Pada suatu hari Hamzah bin Abdul Muthalib keluar dari rumahnya sambil 
membawa busur dan anak panah untuk berburu. Sejak muda, paman Rasulullah
 ini memang hobi dan gemar berburu binatang. 
Setelah hampir 
seharian menghabiskan waktunya di tempat perburuan tanpa mendapatkan 
hasil, ia pun beranjak pulang. Sebelum kembali ke rumahnya, ia lebih 
dulu mampir di Ka'bah untuk melakukan thawaf.
Sebelum sampai di 
Ka'bah, seorang budak perempuan milik Abdullah bin Jud'an At-Taimi 
menghampirinya seraya berkata,"Hai Abu Umarah, andai saja tadi pagi kau 
melihat apa yang dialami oleh keponakanmu, Muhammad bin Abdullah, 
niscaya kamu tidak akan membiarkannya. Ketahuilah, bahwa Abu Jahal bin 
Hisyam telah memaki dan menyakiti keponakanmu itu, hingga akhirnya ia 
mengalami luka-luka di sekujur tubuhnya." 
Usai mendengarkan 
panjang lebar peristiwa yang dialami oleh keponakannya, Hamzah terdiam 
sambil menundukkan kepalanya sejenak. Ia kemudian membawa busur dan anak
 panahnya, kemudian bergegas menuju Ka'bah dan berharap dapat bertemu 
Abu Jahal di sana. 
Sampai di Ka'bah ia melihat Abu Jahal dan 
beberapa pembesar Quraisy sedang berbincang-bincang. Dengan tenang 
Hamzah mendekati Abu Jahal. Lalu dengan gerakan yang cepat ia lepaskan 
busur panahnya dan dihantamkan ke kepala Abu Jahal berkali-kali hingga 
jatuh tersungkur. Darah segar mengucur deras dari dahinya.
"Mengapa
 kamu memaki dan mencederai Muhammad, padahal aku telah menganut 
agamanya dan meyakini apa yang dikatakannya? Sekarang, coba ulangi 
kembali makian dan cercaanmu itu kepadaku jika kamu berani!" bentak 
Hamzah kepada Abu Jahal.
Dalam beberapa saat, orang-orang yang 
berada di sekitar Ka'bah lupa akan penghinaan yang baru saja menimpa 
pemimpin mereka. Mereka begitu terpesona oleh kata-kata yang keluar dari
 mulut Hamzah yang menyatakan bahwa ia telah menganut dan menjadi 
pengikut Muhammad.
Tiba-tiba beberapa orang dari Bani Makhzum 
bangkit untuk melawan Hamzah dan menolong Abu Jahal. Tetapi Abu Jahal 
melarang dan mencegahnya seraya berkata,"Biarkanlah Abu Umarah 
melampiaskan amarahnya kepadaku. Karena tadi pagi, aku telah memaki dan 
mencerca keponakannya dengan kata-kata yang tidak pantas." 
Hamzah
 bin Abdul Muthalib adalah seorang yang mempunyai otak yang cerdas dan 
pendirian yang kuat. Ia adalah paman Nabi dan saudara sepersusuannya. 
Dia memeluk Islam pada tahun kedua kenabian. Ia juga hijrah bersama 
Rasulullah SAW dan ikut dalam perang Badar. Pada Perang Uhud syahid dan 
Rasulullah menjulukinya dengan "Asadullah" (Singa Allah) dan menyebutnya
 "Sayidus Syuhada" (Penghulu atau Pemimpin Para Syuhada).
Ketika
 sampai di rumah, ia duduk terbaring sambil menghilangkan rasa lelahnya 
dan membawanya berpikir serta merenungkan peristiwa yang baru saja 
dialaminya. 
Sementara itu, Abu Jahal yang telah mengetahui bahwa
 Hamzah telah berdiri dalam barisan kaum Muslimin berpendapat, perang 
antara kaum kafir Quraisy dengan kaum Muslimin sudah tidak dapat 
dielakkan lagi. 
Oleh sebab itu, ia mulai menghasut dan 
memprovokasi orang-orang Quraisy untuk melakukan tindak kekerasan 
terhadap Rasulullah dan pengikutnya. Bagaimanapun Hamzah tidak dapat 
membendung kekerasan yang dilakukan kaum Quraisy terhadap para sahabat 
yang lemah. Akan tetapi harus diakui, bahwa keislamannya telah menjadi 
perisai dan benteng pelindung bagi kaum Muslimin lainnya. 
Lebih 
dari itu menjadi daya tarik tersendiri bagi kabilah-kabilah Arab yang 
ada di sekitar Jazirah Arab untuk lebih mengetahui agama Islam lebih 
mendalam. Sejak memeluk islam, Hamzah telah berniat untuk membaktikan 
segala keperwiraan, keperkasaan, dan juga jiwa raganya untuk kepentingan
 dakwah Islam. 
Pada Perang Badar, Rasulullah menunjuk Hamzah 
sebagai salah seorang komandan perang. Ia dan Ali bin Abi Thalib 
menunjukkan keberanian dan keperkasaannya yang luar biasa dalam 
mempertahankan kemuliaan agama Islam. Akhirnya, kaum Muslimin berhasil 
memenangkan perang tersebut secara gilang gemilang. 
Kaum kafir 
Quraisy tidak mau menelan kekalahan begitu saja, maka mereka mulai 
mempersiapkan diri dan menghimpun segala kekuatan untuk menuntut balas. 
Akhirnya, tibalah saatnya Perang Uhud di mana kaum kafir Quraisy 
disertai beberapa kafilah Arab lainnya bersekutu untuk menghancurkan 
kaum Muslimin. Sasaran utama perang itu adalah Rasulullah dan Hamzah bin
 Abdul Muthalib. 
Seorang budak bernama Washyi bin Harb 
diperintahkan oleh Hindun binti Utbah, istri Abu Sufyan bin Harb, untuk 
membunuh Hamzah. Wahsyi dijanjikan akan dimerdekakan dan mendapat 
imbalan yang besar pula jika berhasil menunaikan tugasnya.
Akhirnya,
 setelah terus-menerus mengintai Hamzah, Wahsyi melempar tombaknya dari 
belakang yang akhirnya mengenai pinggang bagian bawah Hamzah hingga 
tembus ke bagian muka di antara dua pahanya. Tak lama kemudian, Hamzah 
wafat sebai syahid.
Usai sudah peperangan, Rasulullah dan para 
sahabatnya bersama-sama memeriksa jasad dan tubuh para syuhada yang 
gugur. Sejenak beliau berhenti, menyaksikan dan membisu seraya air mata 
menetes di kedua belah pipinya. Tidak sedikitpun terlintas di benak 
beliau bahwa moral bangsa arab telah merosot sedemikian rupa, hingga 
dengan teganya berbuat keji dan kejam terhadap jasad Hamzah. Dengan keji
 mereka telah merusak jasad dan merobek dada Hamzah dan mengambil 
hatinya.
Kemudian Rasulullah mendekati jasad Sayyidina Hamzah bin
 Abdul Muthalib, Singa Allah, Seraya berkata,"Tak pernah aku menderita 
sebagaimana yang kurasakan saat ini. Dan tidak ada suasana apa pun yang 
lebih menyakitkan diriku daripada suasana sekarang ini."
Setelah itu, Rasulullah dan kaum Muslimin menyalatkan jenazah Hamzah dan para syuhada lainnya satu per satu. 
Ibnu
 Atsir dalam kitab Usud Al-Ghabah, mengatakan dalam Perang Uhud, Hamzah 
berhasil membunuh 31 orang kafir Quraisy. Sampai pada suatu saat ia 
tergelincir sehingga terjatuh kebelakang dan tersingkaplah baju besinya,
 dan pada saat itu ia langsung ditombak dan dirobek perutnya. Lalu 
hatinya dikeluarkan oleh Hindun kemudian dikunyahnya. Namun Hindun 
memuntahkannya kembali karena bisa menelannya.
Ketika Rasulullah 
melihat keadaan tubuh pamannya Hamzah bin Abdul Muthalib, Beliau sangat 
marah dan Allah menurunkan firmannya: "Dan jika kamu memberikan balasan,
 maka balaslah dengan balasan yang sama dengan siksaan yang ditimpakan 
kepadamu. Akan tetapi jika kamu bersabar, sesungguhnya itulah yang lebih
 baik bagi orang-orang yang sabar." (QS An-Nahl: 126)
Diriwayatkan oleh Ibnu Ishaq Sirah-nya, bahwa Ummayyah bin Khalaf bertanya pada 
Abdurahman bin Auf, "Siapakah salah seorang pasukan kalian yang dadanya dihias dengan bulu bulu itu?" 
"Dia adalah Hamzah bin Abdul Muthalib," jawab Abdurrahman bin Auf. 
"Dialah yang membuat kekalahan kepada kami," ujar Khalaf.
Abdurahman
 bin Auf menyebutkan bahwa ketika perang Badar, Hamzah berperang 
disamping Rasulullah dengan memegang dua bilah pedang. 
Diriwayatkan dari Jabir bahwa ketika Rasulullah SAW melihat Hamzah terbunuh, maka beliau menagis. 
Sumber
Jumat, 17 Januari 2014
Filled Under:
PARA SAHABAT NABI SAW
Hamzah bin Abdul Muthalib, Pemimpin Para Syuhada
Posted By:  
Unknown
on 23.01
Langganan:
Posting Komentar (Atom)

0 komentar:
Posting Komentar