Yehezkiel memperoleh penafsiran-penafsiran baru dalam tradisi Kristen ini, sementara ramalan-ramalan apokaliptik muncul dalam Orakel Sibil Yahudi-Kristen dan dalam keseluruhan lapangan sastra apokaliptik, yang mencakup Kitab Wahyu yang konon ditulis oleh Yohanes, kitab-kitab apokrif Wahyu kepada Petrus, dan Kitab 2 Esdras.
Kebanyakan orang Kristen fundamentalis mengantisipasi nubuat Alkitab akan digenapi secara harafiah. Mereka memandang perang di dunia dan regional, gempa bumi, badai, tan bencana kelaparan sebagai permulaan dari sakit saat bersalin yang Yesus gambarkan dalam Matius 24:7-8 dan Markus 13:8. Mereka percaya bahwa umat manusia dimulai di Taman Eden, dan menuju ke Megido sebagai tempat berakhirnya kelak sistem dunia yang ada sekarang ini, dengan datangnya Mesias yang akan memerintah selama 1.000 tahun.
Istilah akhir zaman dalam penggunaannya pada masa kini telah berkembang dari penggunaan di sekitar sekelompok keyakinan harafiah dalam milenialisme Kristen. Keyakinan-keyakinan ini biasanya mencakup gagasan-gagasan bahwa apokalips alkitabiah akan segera datang dan bahwa berbagai tanda dalam kejadian-kejadian pada masa kini merupakan petunjuk dari puncak sejarah dunia yang dikenal sebagai pertempuran Harmagedon. Keyakinan-keyakinan ini secara luas dianut dalam suatu bentuk, oleh gerakan Adventis (Millerit), oleh Saksi-Saksi Yehuwa, dan dalam bentuknya yang lain oleh kaum pra-milenialis dispensasional. Pada 1918 sebuah kelompok yang terdiri atas delapaon pengkhotbah terkenal menerbitkan sebuah Manifesto London yang memperingatkan kedatangan Kristus kedua kali yang akan segera terjadi tak lama setelah pembebasan Yerusalem pada 1917 oleh Inggris.
Gerakan-gerakan keagamaan yang mengharapkan bahwa kedatangan Kristus yang kedua kalinya, akan terjadi dalam bentuk suatu peristiwa bencana hebat, yang umumnya disebut adventisme, telah muncul di sepanjang era Kristen; tetapi mereka menjadi umum khususnya pada masa Reformasi Protestan dan sesudahnya. Kaum Shakers, Emanuel Swedenborg (yang menganggap kedatangan Kristus yang kedua kali itu simbolik, dan bahwa hal itu sudah terjadi pada 1757), dan yang lain-lainnya telah mengembangkan seluruh sistem keagamaan di sekitar suatu keprihatinan terhadap kedatangan Kristus yang kedua kalinya, yang disingkapkan oleh nubuat baru atau karunia-karunia penyingkapan yang khusus. Kaum Millerit adalah kelompok-kelompok keagamaan yang beraneka rupa yang memiliki kesamaan untuk mengandalkan suatu karunia penafsiran yang khusus untuk menetapkan tanggal kedatangan kembali Kristus.
Perbedaan antara gerakan-gerakan Millerit dan Adventis abad ke-19 dengan keyakinan nubuat masa kini ialah bahwa William Miller dan para pengikutnya menetapkan waktu kedatangan kembali Kristus dengan perhitungan-perhitungan kalender yang didasarkan pada tulisan-tulisan apokaliptik di Alkitab. Mereka mulanya menetapkan tahun 1844 sebagai tahun kedatangan kembali Kristus. Komputasi seperti ini juga muncul dalam sejumlah keyakinan nubuat pada masa kini, tetapi sedikit saja nabi-nabi akhir zaman pada masa kini yang menggunakannya untuk menetapkan suatu tanggal. Sebaliknya, jadwal mereka akan dipicu oleh peperangan-peperangan pada masa depan dan bencana moral, dan dengan demikian mereka percaya bahwa penghakiman Allah terhadap dunia yang dilanda konflik dan korup ini sudah makin dekat.
Antikristus, oleh Lucas Cranach Senior (1521) Di sini Antikristus diperlihatkan mengenakan mahkota tiga lapis dari Paus di Poma.
Preterisme
Sebuah pandangan lain tentang 'akhir zaman' yang dikenal sebagai Preterisme berbeda dengan konsep tentang 'akhir zaman' dan 'kiamat', dan mengajukan suatu pemahaman lain tentang nubuat-nubat ini. Menurut mereka, nubuat-nubuat ini terjadi pada abad pertama, lebih tepatnya pada tahun 70 M., ketika Bait Suci Yahudi dihancurkan, dan kurban-kurban binatang dihentikan. Menurut pandangan ini, konsep 'akhir zaman' merujuk kepada berakhirnya perjanjian antara Allah dan Israel, daripada hari kiamat, atau hancurnya planet Bumi. Berbeda dengan sistem-sistem teologis Kristen lainnya, Preterisme menganut suatu pandangan yang eksklusif dan unik tentang alam dan masa 'akhir zaman', dalam pengertian bahwa kaum Preteris mengajarkan bahwa 'akhir zaman' terjadi pada abad pertama Masehi.Preteris percaya that nubuat-nubuat seperti misalnya Kedatangan Kristus yang kedua kali, pemcemaran Bait Suci, penghancuran Yerusalem, Antikristus, Kesengsaraan Besar, datangnya Hari Tuhan dan Penghakiman Terakhir telah digenapi pada atau sekitar tahun 70 M., ketika sang jenderal Romawi (dan belakangan Kaisar) Titus menjarah Yerusalem dan menghancurkan Bait Suci Yahudi, dan mengakhiri untuk selama-lamanya persembahan kurban binatang sehari-hari.
Para penganjur Preterisme Penuh tidak percaya akan kebangkitan orang mati dan menempatkan kejadian ini serta kedatangan Kristus yang kedua kali pada 70 M., sementara para penganjur Preterisme Parsial percaya akan kebangkitan orang mati secara jasmani pada kedatangan Kristus yang kedua kali yang akan terjadi pada masa depan. Kaum preteris penuh berpendapat bahwa orang-orang yang menganggap dirinya sebagai preteris parsial sesungguhnya adalah futuris saja karena mereka percaya akan kedatangan Kristus yang kedua kali, kebangkitan, pengangkatan dan penghakiman yang masih akan terjadi pada masa depan.
Banyak penganut preteris percaya orang-orang Kristen yang hidup di abad pertama secara harafiah diangkat dari muka bumi untuk bersama-sama dengan Kristus. Pada saat itu, tubuh mereka diubah hingga menjadi seperti tubuh Kristus. Kaum preteris juga percaya bahwa istilah 'Hari-hari Terakhir' atau 'Akhir zaman' tidak merujuk kepada hari-hari terakhir dari planet Bumi, atau hari-hari terakhir umat manusia, tetapi pada hari-hari terakhir dari Perjanjian yang Lama, Perjanjian Musa yang Allah punyai secara eksklusif dengan Israel hingga tahun 70 M.
Menurut Preterisme, banyak nas tentang waktu dalam Perjanjian Baru yang tampaknya menunjuk dengan pasti bahwa kedatangan Kristus yang kedua kali, dan 'akhir zaman' yang diramalkan dalam Alkitab seharusnya terjadi pada masa hidupnya murid-murid Kristus: Matius 10:23, Matius 16:28, Matius 24:34, Matius 26:64, Roma 13:11-12, 1 Kor. 7:29-31, 1 Kor. 10:11, Flp. 4:5, Yakobus 5:8-9, 1 Pet. 4:7, 1 Yoh. 2:18.
(Bersambung)
0 komentar:
Posting Komentar