Minggu, 26 Januari 2014

Filled Under:

Masjid Azizi, Saksi Bisu Kesultanan Langkat

Siang terik. Waktunya zuhur. Kota Medan masih 100 km lagi. Stabat, ibukota Langkat, masih 20 km pula. Karena itulah, di Tanjung Pura ini kami berhenti. Dan sebuah masjid yang masih tampak megah berwibawa sekarang berdiri di hadapan kami. Inilah Masjid Azizi.
Berdiri di atas tanah seluas 18.000 meter persegi, masjid tua ini dibangun pada masa Sultan Abdul Aziz Djalil Rachmat Syah (1897-1927), sultan Langkat ke-7. Pada masa inilah Kesultanan Langkat kaya raya dengan kontrak minyak dan perkebunan tembakau dengan pemerintah Hindia Belanda. Tak heran jika Istana Darul Aman Langkat juga dibangun pada masa ini.
Didirikan hanya dalam 18 bulan dan menelan biaya 200.000 ringgit, masjid ini memadukan corak arsitektur Tiongkok, Persia, Timur Tengah, dan tentu saja Melayu sendiri. Menara yang menjulang di halamannya serta ukiran pada pintu-pintunya bernuansa arsitektur Tiongkok.
Bangunan utamanya bercorak Timur Tengah dan India dengan lebih dari sembilan kubah. Di dalamnya terdapat bangunan segi sembilan dengan tiang menjulang ke atas. Tempat khatib berkhutbah berbentuk mihrab berundak yang cukup tinggi seperti pelaminan raja.
Masjid ini mirip bangunan masjid raya Kesultanan Deli di Medan, karena bagaimanapun Langkat dan Deli masih ada hubungan kekerabatan. Demikian juga, bangunan Masjid Zahir di Kedah mirip dengan masjid Azizi ini. Itu barangkali karena Sultan Langkat pernah memiliki hubungan perkawinan dengan Sultan Kedah.
Setiap tahunnya diadakan Festival Azizi di masjid ini. Kegiatannya beragam, mulai dari lomba barzanzi, azan, marhaban, dan baca puisi. Ini untuk memperingati tahun wafatnya Tuan Guru Besilam Babussalam Syeikh Abdul Wahab Rokan, yang dikenal sebagai ulama penyebar Tariqat Naqsabandiah. Pengikutnya menyebar hingga ke Aceh, Sumut, Sumbar, Riau, Jambi, dan negara-negara Asia Tenggara.
Kini, ia tampak keriput, pucat, dan seperti kurang sentuhan tangan. Usianya memang sudah cukup tua, 105 tahun sejak didirikan pada 12 Rabiul Awal 1320 H atau 13 Juni 1902. Ia adalah saksi bisu peristiwa demi peristiwa yang terjadi di Langkat dari masa silam hingga kini; masa dimana banyak orang hanya melihatnya sebagai monumen masa lalu yang nyaris terlupakan.
Karena itu, jika Anda sedang melintas di jalan raya lintas Sumatera dari arah Medan ke Banda Aceh, sempatkanlah mampir di masjid ini. Terletak di Tanjung Pura, ibukota Langkat di masa lalu, padanya kita bisa bertanya tentang suatu zaman kemakmuran yang pernah dialaminya pada suatu masa berbilang tahun yang lalu. Mungkin darinya, kita bisa belajar sebuah hikmah.
***








Sumber

0 komentar:

Posting Komentar

Copyright @ 2013 PEJUANG ISLAM.