C. KERAJAAN MUGHAL DI INDIA
1. Latar Belakang Berdirnya Kerajaan Mughol
Kerajaan Mughal patut untuk dimasukkan ke
dalam salah satu kerajaan terkuat di India. Latar belakang sejarah
berdirinya kerajaan Mughal berawal dari ekspansi yang dilakukan oleh
Zahirudin Muhammad dikenal dengan Babur yang berarti singa,
salah satu cucu dari timur lank. Kemenangan Babur atas ekspansi di
wilayah Samarkand tidak lepas dari adanya dukungan dan bantuan dari
kerajaan Safawi. Sehingga dalam beberapa peperangan kerajaan Mughal
selalu mendapatkan kemenangan.[28]
Pada saat ayahnya Umar Shekh Mirza
meninggal dunia pada Juni 1494 M Babur yang ketika itu baru berumur
sebelas tahun langsung diangkat menjadi penguasa Fargana. Walaupun ia
masih muda, tapi semangatnya matang, hal ini terbukti pada tahun 1496,
dia berusaha menaklukkan Samarkhan walaupun belum berhasil, namun dalam
serangan berikutnya pada 1497, Samarkhan dapat ditaklukkan. Pada 1525 M,
Babur meneruskan perjalanannya menuju Punjab, dan dalam pertempuran
tersebut Punjabpun dapat ditaklukkannya, ini merupakan kesempatan baik
bagi Babur untuk mengadakan serangan ke Delhi, dimana pada waktu itu
Sultan Ibrahim Lodi sedang berselisih dengan pamannya, Alam pada 21
April 1526 M, terjadilah peperangan yang dahsyat di panipat, Sultan
Ibrahim dengan gigih mempertahankan negeri bersama 100.000 orang tentara
dan 1000 kendaraan Gajah. Namun Babur mampu memenangkan pertempuran
karena ia menggunakan senjata api nerupa Meriam, dan akhirnya Sultan
Ibrahim Lodi gugur bersama 25.000 pasukannya.[29]
Dengan ditaklukkannya Sultan Ibrahim,
maka ini merupakan kesempatan untuk Babur untuk mendirikan kerajaan
Mughal di India. Selain itu anaknya yang bernama Humayun disuruh untuk
menaklukkan kota terbesar kedua di India yaitu Agra, serta kota-kota
penting lainnya, Babur juga berhasil menaklukkan kerajaan-kerajaan lain
yang terdapat di anak benua India, termasuk juga kerajaan-kerajaan Hindu.
Dibawah pimpinan Amir Mahmud beserta 100.000 pasukan Islam
memporak-porandakan pasukan Hindu di Khanwa. Raja dari kerajaan Hindu
yaitu Rana Sangga, mati terbunuh dalam peristiwa yang terjadi pada tahun
1527.
Setelah Babur menikmati usahanya
membangun kerajaan Mughal selama lima tahun, karena ia wafat pada tahun
1530 M, kemudian pemerintahan diteruskan oleh puteranya yang bernama
Humayun. Pada pemerintahannya ia terlibat dalam beberapa peperangan
diantaranya pada tahun 1535 M di Baksardekat Barnasmelawan pasukan Sher
Khan. Humayun kalah dalam pertempuran tersebut. Pada pertempuran kedua
Humayun mengalami kekalahan yang serupa sehingga harta rampasan perang
dikuasai oleh Sher Khan, sedangkan pasukan yang mati dalam pertempuran
dibuang kesungai.karena kalah akhirnya Humayun melarikan diri. Dalam
pelariannya ia sempat menikah dengan putrid Hamidah Banu Begumdan
lahirlah puteranya yang bernama Akbar Agung pada 23 November 1542. Ia
berusaha mengkonsoloidasi sisa-sisa pasukannya. Humayun menghadap Sultan
Syafawiyah yang bernama Sheh Thamasp untuk meminta bantuan. Setelah
disetujui, iapun mempu menaklukkan Kandahar dan Kabul.[30]
Sementara itu setelah Shekh Khan (yang
berhasil mengalahkan Humayun) meninggal pada tahun 1545 M, anak-anaknya
tidak dapat memlihara pusaka kerajaan yang telah diwariskan. Mereka
saling berebut kekuasaan sehingga kekuatan Negara menjadi pecah.
Kesempatan inilah yang dimanfaatkan oleh Humayyun untuk merebut kembali
kekuasaan yang sempat terampas darinya. Oleh karena itu pada November
1555 M Lahore dapat ditaklukkan. Ia pun melanjutkan perjalanan menuju
Delhi. Ditengah perjalanan ia dihadang oleh pasukan Iskandar Shah, akan
tetapi Humayyun dan pasukannya dapat melumpuhkannya dan Delhipun dapat
direbut kembali. Namun tidak berselang lama Humayun wafat, tepatnya pada
tanggal 24 januari 1556 M.
Setelah Humayun wafat, ia digantikan oleh
puteranya yang bernama Muhammad, yang diberi gelar Abu Fath Jalaluddin
dan yang paling terkenal adalah Sultan Akbar Agung. Ia menjadi raja
terbesar diantara raja-raja Mughal di India. Kekuasaannya melingkupi
seluruh wilayah anak benua India. Pada awal pemerintahanya, ia diserang
oleh sisa-sisa kerajaan Afgan yang masih berkuasa di Bihar, Ayudhiya,
dan Bangla dibawah pimpinan Adil Khan. Namun akhirnya ia dapat
dikalahkan oleh pasukan Akbar Agung dan mengaku tunduk padanya.[31]
Patut dicatat dalam sejarah, bahwa Sultan
Akbar Agung dikenal sebagai pribadi yang Jenius, bijaksana, ahli
berperang dan administrator Negara yang ulung, selain itu juga ia
dikenal sebagai tokoh Ilmu Perbandingan Agama. Prestasi ini disebabkan
karena pemikirannya dalam konsep Dien-e-Ilah yang mengandung
berbagai anasir dari berbagai unsure agama, yaitu Hindu, Budha, Jaina,
Islam, Parsi, dan Kristen. Inti dari konsep ajaran tersebut adalah,
bahwa agama merupakan gejala dari rasa tunduk kepada satu zat yang Maha
Kuasa. Menurut Sultan Akbar, agama-agama tersebut pada hakekatnya adlah
satu. Oleh karena itu perlu dicari jalan kesatuan inti agama, dan ia
membuat agama baru yang disebutnya sebagai Dien-e-Ilah (1582 M). selain itu ia juga mengajarkan ajaran yang disebut Sulh-e-Kul yang memiliki arti perdamaian universal.[32]
Setelah Sultan Akbar wafat, puteranya
Sultan Salim diangkat menjadi penggantinya, yang dijuluki dengan gelar
Jahanggir. Bersama kematian Sultan Akbar maka ajaran Dien-e-Ilah dihilangkan
atau dilarang, karena pada prinsipnya sebagian besar ummat Islam
menolak ajaran tersebut. Jahanggir merupakan raja pelukis dari para
pelukis karena karya lukisannya sangat bagus dan luar biasa. Jahanggir
menikah dengan putri Persia yang bernama Mahruun Nisa’, setelah menjadi
permaisuri diberi gelar Nurjannah yang berarti cahaya dunia (250-251).
Karena kecintaannya terhadap permaisuri, ia terlena. Sang istri mulai
mencampuri urusan kenegaraan, akibatnya kewibawaan dari Sultan Salim
mulai luntur. Terjadilah pemberontakan yang dilakukan oleh puteranya
sendiri yang bernama Khurram. Ia dipenjarakan sampai menemui ajalnya.
Prestasi lain yang dicapainya adalah
penerapan bahasa Urdu sebagai satu bahasa resmi Negara sebagai akomodasi
dari berbagai bahasa termasuk Sanksekerta dan parkit sebagai bahasa
masyarakat umum, bahasa Turki untuk kalangan Istana, bahasa Persi untuk
pejabat kantor dan bahasa Arab untuk kalangan agamawan.
Setelah Jahanggir wafat, kerajaan
diperebutkan oleh kedua puteranya yaitu Shah Jahan dan Asaf Khan.
Perselisihan tersebut akhirnya dimenangkan oleh Shah Jahan (1628 M) yang
kemudian diberikan gelar Abul Muzaffar Sahabuddin Muhammad Sahib Qiran-e-Sani,
sedangkan saudaranya ditangkap dan dipenjarakan, dan matanya dibutakan.
Pada waktu ia menjadi raja Shah Jahan telah menikah dengan Mumtaz
Mahal, dan dari pernikahannya tersebut, ia dikaruniai enam anak, yaitu 2
orang laki-laki dan 4 orang perempuan.[33]
Shah Jahan mampu menaklukkan Galkon,
Bidar dan Baijapur dengan dibantu oleh puteranya. Namun akhirnya terjadi
perselisihan diantara putera-puteranya untuk menggantikan kedudukannya.
Aurangzeb dapat mengalahkan saudaranya, dia membujuk ayahnya agar
diizinkan masuk ke istana dengan membawa bala tentaranya dan berjanji
untuk tidak akan mengganggu kedudukan ayahnya, tetapi Aurangzeb
mengingkari janjinya, dia melumpuhkan ayahnya dan memenjarakan ayahnya,
sebagaimana Shah Jahan memenjarakan Jahanggir (156 M). pada masa
pemerintahannya Shah Jahan meninggalkan hasil kebudayaan yang memiliki
nilai artistic yang sangat tinggi yaitu Taj Mahal yang ia persembahkan
kepada permaisurinya, disana pula akhirnya ia dimakamkan oleh puteranya.
Hal ini mengingatkan akan kisah Abdurrahman III di Andalusia yang
membangun Qashr Az-Zahra untuk mengabdikan cintanya kepada istrinya Fatimah Az-Zahra.[34]
Aurangzeb termasuk berhasil dalam
menjalankan pemerintahan, karena dia mampu memberikan corak keislaman di
tengah-tengah masyarkat Hindu. Aurangzeb mengajak rakyatnya untuk masuk
Islam. Ia memerintahkan untuk menanam arca-arca Hindu dibawah
jalan-jalan menuju Masjid agar orang Islam setiao harinya menginjak
arca-arca tersebut. Kebijakan Aurangzeb itu banyak menuai kritik dari
kalangan Hindu, diantaranya kerajaan Rajput yang pada awalnya mendukung
kerajaan Mughal tapi kemudian menentanganya. Tindakannya yang
sewenang-wenang itu pula yang akhirnya membawa kerajaan Mughal mengalami
kemunduran.
Kebijakan-kebijakan dalam pengembangan
kebudayaan ditampakkan adanya bentuk perpaduan antara unsure Islam dan
Hindu. Bentuk perpaduan ini dapat dilihat secara jelas pada arsitektur
dan lukisan dan beberapa benteng Istana di Ajmer, Agra, Allahabad,
Lahore dan Fathepur Sikri dan juga terlihat pada bentuk motif lonceng
dan sejumlah sarana lainnya. Kubah yang lahir dari tradisi arsitektur
Muslim dipakai baik untuk Masjid maupun Kuil.[35]
Perekonomian Mughal mengandalkan sector
Pertanian dan industry, system pertanian dibangun, dimana petani tigkat
bawah bertanggung jawab atas tanah garapan yang disebut Deh.
Antara pemerintah dan petani dihubungkan dengan seorang Muqaddam. Hasil
pertanian yang melimpah ruah mampu mensuplai kebutuhan bahan baku bagi
pabrik-pabrik pengolahan. Kerajinan tenun berkembang menjadi pabrik
tekstil di zaman Aurangzeb. Ia mengekspor tenun, rempah-rempah, opium,
gula, bubuk sodium dll ke pasar Eropa.[36]
Bidang seni syair dan seni arsitektur
berkembang pesat. Terdapat seorang penyair Istana terkenal yang bernama
Malik Muhammad Jayazi, yang menulis karya agung yang berjudul Padmavat.
Bangunan yang negah dan indah yang merupakan peninggalan Mughal yang
sampai sekarang ada yaitu Istana Fathur Sikri, Lahore, Villa, Tajmahal,
dan Masjid Agung Delhi. Sedangkan bahasa Urdu meningkat menjadi bahasa
literature menggantikan bahasa Persi yang semula dipakai dikalangan
Istana sultan-sultan di Delhi. Diantara penulis pertama dalam bahasa
Urdu adalah Mazhar, Sauda, Dard dan Mir.
Setelah Aurangzeb wafat, raja-raja
berikutnya mulai lemah. Kerajaan Mughal dan rajanya tidak lebih hanya
sebagai symbol dan lambing belaka, bahkan raja digaji oleh colonial
Inggris yang datang dan tinggal didalam Istana. Akhirnya raja terakhir
Bahadur Shah memimpin pemberotakan melawan Inggris namun gagal, bahkan
ia tertangkap dan disiksa secara keji, lalu dibuang ke Rangon (Myanmar)
pada tahun 1862. Dengan demikian maka tamatlah riwayat Kerajaan Islam
Mughal di India, setelah beraba-abad lamanya mengalami kejayaan.
Peninggalannya yang paling berharga adalah bangunan Istana Taj Mahal dan
Masjid yang indah. Mereka juga membantu penyebaran ajaran agama Islam
di anak benua India.[37]
Banyak factor penyebab kemunduran dan kehancuran kerajaan Mughol antara lain adalah:
Pertama, perebutan kekuasaan
antara keluarga. Hampi semua keturunan Babur umumya mempunyai watak yang
keras da ambisius. Semua berebut kekuasaan sehingga terjadi perang
saudara.
Kedua, pemberontakan oleh Ummat
Hindu yang pada saat itu mayoritas, sedangkan Islam merupakan minoritas
karena penguasa yang terakhir memimpin melakukan pendekatan masuknya
Islam lebih kepada jalur politik bukan pada jalur dakwah cultural.
Sehingga membuat sebagian garis keras orang-orang Hindu tidak senang dan
berontak. Sehingga pemberontakan demi pemberontakan tidak dapat
dielakkan lagi.[38]
Ketiga, Serangan dari pihak atau
kekuatan luar. Serangan dari luar semula dilakukan oleh kerajaan
Syafawi di Persia, kemudian dilanjutkan dengan serangan dari
Afganishtan. Pangkal perselisihan antara Mughal dan Syafawi adalah
karena rebutan daerah Kandahar.
Keempat, kelemahan ekonomi. Kemunduran politik Mughal sangat menguntungkan bangsa-bangsa barat untuk menguasai jalur perdagangan.
Catatan Kaki
[1] Muhammad Nurhakim, Sejarah dan Peradaban Islam, (Malang: Penerbitan Universitas Muhammadiyah Malang, 2003), hal. 1.
[2] Moeflich Hasbullah, Dari Romantisme Historis ke Realitas Kontemporer,
http://www.geocities.com/arsip_nasional/agama/agama1.htm/accessed tanggal 8 Juli 2008.
http://www.geocities.com/arsip_nasional/agama/agama1.htm/accessed tanggal 8 Juli 2008.
[3] Ibid.
[4] Sisca Ainun Jariyah, Imperium Islam di India, http://www.mail-archive.com/assunnah_2@yahoogroups.com/msg00190.html/accessed tanggal 8 Juli 2008.
[5] Mansur, Peradaban Islam dalam Lintasan Sejarah ,(Yogyakarta: Global Pustaka Utama, 2004), hal. 62.
[6] Kerajaan Safawi di Persia, http://one.indoskripsi.com/judul-skripsi-tugas-makalah/agama/kerajaan-safawi-di-persia/accessed tanggal 10 juli 2008
[7] Abdul Karim M, Sejarah Pemikiran dan Peradaban Islam, (Yogyakarta: Pustaka Book Publisher, 2007), hal. 306.
[8] Ibid.
[9] Ibid., hal. 307.
[10] Kerajaan Safawi di Persia,…
[11] Abdul Karim M, Sejarah Pemikiran dan Peradaban Islam…, hal, 308.
[12] Ibid.
[13] Kerajaan Safawi di Persia,…
[14] Peradaban Persia, http://pengetahuan-subyek.blogspot.com/2007/06/peradaban-persia.html/accessed tanggal 5 juli 2008.
[15] Kerajaan Safawi di Persia,…
[16] Muhammad Nurhakim, Sejarah dan Peradaban Islam…,hal. 144.
[17] Syafiq A.Mughni, Sejarah Kebudayaan Islam di Turki (Jakarta: Logos Wacana Ilmu. 1997), hal. 51.
[18] Abdul Karim M, Sejarah Pemikiran dan Peradaban Islam…, hal, 310.
[20] Ibid., hal. 312.
[21] Ibid.
[22] Kerajaan Turki Usmani, file:///D:/DOCUMEN/INTERNET/3%20Kerajaan/Turki%20usmani.htm/accessed tnggal 5 juli 2008.
[23] Abdul Karim M, Sejarah Pemikiran dan Peradaban Islam…, hal, 312.
[24] Ibid., hal. 313.
[25] Ibid., hal. 314.
[26] Kesultanan Usmaniah, http://wapedia.mobi/id/Kesultanan_Utsmaniyah?t=3./accessed tanggal 8 Juli 2008
[27] Ibid.
[28] Sisca Ainun Jariyah, Islam India, http://www.geocities.com/arsip_nasional/agama/agama1.htm/accssed tanggal 5 Juli 2008.
[29] Abdul Karim M, Sejarah Pemikiran dan Peradaban Islam…, hal, 315.
[30] Ibid. hal. 316.
[31] Ibid., hal. 317.
[32] Ibid.
[33] Ibid.
[34] Ibid., hal. 318.
[35] Muhammad Nurhakim, Sejarah dan Peradaban Islam…,hal. 149.
[36] Ibid., hal. 150.
[37] Abdul Karim M, Sejarah Pemikiran dan Peradaban Islam…, hal, 318.
[38] Muhammad Nurhakim, Sejarah dan Peradaban Islam…,hal. 151.
Sumber
0 komentar:
Posting Komentar