Sabtu, 28 Desember 2013

Filled Under:

Sumeria (1)

Sumeria adalah Bangsa tertua yang memiliki banyak gedung di sekitarnya
Sumeria (sekitar 3.500 - 2.300 tahun SM) adalah salah satu peradaban kuno di Timur Tengah, terletak di sebelah selatan Mesopotamia (tenggara Irak) dari catatan terawal abad ke-4 SM sampai munculnya Babilonia pada abad ke-3 SM. Bahasa yang digunakan adalah bahasa Sumeria.
Mereka telah mengenal bercocok tanam dan sudah memiliki sistem pengairan. Bangunan-bangunan mereka dibuat dari lumpur. Mereka menganut agama politheisme.
Bangsa Sumeria merupakan bangsa yang pertamakali mendiami kawasan Mesopotamia, sehingga bangsa Sumeria pantas disebut sebagai penduduk asli Mesopotamia. Bangsa Sumeria datang dari wilayah Asia Kecil sekitar tahun 3.500 tahun SM. Pada awalnya, bangsa Sumeria mengolah lahan pertanian yang subur sebagai mata pencahariannya. Lama kelamaan, bangsa Sumeria dapat membangun sistem pengairan untuk menanggulangi banjir dan menyalurkan air ke lahan-lahan pertanian, seperti sistem irigasi dan kanal. Dengan hasil pertanian yang melimpah, bangsa Sumeria sekitar tahun 3.000 tahun SM membangun 12 kota-kota besar, di antaranya kota Ur, Uruk, Lagash, dan Nippur.
Pada awalnya, kota-kota tersebut merupakan kota-kota yang berdiri sendiri, sehingga disebut negara kota. Kemudian terjadilah peperangan di antara kota-kota tersebut dan yang kalah akan menjadi bawahan kota yang menang yang lama kelamaan memunculkan sistem pemerintahan kerajaan. Bangsa Sumeria mencapai mansa kejayaannya saat dipimpin oleh Raja Ur-Nammu. Namun, sekitar tahun 2.300 SM, bangsa Sumeria dapat ditaklukkan oleh bangsa Akkadia di bawah pimpinan Raja Sargon.
Sumber

1. Bahasa Sumeria

Bahasa Sumeria adalah bahasa yang digunakan di Mesopotamia selatan dari abad ke-4 SM. Bahasa ini kemudian digantikan oleh bahasa Akadia sebagai bahasa lisan pada awal abad ke-2 SM, namun tetap digunakan dalam upacara keagamaan, tulisan, dan ilmu pengetahuan sampai abad ke-1 SM. Kemudian bahasa ini terlupakan sampai abad ke-19. Bahasa Sumeria berbeda dari bahasa-bahasa kuno Mesopotamia lain seperti bahasa Akadia (yang terdiri dari bahasa Babilonia dan bahasa Asiria), bahasa Aram, dan bahasa Elam.
Bahasa Sumeria tulis dapat dibagi menjadi beberapa periode:
  • Bahasa Sumerian kuno — 3100–2600/2500 SM
  • Bahasa Sumerian klasik — 2600/2500–2300/2200 SM
  • Bahasa Sumeria Baru — 2300/2200 – 2000 SM
  • Bahasa Sumeria Akhir — 2000 – 1800/1700 SM
  • Bahasa Pasca-Sumerian - 1800/1700 - 100 SM
Sumber

2. Kota Ur
Ur (bahasa Ibrani: אוּר - secara harafiah berarti "api" atau "lidah api"; disebut juga "Ur-Kasdim" (bahasa Ibrani: אוּר כַּשְׂדִים, 'Ur Kasy·dim; bahasa Inggris: "Ur of the Chaldees") adalah sebuah kota kuno di daerah orang Kasdim (atau Babilonia) bagian selatan.[1] Menurut Alkitab Ibrani atau Perjanjian Lama di Alkitab Kristen, kota ini merupakan tempat asal Terah, ayah Abraham, dari mana Abraham kemudian berangkat ke tanah Kanaan atas perintah Allah.[2] Diduga merupakan pusat penyembahan dewa bulan, Sin. Kota itu mempunyai dua buah pelabuhan yang dihubungkan pada teluk Persia oleh sungai Efrat, sehingga kota ini mempunyai kebudayaan tinggi dan sejarah yang makmur.

Lokasi di Irak Koordinat: 30°57′45″LU 46°06′11″BT
A. Sejarah
Ur menjadi kaya berkat perdagangannya dengan luar negeri. Sejak sekitar tahun 4300 SM, kota Ur sudah dihuni orang. Dalam saat berikutnya (sampai sekitar tahun 3400) bagian-bagian kota itu rusak karena air bah yang berlangsung selama waktu yang panjang ("lapisan air bah"). Daftar raja-raja Babilon kuno menghitung adanya tiga buah dinasti yang berkuasa. Dinasti ketiga (sekitar 2047-1939) termasuk yang paling penting: Ur mengambil-alih pimpinan politik di Mesopotamia selatan (dengan pimpinan pemerintahan pusat, puncak perkembangan literatur Sumer, bangunan-bangunan ibadat). Imigrasi bangsa Amori dan serangan pasukan Elam yang dahsyat membuat Ur tidak bernilai lagi.

Mesopotamia pada milenia ke-3 SM.

 


 Peta Kerajaan Ur dinasti ketiga

B. Catatan Alkitab

Ur disebutkan 4 kali di dalam Alkitab Ibrani, dengan tambahan keterangan "Kasdim". Orang Kasdim sudah tinggal di daerah itu sebelum 850 SM, tetapi baru menjadi penguasa Ur sampai akhir abad ke-7 SM. Nama ini ditemukan di Kejadian 11:28, Kejadian 11:31, dan Kejadian 15:7. Dalam Kitab Nehemia pasal 9:7, sebuah kalimat menyinggung nama Ur merupakan pengulangan dari catatan Kitab Kejadian.[3]
Terjemahan Baru: Ketika Terah, ayahnya, masih hidup, matilah Haran di negeri kelahirannya, di Ur-Kasdim.
Bahasa Inggris (KJV): And Haran died before his father Terah in the land of his nativity, in Ur of the Chaldees.
Bahasa Ibrani: וַיָּמָת הָרָן עַל־פְּנֵי תֶּרַח אָבִיו בְּאֶרֶץ מֹולַדְתֹּו בְּאוּר כַּשְׂדִּים׃
Transliterasi Ibrani: wa·ya·math ha·ran 'al-pe·ney te·rakh 'a·bi·o be'e·retz mo·lad·to be'ur kasy·dim

C. Penelitian

Kota kuno ini sudah mengalami penggalian yang teliti dan terbukti bahwa nama Ur-Kasdim (Kejadian 11:28) adalah suatu anakronisme dari zaman penjajahan Babel (Kasdim) sekitar abad ke-7 SM. Rumah Abraham ada di sini, sebelum ia pindah ke tanah Kanaan. Ia meninggalkan kenikmatan kota ini, untuk menjalani kehidupan nomad yang berbahaya dan keras. Di zaman modern banyak pula orang yang melakukan hal yang sama.

Referensi

Sumber

3. Ur Kaśdim

Ur Kaśdim atau Ur-Kasdim (אוּר כַּשְׂדִים) adalah nama tempat yang disebut sebagai kota asal Abraham dalam Alkitab Ibrani atau Perjanjian Lama di Alkitab Kristen, khususnya pada Kitab Kejadian. Banyak perdebatan dalam penafsiran tempat ini sebagai kota kelahiran Abraham, termasuk identifikasi lokasi sebenarnya.

A. Identifikasi Ur Kasdim

Pada tahun 1927 Leonard Woolley mengidentifikasikan Ur-Kasdim dengan kota kuno Sumeria, Ur, di selatan Mesopotamia, di mana orang-orang Kasdim telah berdiam pada sekitar abad ke-9 SM,[1] Ur terletak di dalam wilayah yang disebut Kaldu (bahasa Inggris: Chaldea, "Kaldea", dalam bahasa Ibrani: Kaśdim, "Kasydim") pada milenium pertama SM. Merupakan suatu kota suci bagi dewa bulan yang bernama "Camarina", diduga berkaitan dengan kata Arab untuk "bulan" yaitu "qamar". Identifikasi dengan Ur-Kasdim sesuai pandangan bahwa leluhur Abraham mungkin termasuk penyembah dewa bulan, ide yang didasarkan pada kemungkinan bahwa nama ayah Abraham, Terah berhubungan dengan akar kata Ibrani untuk bulan (y-r-h). Dalam Kitab Yosua tertulis: Berkatalah Yosua kepada seluruh bangsa itu: "Beginilah firman TUHAN, Allah Israel: Dahulu kala di seberang sungai Efrat, di situlah diam nenek moyangmu, yakni Terah, ayah Abraham dan ayah Nahor, dan mereka beribadah kepada allah lain."[2]
Salah satu situs tradisional tempat kelahiran Abraham adalah di sekitar Edessa. Baik tradisi Islam maupun Yahudi, seperti Maimonides dan Flavius Yosefus, menempatkan Ur Kasdim di berbagai situs di bagian utara Mesopotamia antara lain: Urkesh, Urartu, Urfa, atau Kutha.

B. Tradisi Yahudi

Ur-Kasdim disebutkan empat kali dalam Tanakh, dengan perbedaan "Kasdim" biasanya diterjemahkan dalam bahasa Inggris sebagai "of Chaldees" ("dari orang Kasdim"). Dalam kitab Kejadian, nama ini ditemukan dalam Kejadian 11:28,31; 15:7. Meski tidak secara eksplisit dinyatakan dalam Tanakh, umumnya dipahami sebagai tempat kelahiran Abraham. Pada Kejadian 11:27-28 nama ini disebut sebagai tempat kelahiran kakak Abraham, Haran, dan titik keberangkatan Terah dan keluarganya, termasuk anaknya Abram (yang kelak diganti namanya oleh Allah sebagai Abraham.
Dalam Kejadian 12:1, setelah Abram dan ayahnya Terah meninggalkan Ur-Kasdim, mereka tinggal di kota "Haran" di Aram-Mesopotamia. Di sinilah Allah memerintahkan Abram untuk meninggalkan tanah asalnya (bahasa Ibrani: mowledeth). Dalam pemahaman Yahudi tradisional kata "mowledeth" diartikan "tempat kelahiran" (misalnya dalam terjemahan Judaica Press). Demikian pula, dalam Kejadian 24:4-10, Abraham memerintahkan hambanya untuk membawa istri bagi Ishak dari "mowledeth"-nya, dan hamba itu berangkat ke Aram-Mesopotamia (Padan-Aram). Oleh karena itu, para rabbi Yahudi hampir satu suara dalam mengidentifikasi tempat kelahiran Abraham di daerah Aram-Mesopotamia. Pandangan ini terutama dicatat oleh Nahmanides (Ramban).[3] Namun demikian, interpretasi "mowledeth" sebagai "tempat kelahiran" tidaklah diterima semua orang. Banyak terjemahan Taurat dari Septuaginta dan beberapa versi bahasa Inggris modern, menafsirkan mowledeth sebagai "sanak" atau "keluarga". Namun, beberapa rujukan kepada "erets moladet" dalam Kejadian 24 di dalam perintah Abraham terhadap hamba tertua di rumahnya untuk mengambil seorang istri bagi anaknya Ishak, tampaknya memperkuat pemahaman tradisional Yahudi.
Talmud (Yoma 10a) mengidentifikasi kota Erekh yang disebut dalam Alkitab sebagai tempat yang disebut "Urikhus". (Lihat latar belakang Yoma 10.) T.G. Pinches dalam The Old Testament in the Light of the Historical Records and Legends of Assyria and Babylonia karya A.T. Clay, menulis pada artikel di International Standard Bible Encyclopedia pada tahun 1915 dengan judul Ur of the Chaldees, memahami nama ini sebagai suatu identifikasi untuk "Uruk" (atau Erekh di Alkitab) dengan Ur-Kasdim. Namun, tidak ada tradisi yang menyamakan Kasdim Ur dengan Urichus atau Erech / Uruk.

C. Kitab Yobel

Kitab Yobel menyatakan bahwa Ur Kaśdim didirikan pada tahun 1687 Anno Mundi oleh "'Ur, putra Keśed", kemungkinan adalah keturunan Arpakhsad, dengan tambahan bahwa peperangan dimulai di muka bumi pada tahun yang sama.
"'Ur bin Keśed membangun kota 'Ara-Kasdim, dan menamai kota itu menurut namanya sendiri dan nama ayahnya." (Kitab Yobel 11:3)
Kitab Yobel juga mencatat bahwa leluhur langsung Abraham berdiam di Ur Kaśdim, mulai dari kakek buyutnya, Serug.

D. Tradisi Islam

Situs tradisional kelahiran Abraham menurut tradisi Islam adalah sebuah gua di sekitar kota kuno Seleukus, Edessa, sekarang disebut Şanlıurfa. Gua ini terletak di dekat pusat kota Şanlıurfa dan merupakan situs sebuah masjid bernama "Masjid Ibrahim". Nama Turki untuk kota ini, Urfa, berasal dari nama bahasa Suryani sebelumnya ܐܘܪܗܝ (Orhāy) dan bahasa Yunani: Ορρα (Orrha). Tradisi menghubungkan Ur-Kasdim dengan Urfa tidak eksklusif untuk Islam. Antropolog abad ke-18, Richard Pococke mencatat dalam bukunya Description of the East bahwa identifikasi tradisional Ur-Kasdim dengan Urfa merupakan pendapat universal dalam Yudaisme kontemporer.
Para sarjana yang skeptik terhadap identifikasi Ur-Kasdim dengan Urfa berpendapat bahwa asal nama Yunani dan Siria kota ini tidak pasti, dan nampaknya berasal dari kata asli, Osroe, nama dari seorang pendiri kota legendaris, bentuk kata Armenia dari nama Persia, Khosrau. Kemiripan dengan nama "Ur" jadinya kebetulan saja.

E. Pandangan klasik

Ammianus Marcellinus dalam bukunya Rerum Gestarum Libri (bab VIII) menyebutkan sebuah kastil atau kota benteng bernama "Ur" yang terletak antara "Hatra" dan "Nisibis". A.T. Clay memahaminya sebagai sebuah identifikasi Ur-Kasdim meskipun Marcellinus tidak menyebutkan secara eksplisit. Dalam tulisannya Travels ("Perjalanan"; Bab XX), petualang Egeria, menyebutkan "Hur" terletak sejauh lima stasiun (tempat pemberhentian) dari "Nisibis" dalam perjalanan ke Persia, rupanya merujuk kepada lokasi yang sama, dan dia tidak mengidentifikasikannya Ur-Kasdim. Namun, benteng tersebut hanya didirikan pada masa Kekaisaran Persia kedua (dinasti Sassanid).
Eusebius dalam tulisannya, Preparation for the Gospel (bab XVII), mengutip sebuah fragmen dari tulisan Concerning the Jews yang ditulis pada abad ke-1 SM oleh sejarawan Alexander Polyhistor, yang menyadur satu bagian dalam Concerning the Jews of Assyria karya sejarawan Eupolemus dari abad ke-2 SM , yang mengklaim bahwa Abraham lahir di kota Camarina, dalam wilayah Babel, yang menurut catatannya juga disebut "Uria". Situs ini dikenal dengan kota Sumeria "Ur" yang terletak di "Tell el-Mukayyar", yang dalam teks-teks kuno dinamakan "Uriwa" atau "Urima".

Referensi

  1. ^ Arnold, Bill T. (2005). Who Were the Babylonians?. Brill. hlm. 87. ISBN 978-90-04-13071-5.
  2. ^ Yosua 24:2
  3. ^ Lihat Ramban mengenai Lech Lecha



Sumber
(Bersambung)

0 komentar:

Posting Komentar

Copyright @ 2013 PEJUANG ISLAM.