Snouck
Hurgronje menyatakan: "Islam has never favoured democratic tendencies",
artinya Islam itu sendiri tidak akan sesuai dengan kecenderungan
demokrasi. Dalam arti kata bahwa Demokrasi adalah anti thesisnya Islam.
Dalam berapa
pemikirannya Snouck mempunyai kesimpulan dikarenakan Islam tidak cocok
dengan demokrasi, maka diusahakanlah umat Islam untuk mengambil
Demokrasi (dan otomatis akan meninggalkan Islam). Maka dia menyarankan
pemerintahan Belanda untuk mendidik para elite Indonesia dengan
pendidikan Barat yang mana mereka akan mengadopsi pemikiran barat
(kebebasan di dalam menentukan hidup sendiri aka demokrasi). Tertulis
sebagai berikut
He advocated
increased autonomy through western education of the indigenous governing
elite. In 1923 he called for"one has to break with the concept of moral
and intellectual inferiority of the natives" and allow them "free and
representative democratic bodies and optimal autonomy"
Dia (Snouck)
memberikan saran untuk meningkatkan otonomi/kebebasan menentukan
pendapat (tidak lagi tergantung kepada Syari'at Islam) melalui
pendidikan barat untuk para elite pribumi yang di pemerintahan. Pada
tahun 1923 dia mempropagandakan "Harus diusahakan untuk mendobrak konsep
moral dan kekalahan intelektual pribumi (umat Islam) dengan cara mereka
mempunyai sebuah badan demokratis yang merdeka, yang memutuskan sendiri
nasib mereka secara optimal."
Agar umat Islam
tidak meninggalkan keIslamannya Snouck menyarankan agar pemerintahan
Belanda, membedakan antara ibadah dengan urusan politik. Urusan ibadah
seperti haji, percaya kepada hari kiamat adalah urusan kepercayaan yang
tidak berbahaya, sementara masalah syari'at pemerintahan adalah masalah
yang harus ditentang. Sebagaimana tertulis:
Snouck
therefore advised the Dutch government to distinguish between what he
termed the “real core of dogma” of Islam, such as praying, Hajj, belief
in the Day of Judgement, et cetera, which according to Snouck were all
harmless matters of belief; and “everything that is political or could
eventually become political”. become political”. The “real core of
dogma”, or what Snouck would sometimes call “the purely religious”,
should be left completely free. But the government should forcefully act
against political Islam.
Komentar:
Ikhwan fillah, sesungguhnya kesimpulan yang sangat jelas sekali dari apa yang dikatakan Snouck Hurgronje.
Islam tidak
sesuai dengan Demokrasi, agar umat Islam meninggalkan Islam maka suruh
mereka mengambil pemikiran Demokrasi. Islam itu diatur dengan Syari'at
Islam, Demokrasi, mereka itu otonomi, bebas mengatur diri mereka sendiri
tanpa harus terikat dengan syari'at Islam, atau bahasa syari'at nya
mengikuti hawa nafsu.
Saya pribadi
mempunyai kesimpulan bahwa pemikiran yang sangat merusak umat Islam
setelah filsafat adalah pemikiran demokrasi ini, yaitu kebebasan untuk
menentukan bertingkah laku, kebebasan untuk berpendapat, dalam arti kata
kebebasan untuk membuat syari'at sendiri dalam kehidupan.
Sungguh bagi
seorang Muslim, tidak ada yang namanya kebebasan dalam berpendapat dan
menentukan Syari'at / aturan sendiri dalam kehidupan yang telah
diberikan oleh Allah Ta'ala kepada mereka. Allah lah yang mempunyai alam
semesta bahkan manusia itu sendiri, dan Allah lah yang memberikan
kehidupan bagi manusia, manusia hanyalah makhluk ciptaanNya, dan Allah
pula yang lebih mengetahui bagaimana syari'at yang terbaik bagi
makhlukNya tersebut. Tidak ada pilihan bagi manusia selain mengikuti
aturan dan pendapat Allah Ta'ala di dalam kehidupan ini sebagaimana
firmanNya:
"Dan tidaklah
patut bagi laki-laki yang mukmin dan tidak (pula) bagi perempuan yang
mukmin, apabila Allah dan Rasul-Nya telah menetapkan suatu ketetapan,
akan ada bagi mereka pilihan (yang lain) tentang urusan mereka. Dan
barangsiapa mendurhakai Allah dan Rasul-Nya maka sungguhlah dia telah
sesat, sesat yang nyata. "
(Al Ahzab 36)
Karena
mengadopsi prinsip kebebasan (Demokrasi) inilah sebahagian umat Islam
tidak lagi menyadari hakekat siapa sesungguhnya diri mereka. Mereka
merasa mereka mempunyai hak untuk menentukan pendapat mereka sendiri di
dalam kehidupan ini. Kata-kata tidak ada yang bisa menilai agama
seseorang sesungguhnya adalah kata-kata yang berlandaskan konsep
kebebasan ini. Yang intinya jangan paksakan syari'at Islam kepada kami.
Dengan
pemikiran ini, mereka memandang adanya aturan sebagai suatu bentuk
kediktaktoran, keotoriteran, mereka melihat aturan yang datang dari
Tuhan mereka sendiri sebagai pengekang terhadap kebebasan mereka di
dalam bersikap dan bertingkah laku.
Ikhwan fillah,
sesungguhnya tidak ada yang namanya kebebasan itu sendiri, ketika
manusia menjauh dari aturan Allah Subhanahu wa Ta'ala yaitu syari'at
Islam, maka sesungguhnya dia terkukung kepada aturan manusia,
aturan-aturan yang lemah yang dibuat berdasarkan hawa nafsu manusia yang
rendah. Dan itulah yang dikatakan oleh Allah Ta'ala manusia manusia
yang mengikuti hawa nafsu semata. Dan manusia yang terperangkap kepada
aturan hawa nafsunya sendiri sesungguhnya bukanlah manusia yang merdeka,
karena hawa nafsu tidak mempunyai batas di dalam
keinginan-keinginannya. Lihatlah manusia yang terperangkap oleh hawa
nafsunya, tidak pernah bahagia, karena tidak pernah bisa merdeka dari
hawa nafsu mereka sendiri.
Begitu juga
dengan pemikiran demokrasi, ketika negara diatur dengan konsep kebebasan
hawa nafsu manusia ini, lihatlah bagaimana hancurnya negara ini ,
aturan-aturan yang dibuat tidak mampu untuk tidak mengeksploitasi alam,
tidak mampu untuk tidak membuat undang-undang yang hanya memberikan
keuntungan para pengambil keputusan, tidak mampu untuk menghentikan
tindak korupsi dan kejahatan, dan seterusnya. Dan sesungguhnya tidak ada
yang namanya kemerdekaan.
Sesungguhnya
yang dahulu bagi Snouck Hurgronje adalah sebuah ide untuk menjauhkan
umat Islam dari Islam sendiri dengan diharuskan adaya usaha dan tindakan
dengan menyuruh pemerintahan untuk mengajarkan para elite umat Islam dengan ide
kebebasan/ otonomi/ demokrasi agar mereka mengadopsinya, sekarang ide
kebabasan ini diambil dengan sukarela oleh umat Islam di seluruh dunia,
tidak hanya para elite, tetapi juga oleh orang awam.
Tulisan ini
saya buat setelah berdiskusi dengan seorang Doktor tamatan Islamic Study
(studi orientalis) di Universitas Exeter di Inggris. Kita sampai
berbicara apakah dia mati Muslim atau kafir, tetapi salah satu info yang
menarik yang saya dapatkan tentang Snouck Hurgronje ini, adalah bahwa
dia mengalami sakratul maut berbulan bulan sebelum kematiannya.
Wallahualam bishawwab
Sumber
Selasa, 28 Januari 2014
Filled Under:
tokoh
Snouck Hurgronje : Demokrasi adalah anti thesisnya Islam.
Posted By:
Unknown
on 20.23
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar