Selasa, 04 Februari 2014

Filled Under:

Bali: Raja Penguasa Bali 1


A. WANGSA SANJAYA 

1. UGRASENA/ MAYADANAWA (Th 882) M

Kerajaan tertua di Bali yang tercatat dalam sejarah Bali adalah Kerajaan Singamandawa atau Kerajaan Balingkang (882) M terletak di sekitar Batur. Keberadaan Kerajaan ini dikukuhkan melalui 15 prasasti yang berangka tahun 804 M. Dalam prasasti itu disebutkan raja Singamandawa adalah Ugrasena.

Dalam struktur kerajaan lama, Raja – raja Bali dibantu oleh badan penasehat yang disebut “Pakirakiran I Jro Makabehan” yang terdiri dari beberapa Senapati dan Pendeta Syiwa yang bergelar “Dang Acaryya” dan Pendeta Buddha yang bergelar “Dhang Upadhyaya”. Raja didampingi oleh badan kerajaan yang disebut “Pasamuan Agung” yang tugasnya memberikan nasihat dan pertimbangan kepada raja mengenai jalannya pemerintahan. Raja juga dibantu oleh Patih, Prebekel, dan Punggawa – punggawa.

Ratu Ugrasena merupakan keturunan Wangsa Keling atau Kalingga atau dikenal dengan nama Wangsa Sanjaya yang berasal dari India Selatan. Pada jaman ini agama Budha mulai masuk ke Bali setelah terlebih dahulu berkembang di Jawa. Pada tahun 913 M muncul Kerajaan Singhadwala atau Kahuripan dengan rajanya Kesari Warmadewa yang merupakan keturunan wangsa Warmadewa yang berasal dari Kerajaan Kutai (Kalimantan Timur) dan Sriwijaya (Sumatera Selatan).

Munculnya kerajaan ini tidak terlepas dari persaingan antara wangsa Sanjaya dengan wangsa Warma di Jawa Barat pada abad ke 6. Kedua Kerajaan bersaing untuk menguasai daerah yang lebih luas sehingga kedua kerajaan akhirnya terlibat dalam peperangan secara terus menerus. Di Bali Kerajaan Singamandawa terdesak sehingga hanya bertahan di pegunungan Kintamani dan Buleleng sedangkan Wangsa Warma telah menguasai wilayah yang lebih luas yang dibuktikan dengan prasasti berupa pahatan batu di Penataran Gede Malet dan Pura Panempaan Manukaya.

Setelah tahun saka 888 tidak terdengar lagi raja raja Singamandawa karena prasasti prasasti yang dikeluarkan semuanya dari raja raja Warmadewa sehingga diperkirakan Kerajaan Kerajaan Singamandawa atau Kerajaan Balingkang jatuh ketangan Kerajaan Singhadwala atau Kahuripan dengan jalan damai karena salah satu Raja keturunan wangsa Warmadewa yaitu Raja Tabanendra Warmadewa sangat menghormati Sang Ratu Ugrasena yang diuraikan dalam prasati Kintamani A yang menyebutkan “ Sang Ratu Sang Sinddha Dewata Sang Lumah di Air Madatu.

Dengan ini maka berakhir pula masa kedinastian Wangsa Sanjaya di Bali dan digantikan oleh Wangsa Warmadewa. Lalu kemanakah keturunan keluarga Ugrasena tersebut ? menurut tradisi dari kerajaan kerajaan kuno bilamana ada kerajaan yang dikalahkan maka keluarga raja yang ditaklukkan tersebut diserahi tugas dalam pemerintahan oleh Raja yang berkuasa sebagai patih atau pejabat kerajaan lainnya, apa lagi penaklukannya dilakukan dengan cara damai.

Kalau pendapat ini benar maka keturunan Ratu Ugrasena pada jaman pemerintahan wangsa Warmadewa yaitu Sri Astasura Ratna Bumi Banten menduduki jabatan Menteri menteri Kerajaan diantaranya :

  1. Pangeran Tambyak
  2. Ki Kalung Singkal dari Taro
  3. Ki Tunjung Tutur dari Desa Tenganan
  4. Ki Tunjung Biru dari Tianyar
  5. Pangeran Kopang dari Seraya
  6. Ki Buahan di Batur
  7. Rakriyan Girimana di Ularan
  8. Pangeran Tangkas Pangeran Mas
  9. Perdana Menteri Ki Pasung Grigis di Tengkulak
  10. Ki Kbo Iwa di Blahbatuh.
Demikianlah keturunan Wangsa Sanjaya yang menduduki jabatan pemerintahan pada jaman Raja Sri Ratna Bumi Banten pada saat ekspedisi Majapahit ek Bali untuk menaklukan kerajaan Bedulu. Diantara mereka yang dapat dicari keturunannya sampai sekarang hanyalah Rakriyan Girikmana dari Ularan Singaraja yang menjabat sebagai panglima perang pasukan Dulang Mangap Kerajaan Gelgel yang bergelar Jelantik.

Beliau berhasil menaklukan Kerajaan Blambangan. Kryan Ularan panglima Dulang Mangap mempunyai anak yang bernama Jelantik Bongol yang dijuluki demikian karena beliau mengamuk di medan perang Bali-Pasuruan tanpa memakai senjata sebagai penebusan terhadap dosa ayahnya yang ingkar atas perintah Dalem.

GARIS KETURUNAN WANGSA SANJAYA

Sanjaya adalah raja dari sebuah kerajaan tua di Jawa Tengah yaitu Kerajaan Mataram Kuno. Dalam Purana, Usana, Babad sering disebut dengan nama Kerajaan Keling. Raja Sanjaya adalah pendiri dinasti Sanjaya dengan gelar Sanjayawamsa. Kerajaan Mataram Kuno adalah merupakan kelanjutan dari Kerajaan Kalingga di Jawa Barat yang telah ada tahun 414 M, yang menurut penuturan seoarang peziarah China yang bernama Fa Hian menyebut nama Kalingga dengan nama Holing.

Asal usul Kerajaan Kalingga ini adalah dari India Selatan yang karena terdesak di wilayah India maka Raja Kalinga beserta keluarganya hijrah ke Indonesia dan terdampar di Jawa Barat. Dijawa Barat Raja Kalingga dan para pengikutnya kemudian mendirikan Kerajaan Kalingga. Sebagai Raja di Kerajaan Kalingga dikenal 2 orang yaitu Raja Sannaha dan Ratu Simmo.

Setelah pemerintahan Ratu Simmo tidak terdengar lagi raja penggantinya sampai tahun 732 M muncul kerajaan baru di Jawa Tengah dengan nama Kerajaan Mataram Kuno atau Kerajaan Medang. Para ahli sejarah menduga Kerajaan Mataram Kuno ini adalah kelanjutan dari kerajaan Kalingga. Adapun kepindahannya dari Jawa Barat ke Jawa tengah diperkirakan karena terdesak oleh munculnya Kerajaan Tarumanegara pada abad ke 6 dengan Rajanya Purnawarman dari wangsa Warma.

Kerajaan Mataram Kuno ini melebarkan kekuasaanya samaai ke Jawa Timur dan Bali. Di Jawa Timur dikenal adanya kerajaan Kanjuruhan berdasarkan prasasti Dinoyo tahun 760 M dan di Bali terdapat kerajaan Singamandawa berdasarkan prasasti Sikawana A tahun 882 M. Besar kemungkinan raja dari kerajaan tersebut adalah dari keluarga Sanjaya atau Sanjayawamsa karena kesamaan prasasti-prasasti Canggal 732 M dan Prasasti Dinoyo 760 M dan Prasasti Sukawana 882 M dalam bidang keagamaan yang dianut.

SISTEM KEPERCAYAAN

Menyembah banyak dewa yang bukan hanya berasal dari dewa Hindu & Buddha tetapi juga dari kepercayaan animisme mereka.


Sumber

B.  WANGSA WARMADEWA

1. SRI WIRA DALEM KESARI WARMADEWA (TH 913 - 924 M)

(gambar kiri: Prasasti Blanjong)

      Setelah jatuhnya Kerajaan Singamandawa atau Kerajaan Balingkang dari wangsa Sanjaya akibat peperangan dengan Kerajaan Singhadwala atau Kahuripan maka mulailah kekuasaan Dinasti Wangsa Warmadewa di Pulau Bali.
      Sri Kesariwarmadewa adalah raja pertama di Bali dari Dinasti Warmadewa yang didirikan Kerajaan Singhadwala atau Kahuripan dengan lokasi Kerajaan di sekitar Besakih. Beliau merupakan keturunan wangsa Warmadewa yang berasal dari Kerajaan Kutai
      Sri Kesari dianggap sebagai pendiri sebagai dinasti Warmadewa , yang makmur selama beberapa generasi, salah satu keturunan yang menjadi terkenal raja Udayana .
      Menurut prasasti, Sri Kesari adalah seorang raja Buddha dari Dinasti Syailendra memimpin sebuah ekspedisi militer, untuk membangun Mahayana pemerintah Buddha di Bali. Sri Kesari Warmadewa adalah raja pertama Bali untuk meninggalkan prasasti yang ditulis. Dia menulis prasasti di 914 CE pilar Belanjong ("Prasasti Blanjong") di selatan Sanur dan prasasti Penempahan, dan prasasti Malet Gede (835 Saka)9.
      Keadaan ketiga prasasti itu telah aus. Banyak bagiannya tidak terbaca lagi secara utuh, termasuk nama raja yang disebut di dalamnya. Bagian nama raja yang terbaca pada isi A.4 prasasti Blanjong adalah ... sri kesari ... sedangkan pada sisi B.13 terbaca ... sri kesariwarmma (dewa) (Goris, 1954a : 64-65). Bagian nama raja dalam prasasti Penempahan yang masih terbaca adalah ... sri ke ... dan pada prasasti Malet Gede berbunyi ... sri kaesari ... (Kartoatmodjo, 1977 : 150-151 ; cf. Damais, 1959 : 964). Prasasti ditulis baik dalam India Sansekerta bahasa dan bahasa Bali Lama, menggunakan dua script, yang Nagari script dan orang Bali script Lama (yang digunakan untuk menulis baik Bali dan bahasa Sansekerta).
      pilar yang menyaksikan pada koneksi dari Bali dengan Dinasti Sanjaya di Jawa Tengah . Ini adalah tanggal menurut India kalender Saka . Hal lain yang menarik perhatian ialah ketiga prasasti tersebut
pada hakikatnya menggambarkan kemenangan raja Sri Kesari terhadap musuh-musuhnya. Sebagai akibat prasasti-prasasti itu telah aus, hanya dua di antara musuh-musuh itu dapat diketahui, yakni di Gurun dan di Suwal.
      Perlu ditambahkan bahwa lokasi Gurun dan Suwal sampai dewasa ini belum diketahui secara pasti. Di antara para ahli, ada yang berpendapat bahwa Gurun mungkin sama dengan Lombok dewasa ini. Pendapat lain menyatakan bahwa Gurun mungkin identik dengan Nusa Penida. Sri Kesari Warmadewa dikenal sangat tekun beribadat untuk memuja dewa dewa yang bersemayam di Gunung Agung. Tempat pemujaan beliau disebut Merajan Selonding atau Merajan Kesari Warmadewa.
     Beliaulah yang mengadakan perluasan atas pura Penataran Agung Besakih yang tadinya sangat sederhana. Beliau kemudian membangun pura –pura di besakih untuk melengkapai bangunan suci yang telah ada diantaranya :
  1. Pura Gelap untuk memuja Dewa Iswara
  2. Pura Kiduling Kreteg untuk memuja Dewa Brahma
  3. Pura Ulun Kulkul untuk memuja Dewa Mahadewa
  4. Pura Batumadeg untuk memuja Dewa Wisnu
  5. Pura Dalem Puri untuk memuja Dewi Durga
  6. Pura Basukihan untuk memuliakan Naga Basukihan
      Beliaulah yang memerintahkan masyarakat untuk merayakan hari Nyepi pada sasih Kesanga.

(gambar kiri: Pura Besakih)

ASAL USUL KETURUNAN
      Pada abad ke-4 di Campa, Muangthai bertahta Raja Bhadawarman. Beliau diganti oleh anaknya bernama Manorathawarman, selanjutnya Rudrawarman. Anak Rudrawarman bernama Mulawarman merantau, mendirikan kerajaan Kutai. Mulawarman diganti Aswawarman. Anaknya bernama Purnawarman mendirikan kerajaan Taruma Negara. Anak Purnawarman bernama Mauli Warmadewa mendirikan kerajaan Sriwijaya. Anak Mauli Warmadewa bernama Sri Kesari Warmadewa pergi ke Bali, pertama-tama mendirikan Pura Merajan Salonding dan Dalem Puri di Besakih.
      dikisahkan keadaan Pulau Bali, semua pura rusak terbakar, yang masih tertinggal hanya dasar bangunan saja. Dikisahkan para Arya Hindu memugar dan membangun kembali semua pura yang sudah rusak bersama masyarakat Bali Aga. Adapun yang diberi gelar awatara dewata ialah Baginda Sri Kesari Warmmadewa.
      Sesudah selesai membangun semua pura, baginda bermaksud melaksanakan upacara, upacara itu dimulai pada hari Rabu Kliwon Sinta, yang bermakna mengupacarakan benteng pertahanan, selanjutnya mengadakan untuk segala perlengkapan senjata perang yang jatuh pada hari Sabtu Kliwon Landep selanjutnya disebut Hari Raya Tumpek Landep.
      Pada hari Sabtu Kliwon Wariga, juga melaksanakan upacara yang disebut Tumpek Uduh, Baginda juga bermaksud melaksanakan upacara Dewa Yadnya serta upacara para dewata yang gugur di medan perang, yang jatuh pada hari Rabu Kliwon Dungulan, yang disebut Hari Raya Galungan. Pemasukan pajak hasil bumi dari luar Pulau Bali yakni, Makasar, Sumbawa, Sasak, dan Blambangan, yang dibawah kekuasaan Baginda Raja di Bali, di upacarakan pada hari Kamis Wage Sungsang yang selanjutnya disebut Hari Raya Sugian Jawa.
     Khusus bagi penduduk Bali Mula upacara itu dilaksanakan pada hari Jumat Kliwon Sungsang, selanjutnya bernama Hari Raya Sugian Bali. Adapun pelaksanaan Hari Raya Galungan bermula pada hari Rabu Kliwon Dungulan, sekitar bulan Oktober saat bulan purnama, pada tahun Saka 804/882 Masehi. Keadaan Pulau Bali bagaikan Indraloka, menyuarakan bunyi-bunyian yang tak henti-hentinya siang malam memuja Sang Hyang Widhi dan para dewata.
      Pulau Bali aman dan makmur sejak Maharaja Sri Kesari Warmmadewa sebagai penguasa tunggal yang diberi gelar awatara Dewata. ketika datangnya arya-arya Hindu yang menguasai bumi Bali juga ikut membangun dan memperbaiki kahyangan jagat seperti yang bernama Sri Wira Dalem Kesari kembali memperbaiki Pura Sad Kahyangan, antara lain:
  1. Pura Penataran Besakih
  2. Pura Bukit Gamongan
  3. Pura Batukaru
  4. Pura Uluwatu
  5. Pura Erjeruk
  6. Pura Penataran Pejeng.

AKHIR PEMERINTAHAN
Beberapa tahun kemudian karena sudah tua mangkatlah Sri Aji Bali pada tahun Saka 837/915 Masehi Putra beliau yang menggantikan tahta, tidak beda dengan beliau yang sudah menyatu dalam Sunya, selalu taat berbakti kehadapan Sanghyang Widhi dengan bersembahyang di pura-pura Sri Ugrasena Warmmadewa nama beliau sang Prabu, bijaksana dan termasyur di dunia beliau memerintah, aman sentosa pulau Bali.
     

0 komentar:

Posting Komentar

Copyright @ 2013 PEJUANG ISLAM.