Sabtu, 28 Desember 2013

Filled Under:

Babilonia (1)

Babilonia (1696 – 1654 SM) dinamai sesuai dengan ibukotanya, Babel, adalah negara kuno yang terletak di selatan Mesopotamia (sekarang Irak), di wilayah Sumeria dan Akkadia. Babel pertama disebut dalam sebuah tablet dari masa pemerintahan Sargon dari Akkadia, dari abad ke-23 SM.
Babilonia berkembang menjadi sebuah kerajaan besar pada masa Hammurabi (1696 - 1654 sebelum Masehi), yang area kekuasannya meliputi daerah kerajaan Akkadia pada masa sebelumnya.
Setelahnya berdiri Kekaisaran Neo-Babilonia, dibawah kekuasaan dinasti Kasdim atau dinasti ke-11, yang dimulai dari revolusi Nabopolassar pada tahun 626 SM hingga invasi Koresh Agung, dengan penguasa terkenal di antaranya adalah Nebukadnezar II. Babilonia kemudian dikalahkan oleh Koresh Agung, raja Media dan Persia pada tahun 539 SM.
Sumber

1. Dinasti Babilonia Pertama

Kronologi dinasti Babilonia pertama diperdebatkan karena ada Daftar Raja Babilonia A dan Daftar Raja Babilonia B. Dalam kronologi ini, masa pemerintahan pada Daftar A digunakan karena penggunaannya yang lebih luas. Masa pemerintahan pada Daftar B secara umum lebih lama.

A. Dinasti

Kronologi pendek pertama:

B. Asal usul


Kekaisaran Babilon ketika Hammurabi naik tahta pada 1792 SM (coklat tua) dan setelah kematiannya pada 1750 SM (coklat muda).

Asal usul yang pasti dari dinasti ini sulit diketahui secara pasti karena keadaan topografi Babilon itu sendiri, yang memiliki permukaan air yang tinggi, sehingga tidak menyisakan banyak peninggalan arkeologis yang utuh. Dengan demikian bukti-bukti untuk sejarah Babilonia justru banyak yang berasak dari daerah di sekitarnya dan catatan tertulis. Tidak banyak yang diketahui tentang para raja dari Sumuabum sampai Sin-muballit selain fakta bahwa mereka adalah orang Amoriah dan bukannya orang Akkadia. Akan tetapi, diketahui bahwa mereka mengumpulkan wilayah tanah yang tidak terlalu luas. Ketika Hammurabi (yang juga adalah orang Amoriah) naik tahta menjadi raja Babilon, kekaisaran itu hanya terdiri dari beberapa kota dan sedikit wilayah sekitarnya: Dilbat, Sippar, Kish, dan Borsippa. Setelah Hammurabi menjadi raja, dia berhasil memperoleh banyak sekali kemenangan militer dengan menaklukan kota-kota lain yang dapat memberi keuntungan bagi Bablion. Dengan kemenangan-kemenangan militernya itu, banyak tanah yang direbut oleh kekaisaran. Akan tetapi, meskipun Bablion sudah menjadi jauh lebih kuat berkat Hammurabi, Babilon masih belum menjadi daerah penting di Mesopotamia, tidak seperti Assyria, yang ketika itu dipimpin oleh Shamshi-Adad I, ataupun Larsa, yang ketika itu dipimpin oleh Rim-Sin.
Pada tahun ketiga belas Hammurabi sebagai raja, dia mulai menjadikan Babilon sebagai pusat dari apa yang nantinya akan menjadi kekaisaran besar. Pada tahun tersebut, dia merebut Larsa dari Rim-Sin, serhingga dia kini memeiliki kendali atas pusat-pusat perkotaan yang menguntungkan seperti Nippur, Ur, Uruk, dan Isin. Dengan kata lain, Hammurabi memperoleh kendali atas seluruh Mesopotamia selatan. Kekuatan politik lainnya yang patut diperhitungkan di daerah itu pada milenium kedua adalah Eshnunna, yang berhasil direbut oleh Hammurabi sekiatar tahun 1761 SM. Babilon kemudian memanfaatkan jalur perdagangan Eshnuna yang sudah sangat mapan serta kestabilan ekonomi yang mereka meiliki. Tidak lama setelah itu pasukan Hammurabi merebut Mari, kota terakhir yang memberinya kendali atas seluruh wilayah yang membentuk Mesopotamia di bawah Dinasti Ketiga Ur pada milenium ketiga.
Nama lain Hammurabi adalah Hammurapi-ilu[rujukan?], bermakna "Hammurapi sang dewa" atau mungkin "Hammurapi adalah dewa." Dia mungkin saja adalah raja Amraphel dari Shinar atau Sinear dalam catatan Yahudi dan Injil, yang Sezaman dengan Ibrahim. Ibrahim hidup dari tahun 1871 SM sampai 1784 SM, berdasarkan penafsiran modern atas tokoh-tokoh Perjanjian Lama yang biasanya dihitung dalam paruh tahun modern sebelum Kitab Keluaran, dari satu ekuinoks ke ekuinoks lainnya.[rujukan?]
Terjemahan terkini dari lembaran Chogha Gavaneh yang bertahun sekitar 1800 SM menunjukkan adanya hubungan yang erat antara kota ini yang terletak bukit Islamabad di Zagros Tengah dan daerah Dyala.
Lembaran Venus Ammisaduqa (contohnya beberapa versi kunonya dalam lembaran tanah liat) juga terkenal, dan beberapa buku mengenai itu telah diterbitkan. Beberapa usulan waktu asal telah diajukan namun waktu asal yang terdapat dalam banyak buku usumber nampaknya sudah tidak akurat dan tidak benar. Ada kesulitan lainnya; jangka waktu 21 tahun pengamatan terinci terhadap planet Venus dapat atau tidak dapat bertepatan dengan masa pemerintahan raja ini, karena namanya tidak disebutkan, hanya Tahun Tahta Emas. Beberap sumber, beberpa dicetak hampir seratus tahun yang lalu, mengklaim bahwa teks aslinya menyebutkan adanya okultasi Venus oleh bulan. Akan tetapi, ini mungkin adalah kesalahan penafsiran.[1] Dukungan perhitungan 1659 SM untuk kejatuhan Babilon, berdasarkan statistik probabilitas penanggalan berdasarkan pada pengamatan planet. Kronolgoi pertengahan yang kini banyak diterima terlalu rendah dari sudut pandang astronomis.[2]
Sebuah naskah mengenai Kejatuhan Babilon oleh orang Hittit Mursilis I pada akhir masa pemerintahan Samsuditana yang menceritakan tentang gerhana kembar yang sangat krusial untuk kronologi Babilon yang benar. Sepasang gerhana bulan dan gerhana matahari terjadi pada bulan Shimanu (Sivan). Gerhana matahari terjadi pada 9 Februari, 1659 SM. Gerhana ini terjadi 4.43 dan berakhir pada pukul 6.47. Gerhana kedua tidak terlihat yang memuaskan catatan yang mengisahkan bahwa bulan yang terbenam masih berupa gerhana. Gerhana matahari terjadi pada 23 Februari tahun 1659 SM, dimulai pada pukul 10.26, dan mencapai maksimumnya pada pukul 11.45, serta berakhir pada pukul 13.04.[3]

Catatan kaki

  1. ^ Reiner, Erica; D. Pingree. Babylonian Planetary Omens The Venus, the Tablet of Ammisaduqa.
  2. ^ Kelley, David H.; E. F. Milone, Anthony F. Aveni (2004). Exploring Ancient Skies: An Encyclopedic Survey of Archaeoastronomy. New York: Springer. ISBN 0387953108.
  3. ^ Huber, Peter (1982). "Astronomical dating of Babylon I and Ur III". Monographic Journals of the Near East: 41.
 Sumber

2. Hammurabi

Hammurabi (bahasa Akkadia, dari kata Ammu "saudara laki-laki pihak ayah", dan Rāpi "seorang penyembuh"); adalah raja keenam dari Dinasti Babilonia pertama (memerintah 1792-1750 SM), dan ia mungkin juga Amraphel, raja dari Sinoar menurut Bibel (Alkitab) (Kejadian 14:1).
Hammurabi memimpin pasukannya menyerang Akkadia, Elam, Larsa, Mari dan Summeria, sehingga menjadikan Kekaisaran Babilonia hampir sama besar dengan Kerajaan Mesir kuno di bawah Firaun Menes, yang menyatukan Mesir lebih dari seribu tahun sebelumnya.

 Bagian atas prasasti batu Piagam Hammurabi

A. Piagam Hammurabi

Walaupun Hammurabi banyak sekali melakukan peperangan menaklukkan kerajaan lain, namun ia lebih terkenal karena pada masa pemerintahannya dibuat kode resmi (hukum tertulis) pertama yang tercatat di dunia, yang disebut sebagai Piagam Hammurabi (Codex Hammurabi).
Pada tahun 1901, arkeolog Perancis menemukan piagam tersebut ketika melakukan penggalian di bawah reruntuhan bekas kota kuno Susa, Babilonia. Piagam Hammurabi tersebut terukir di atas potongan batu yang telah diratakan dalam huruf paku (cuneiform). Piagam tersebut seluruhnya ada 282 hukum, akan tetapi terdapat 32 hukum diantaranya yang terpecah dan sulit untuk dibaca. Isinya adalah pengaturan atas perbuatan kriminal tertentu dan ganjarannya. Beberapa contoh isinya, antara lain:
  • Seorang yang gagal memperbaiki saluran airnya akan diminta untuk membayar kerugian tetangga yang ladangnya kebanjiran
  • Pemuka agama wanita dapat dibakar hidup-hidup jika masuk rumah panggung (umum) tanpa permisi
  • Seorang janda dapat mewarisi sebagian dari harta suaminya yang sama besar dengan bagian yang diwarisi oleh anak laki-lakinya
  • Seorang dukun yang pasiennya meninggal ketika sedang dioperasi dapat kehilangan tangannya (dipotong)
  • Seseorang yang berhutang dapat bebas dari hutangnya dengan memberikan istri atau anaknya kepada orang yang menghutanginya untuk selang waktu tiga tahun
Saat ini, Piagam Hammurabi telah disimpan dan dipamerkan untuk khalayak ramai di Museum Louvre di Paris, Perancis.
 Babilonia, 1792 - 1750 SM

B. Arti penting

Hammurabi selain merupakan raja, adalah juga seorang pemimpin agama masyarakat Babilonia. Dengan demikian, Piagam Hammurabi merupakan suatu aturan resmi yang dijalankan oleh masyarakat dan pemerintahan Babilonia. Diperkirakan bahwa dahulu hukum-hukum yang diterbitkan dibuat menjadi piagam (dalam bentuk prasasti) dan diperlihatkan kepada khalayak ramai untuk memperoleh persetujuan. Jadi hukum-hukum bukan dibuat oleh pemerintah semata-mata agar sesuai dengan pendapatnya sendiri. Dalam pengertian ini, Piagam Hammurabi dapat dianggap sebagai pendahulu dari sistem hukum resmi seperti yang saat ini berlaku pada masyarakat modern.

Referensi

  • Yenne, Bill. 100 Pria Pengukir Sejarah Dunia, Hal 12-13. Alih bahasa: Didik Djunaedi. PT. Pustaka Delapratasa, 2002.
  • Van De Mieroop, Marc. A History of the Ancient Near East. Blackwell Publishing: Malden, 2005. ISBN 0-631-22552-8
  • Babylonian Law. Britannica, 1911.


Sumber
(Bersambung)

0 komentar:

Posting Komentar

Copyright @ 2013 PEJUANG ISLAM.