Rabu, 11 Desember 2013

Filled Under:

Penguasa Akhir Zaman Lebih Jahat daripada Kaum Majusi di Zaman Rasul


penjarac2a9flickr yiyo 490x326 Penguasa Akhir Zaman Lebih Jahat daripada Kaum Majusi di Zaman Rasul


“Ketahuilah, aku hampir saja dipanggil (oleh malaikat maut) lalu aku penuhi panggilan tersebut. Sesudahku kelak kalian akan dipimpin oleh para penguasa yang berkata berdasar landasan ilmu dan berbuat berdasar landasan ilmu. Mentaati mereka merupakan ketaatan yang benar kepada pemimpin, dan kalian akan berada dalam kondisi demikian selama bebarapa waktu lamanya.
Setelah itu kalian akan dipimpin oleh para penguasa yang berkata bukan berdasar landasan ilmu dan berbuat bukan berdasar landasan ilmu. Barangsiapa menjadi penasehat mereka, pembantu mereka, dan pendukung mereka, berarti ia telah binasa dan membinasakan orang lain. Hendaklah kalian bergaul dengan mereka secara fisik, namun janganlah perbuatan kalian mengikuti kelakuan mereka. Persaksikan siapa yang berbuat baik di antara mereka sebagai orang yang berbuat baik, dan orang yang berbuat buruk di antara mereka sebagai orang yang berbuat buruk. ” (HR. al-Thabrani dan Al-Baihaqi. Syaikh Muhammad Nashirudien al-Albani menyatakan hadits ini shahih dalam Silsilah al­Ahadits al-Shahihah no. 457.)

Dari Abu Sa’id r.a. dan Ibnu Umar r.a. keduanya berkata: Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam telah bersabda: “Benar-benar akan datang kepada kalian suatu zaman yang para penguasanya menjadikan orang-orang jahat sebagai orang-orang kepercayaan mereka dan mereka menunda-nunda pelaksanaan shalat dari awal waktunya. Barangsiapa mendapati masa mereka, janganlah sekali-kali ia menjadi seorang penasehat, polisi, penarik pajak, atau bendahara bagi mereka.” (HR. Ibnu Hibban, Abu Ya’la, dan al-Thabrani. Syaikh Muhammad Nashirudien al-Albani menyatakan hadits in; shahih dalam Silsilah al-Ahadits al-Shahihah no. 360.)

KETIKA beliau menyampaikan pesan-pesan di atas kepada pada sahabat, barangkali tidak terbayang seperti apa yang akan terjadi pada kepemimpinan manusia sepeninggal beliau Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam. Para sahabat yang berada di sekeliling beliau adalah manusia-manusia langit yang diakui kejujuran dan ketulusannya dalam mengemban amanah agama. Allah Azza wa Jalla telah memuji mereka di dalam kitab-Nya, juga meridhai mereka dan memerintahkan kaum muslimin sepeninggalnya untuk mendoakan mereka dan memohonkan ampunan untuk mereka.

Dalam kondisi seperti itu, temyata Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam telah menubuwatkan akan berlangsungnya suatu zaman yang amat sangat kontras dengan apa yang disaksikan oleh para sahabat; para pemimpinnya adalah manusia-manusia jahat, bahkan lebih jahat daripada kaum Majusi.

Hingga datangnya era Khulafaur rasyidin,Rapa yang beliau nubuwatkan juga masih belum terbayang. Namun, nubuwat itu terus berlanjut dan diriwayatkan secara turun-temurun. Hingga akhirnya kita sebagai manusia akhir zaman- mendengar nubuwat menyaksikan kebenaran nubuwat tersebut. Dan kitapun menyimpulkan, boleh jadi inilah zaman yang telah dinubuwatkan, zaman yang para penguasanya berkata bukan berdasar landasan ilmu dan berbuat bukan berdasar landasan ilmu. Inilah zaman yang diingatkan oleh Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam.

Barangsiapa menjadi penasehat mereka, pembantu mereka, dan pendukung mereka, berarti ia telah binasa dan membinasakan orang lain. Hendaklah kalian bergaul dengan mereka secarafisik, namunjanganlah perbuatan kalian mengikuti kelakuan mereka. Persaksikan siapa yang berbuat baik diantara mereka sebagai orang yang berbuat baik, dan orang yang berbuat buruk di antara mereka sebagai orang yang berbuat buruk.
Ya, betapa gambaran itu sedemikian nyata di hadapan kita. Lihatlah kebijakan dan putusan yang ditetapkan oleh kebanyakan mereka, hampir semuanya berkata bukan berdasar landasan ilmu dan berbuat bukan berdasar landasan ilmu. Kebijakan dalam pendidikan, dalam hak-hak wanita, dalam ekonomi, industri, hubungan antar penganut agama dan kebijakan melindungi syari’at Islam, semuanya tidak didasarkan pada nash-nash syar’i.

Maka, sudah sepatutnya bagi setiap muslim untuk berpikir panjang jika harus masuk dalam barisan mereka, entah menjadi juru tulisnya, menterinya, tentaranya, penasehatnya, pengawalnya, supir pribadinya, bahkan sekedar menjadi tukang kebunnya. Sebab, keridhaan seseorang untuk diatur oleh para pemimpin yang jahat sama dengan meridhai sebuah kejahatan, melanggengkan keburukannya, dan keduanya dihukumi telah berserikat dalam keburukan.

Dalam kepemimpinan sebuah lembagapun bisa terjadi
Dalam skala yang lebih kecil larangan untuk beketja pada pemimpin dzalim juga bisa terjadi pada sebuah lembaga usaha. Pabrik, toko, supermarket, jasa layanan, percetakan, industri atau usaha apapun; sangat berpeluang untuk tetjadinya apa yang dinubuwatkan oleh Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam di atas. Kita bisa melihat berapa banyak umat Islam yang bekerja di sebuah pabrik atau instansi – baik milik pemerintah maupun swasta – yang hak-hak beribadah mereka dikekang dan dikebiri.

Mereka tidak diperintahkan untuk bisa melaksanakan shalat berjama’ah, bahkan terkesan dilarang dan dipersulit. Kesempatan untuk mengaji kitabullah menjadi terbatas, bahkan dihalang-halangi. Untuk kaum wanitanya lebih mengenaskan. Berapa banyak pabrik, toko, swalayan dan lembaga­lembaga bisnis yang melarang para pekerja wanitanya untuk menutup aurat.

Bahkan yang terjadi adalah sebaliknya. Standar berpakaian haruslah yang mengumbar aurat, gaya dan cara berdandannya mengikuti tradisi jahiliyah dan budaya barat. Jangan tanya soal ibadah atau upaya meningkatkan ketaatan kepada Allah di lembaga-lembaga seperti ini. Amat jauh dari harapan semua itu bisa terjadi. Jadi, betapa tepatnya apa yang beliau sabdakan:

“Benar-benar akan datang kepada kalian suatu zaman yang para penguasanya menjadikan orang-orang jahat sebagai orang-orang kepercayaan mereka dan mereka menunda-nunda pelaksanaan shalat dari awal waktunya. Barangsiapa mendapati masa mereka, janganlah sekali-kali ia menjadi seorang penasehat, polisi, penarik pajak, atau bendahara bagi mereka.” (HR. Ibnu Hibban, Abu Ya’la, dan Ath-Thabrani. Syaikh Muhammad Nashirudien AI-Albani menyatakan hadits ini shahih dalam Silsilah AI-Ahadits Ash-Shahihah no. 360).
 [Sumber: 100 Hadits Tentang Nubuwat Akhir Zaman, oleh: Abdur Rahman Al-Wasith/akhir zaman]

0 komentar:

Posting Komentar

Copyright @ 2013 PEJUANG ISLAM.