Rabu, 11 Desember 2013

Filled Under:

Kelakar Rasulullah Dan Kemurahannya

MELIHAT seorang sahabatnya sedang naik kuda, Nabi saw menegur, ”Hai, mengapa kau naiki seekor anak kuda
Sahabatnya itu terkejut dan menyanggah, “Bukan ya Rasulullah. Kuda saya sudah dewasa. Ini induk kuda, bukan anak  kuda.”
Nabi tertawa, “Bagaimana mungkin?  induk kuda pun anak kuda juga bukan? Apakah anak kucing?” Sahabat itu terpingkal-pingkal setelah menyadari kebodohannya.
Pada hari yang berbeda beliau melihat seorang sahabat sedang makan kurma dalam keadaan matanya yang sebelah sakit. Nabi bertanya kaget, “Hai, sungguh mengherankan. Bagaimana caranya engkau memakan kurma , padahal matamu yang sebelah sedang sakit?”
Sahabat itu tahu Nabi sedang bercanda. Dengan nada yang sama ia menjawab, “Saya makan dengan mata yang sebelahnya lagi ya Rasulullah.”
Nabi saw memang  suka berkelakar  untuk menghidupkan suasana ceria dengan para sahabatnya. Sehingga hubungan antara pemimpin dengan yang dipimpin berlangsung wajar dan tidak kaku.
Pernah Rasulullah terlambat tiba di masjid ketika para sahabat sudah ramai berkumpul. Biasanya Rasulullah sudah berada lebih dahulu di mesjid  sebelum para sahabat berdatangan.
Melihat  Nabi saw muncul dipintu mesjid, para sahabat langsung berdiri untuk menghormati kehadirannya.
Beliau segera mencegah seraya berkata, “Janganlah kalian berdiri menyambut kedatanganku. Aku  bukan raja. Aku cuma seorang hamba Allah yang makan dan minum seperti kalian juga.”
Abu Hurairah pernah pagi-pagi bercerita kepada para sahabatnya, “Aku baru saja ditengok Rasulullah, padahal aku hanya sakit gigi.”
Ketika Rasulullah tidak melihat orang tua yang biasa membersihkan mesjid, beliau bertanya kepada para sahabatnya, “Kenapa orang tua itu tidak datang? Sakitkah dia, atau ada halangan yang lainya?”
Seorang sahabat menerangkan, “Orang tua itu meninggal dunia kemarin dan telah dikebumikan  dengan baik.”
Nabi  terperanjat. Beliau bertanya, “Mengapa tidak ada seorangpun yang memberitahukan hal itu kepadaku?”
Para sahabat berdalih, bahwa kematian seorang tua adalah soal biasa. Sedangkan Rasululah Nampak selau  sibuk. Jadi mereka berpendapat tidak perlu menggambarkan hal itu kepada beliau.
Nabi menyesal sekali dan wajahnya  berubah muram. Beliau lantas menanyakan dimana kuburannya. Seorang sahabat menyahut, “Jauh sekali Rasulullah.”
Nabi tetap bersikeras untuk menziarahi kuburannya. Beliau memperingatkan bahwa semua manusia memiliki derajat yang sejajar. Manusia berasal dari Adam, dan Adam berasal dari tanah. Jangan memperdayakan seseorang dari yang lainnya. Tidak ada kelebihan orang kulit putih disbanding dengan orang kulit hitam. Tidak ada kelebihan bangsa Arab daripada bangsa Ajam. Semua dinilai dari kadar takwa masing-masing.
Seperti yang dikatakan, akhirnya Nabi berziarah ke makam orang tua itu walaupun tempatnya jauh sekali dan amat terpencil. Matahari panas terik, sampai Nabi menderita sakit kepala. Pada waktu kembali ke Madinah dari luar  kota tempat dikuburkannya orang tua itu, pakaiannya basah kuyup oleh keringat, matanya pedih dan merah, namun wajahnya berseri-seri karena merasa lega.
sumber:

0 komentar:

Posting Komentar

Copyright @ 2013 PEJUANG ISLAM.