Rabu, 08 Januari 2014

Filled Under:
,

Supernova 1006 dan Pralaya Medang (2-Habis)


Pendapat Kedua

Sebagian sejarawan indonesia ada yang berpendapat bahwa menurut prasasti pucangan, Mahapralaya tahun 1006 itu mengacu pada runtuhnya kerajaan Medang di Jawa Timur yang saat itu diperintah oleh Tguh Dharmawangsa (cucu Mpu Sindok). Dharmawangsa yang saat itu sedang melangsungkan pernikahan putrinya dengan, diserbu oleh haji (gelar raja bawahan) Wurawari dari Lwaram yang diperkirakan sebagai sekutu Kerajaan Sriwijaya. Dalam peristiwa tersebut, Dharmawangsa tewas.
Tiga tahun kemudian, seorang pangeran berdarah campuran Jawa–Bali yang lolos dari Mahapralaya tampil membangun kerajaan baru sebagai kelanjutan Kerajaan Medang. Pangeran itu bernama Airlangga yang mengaku bahwa ibunya adalah keturunan Mpu Sindok. Kerajaan yang ia dirikan kemudian lazim disebut dengan nama Kerajaan Kahuripan.

Jika penyerbuan haji wura-wari saat Raja Dharmawangsa menikahkan putrinya terjadi pada bulan Mei atau bulan-bulan sesudahnya, dapat dibayangkan bahwa pertempuran yang antara pasukan yang setia pada raja dan pasukan pemberontak itu terjadi dibawah sinar cemerlang hasil ledakan bintang yang meledak 7000 tahun sebelumnya. Memang dalam banyak kisah dan kepercayaan, sebuah ledakan bintang itu menandai keruntuhan atau kebangkitan sebuah dinasti atau orang besar.
____________________________________________________________________________________________________

Pertanyaan yang menarik adalah, sempatkah bangsa kita dahulu mencatat peristiwa ini? Mungkinkah ada prasasti yang menunggu untuk ditemukan yang mencatat cahaya bintang cemerlang di langit malam tahun 1006 Masehi tersebut? Memang problem terbesar bagi kita untuk meneliti sejarah bangsa kita adalah kurangnya catatan-catatan yang kita peroleh dari nenek moyang kita dahulu, tidak seperti bangsa China yang sampai saat ini catatan-catatan nenek moyang mereka masih banyak yang tersimpan dengan baik hingga masa sebelum masehi. Bukan berarti nenek moyang kita malas mencatat, tapi lebih karena daerah kita yang rawan terhadap bencana alam seperti letusan gunung berapi dan gempa bumi. Bencana-bencana inilah yang mungkin memusnahkan sebagian catatan-catatan nenek moyang kita, terutama yang dicatat pada daun lontar dan kayu. Hanya yang tercatat pada batulah yang kemungkinan besar masih dapat kita temukan ...

Wallahualam
 
 Jika penyerbuan Wurawari malam hari, maka mungkin seperti inilah kejadiannya
(Tamat)





Sumber

0 komentar:

Posting Komentar

Copyright @ 2013 PEJUANG ISLAM.