Sabtu, 25 Januari 2014

Filled Under:

Perang Tahta Jawa

1. Perang Tahta Jawa Pertama

Perang Tahta Jawa Pertama adalah konflik yang berlangsung antara tahun 1704 dan 1708.

Asal-usul

Tahun 1703 raja Amangkurat II dari Mataram meninggal. Penggantinya adalah puteranya, Amangkurat III. Pamannya, Pangeran Puger, bertikai dengannya dan terpaksa lari bersama keluarganya dari kraton Kartasura ke Semarang untuk mencari bantuan VOC. Puger menyatakan pada VOC bahwa Amangkurat III adalah musuh mereka bersama, dan sekutu musuh VOC, Untung Suropati. Dia juga menyatakan bahwa kebanyakan orang Jawa lebih menyukai dia sebagai raja baru. Pangeran Cakraningrat II dari Madura mendukung tuntutan Puger. Karena VOC menganggap Cakraningrat sebagai sekutu yang terpercaya, akhirnya VOC setuju untuk mendukung Puger.
Tahun 1704 VOC mengakui Puger sebagai raja dengan gelar Susuhunan Pakubuwana I. Peristiwa ini merupakan awal dari apa yang disebut "Perang Tahta Jawa Pertama".
Daerah Pasisir ternyata tidak tertarik dengan mendukung Pakubuwana. Banyak pemimpin Pasisir lebih ingin menjadi bawahan VOC, terutama Cirebon, daripada terbawa dalam perang dan memikul beban kekuasaan Mataram. Namun VOC sendiri tidak tertarik dengan membawahi pemimpin tersebut.
Akhir 1704, Pakubuwana berhasil menundukkan Demak. Agustus 1705, pasukan yang terdiri dari prajurit Jawa dan Madura, didukung orang Eropa dari VOC, Bugis, Makassar, Bali, Melayu, Banda, Ambon dan Mardijkers (orang pribumi berbahasa Portugis) menyerang Kartasura. Amangkurat terpaksa melarikan diri ke timur dan mencari suaka pada Surapati dengan membawa pusaka Mataram. Bulan September, Pakubuwana masuk Kartasura dan menaiki tahta Mataram. Tahun-tahun berikutnya, persekutuan Mataram, VOC dan Madura menjalakan sejumlah kampanye. Surapati terbunuh di Bangil tahun 1706. Pasuruan ditundukkan tahun 1707 dan Amangkurat lari ke Malang bersama para putera Surapati. Dalam kampanye terakhir ini, pasukan gabungan Mataram dan sekutunya sempat berjumlah 46 000 prajurit. Perang ini sangat berat bebannya dari segi manusia dan dana.
Amangkurat akhirnya setuju untuk berunding dengan VOC tahun 1708, dengan syarat dia diberi sebagian dari Jawa dan tidak menunduk ke Pakubuwana. VOC mempunyai rencana lain. Mereka menangkap Amangkurat dan membuangnya ke Sri Lanka, di mana dia meninggal tahun 1734.

Sumber

2. Perang Tahta Jawa Kedua

Perang Tahta Jawa Kedua adalah konflik yang berlangsung yang berlangsung antara tahun 1719 dan 1723.

Asal-usul

Tahun 1719, Susuhunan Pakubuwana I dari Mataram meninggal. Penggantinya adalah puteranya, yang mengambil gelar Amangkurat IV (bertahta 1719-1726). Dua adik Amangkurat IV, pangeran Blitar dan Purbaya, seketika menyerang kraton, didukung kalangan agama. Paman mereka, Pangeran Arya Mataram, bergabung dengan mereka.
Amangkurat meminta bantuan VOC, yang mengusir para pemberontak. Arya Mataram menyerah, kemudian dibunuh di Jepara, kubu VOC di Jawa Tengah. Pangeran Blitar meninggal tahun 1721. Sisa pemberontak menyerah tahun 1723, di antaranya sejumlah keturunan Surapati.

Sumber

3. Perang Tahta Jawa Ketiga

Perang Tahta Jawa Ketiga adalah konflik yang berlangsung antara tahun 1746 dan 1757.

Asal-usul

Tahun 1745, Susuhunan Pakubuwana II membangun kraton baru di Surakarta dan pindah dari Kartasura. Kerkuasaan Pakubuwono tidak diterima pangeran lain, yang memberontak di bawah pimpinan Mas Said. Pakubuwono menjanjikan hadiah dalam bentuk tanah seluas 3 000 cacah (kepala keluarga) kepada siapa yang sanggup menumpas pemberontakan ini. Tantangan ini diterima Pangeran Mangkubumi, yang mengalahkan Mas Said tahun 1746.
Gubernur Jenderal VOC van Imhoff meyakinkan Pakubuwono bahwa hadiah ini akan memberi kekuasaan yang terlalu besar pada Mangkubumi. Mangkubumi memberontak pada Mei 1746 dan bergabung dengan Mas Said. Tahun berikut pasukannya sudah mencapai 13 000 prajurit, termasuk 2 500 pasukan kuda. Tahun 1748 Mangkubumi dan Mas Said menyerang Surakarta.


Sumber

0 komentar:

Posting Komentar

Copyright @ 2013 PEJUANG ISLAM.